20-Seharian Bersama

77 20 6
                                    

20-Seharian Bersama

"GAK usah disini juga!"

Noah menyengir diam-diam dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda akibat percakapan singkat dirinya dan manusia di balik bilik kamar mandi toilet yang mereka bersihkan.

Noah meraih cairan pembersih lantai di dekat pintu, otomatis dirinya tak lagi berada di dalam bilik sempit nan kotor itu.

Manusia di sebelahnya pula begitu, ia sengaja keluar dan menghampiri Noah. "Heh, ini toilet cewek. Baca-baca, to-i-let pe-rem-pu-an!" Ana menjewer telinga Noah dengan tangannya yang penuh busa dan beberapa helai rambut yang berasal dari sikat kamar mandi kotor, menyangkut di tangannya.

"Kuping gue, woi sakit. Argh kotor tangan lo buset," Noah meringis kala Ana semakin menarik telinganya. "Lo mau punya suami gak berkuping, ha?" Ana justru tak melepaskan jewerannya namun malah mendekatkannya pada bibir Ana.

"Emang gue mau suami gue elo?" Ana bergidik membayangkan akan jadi sepertu apa hidupnya nanti.

"Yaiyalah. Harus titik," balas Noah kesal.

"Gak boleh pokoknya. Sama Nathan kek, Biru kek, sekalipun jodoh lo bukan gue, gue bakal minta sama Tuhan supaya lo yang jadi jodoh lo itu gue," ujar Noah serius.

Ana belum melepaskan tarikannya sama sekali dan semakin mendekatkan pada bibirnya.

"Jodoh-jodoh. Makan nih jodoh," Ana mengusap-usap telinga Noah dengan tangannya yang penuh sabun lalu terbahak.

Lalu Noah dengan jahilnya ikut melakukan hal yang sama pada Ana namun di keningnya. Dan sekarang giliran Noah tertawa.

"HEH KALIAN?! NOAH KOK DISINI? KAMU SENENG AMAT SIH DI TOILET CEWEK? NGAPAIN KAMU!? INI JUGA CEWEK KOK BANDHEL SIH?!" suara Bu Sri menghentikan tawa dan jeweran Ana tapi tidak dengan Noah.

Dengan jahil Noah menuangkan sedikit cairan pembersih lantai dan mengoleskan cairan itu pada tangan Ana lalu tertawa seolah hanya mereka berdua lah yang ada disini.

"HEH NOAH!? KAMU GAK LIAT SAYA DISINI?!"

Noah menghentikan tawanya perlahan dan menoleh pada Bu Sri. "Eh ada Ibu, kumaha damang Bu? Saya gak liat ya ada Ibu. Padahal konde ibu segede pala saya. Sungkem, Bu." Noah tertawa kecil lalu hendak meraih tangan Bu Sri namun Bu Sri justru menjauh.

"SUNGKEM, SUNGKEM TANGAN KOTOR GITU SUNGKEM. TAU APA KAMU SUNGKEM?!" Bu Sri lagi lagi berteriak.

"Ibu saya gak di tanah abang, Bu. Gak usah teriak entar suara Ibu abis gak bisa nyinden loh, Bu. Mending Ibu minum atuh." ujar Noah

"Oh iya ya. Ya udah kamu cepetan saya mau minum." Bu Sri mulai menyanyikan beberapa nada, mengecek suaranya.

Bu Sri pergi meninggalkan Ana dan Noah yang kini berdebat.

"Kan udah gue bilang lo jangan disiniiiiiii," ujar Ana gemas. Tangannya mengepal di depan wajah Noah.

"Tapi Bu Sri pergi juga kannnnn?" balas Noah mengikuti intonasi Ana.

"Tapi gue yang malu Nano-nanoooooooo," ujar Ana.

"Gue sih enggak, Aaaaaaaan," balas Noah masih mengikuti intonasi Ana.

"Bodoamat."

"Lah lah ngambek," ujar Noah menggoda Ana sembari menoel dagu lancip Ana.

"Ish! SANA GAK LU? GUE SIREM NIH?" Ana masuk ke bilik kamar mandi yang Noah bersihkan dan meraih sebuah gayung dan bersiap menyiram Noah.

Noah tertawa dan mendekatkan wajahnya. "Nih sirem nih, ayo sirem."

Ana mengayun kencang gayung di genggamannya namun ia tak merasakan berat. Mungkin airnya dikit, pikirnya.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang