・・・・・トリッピー・・・・・
"Begini ya, Yoongi, asal tahu saja, Jimin itu suka pedekate dengan wajah baru, dan caranya nggak pernah sama ke tiap-tiap orang. Hari ini, mungkin kamu jadi sasaran."
Sesuatu seperti mendadak memelintir jeroan perutnya ketika Seokjin mengatakan itu. Memikirkan tentang Jimin membuat ia agak mual. Ia tahu maksud pedekate itu; bisa jadi bully dalam segala bentuk. Mana lagi, tersiar kabar kalau Park Jimin ini orangnya agak moody, susah diatur, dan suka bikin repot. Sebelumnya ia memang tidak pernah bertemu langsung dengan fashion model satu itu dan ia tidak tahu isu yang beredar di kalangan perias mengenai Park Jimin terbukti benar atau hanya hasil roasting saja.
"Jin-hyung, kalau memang punya catatan kurang baik soal perilaku, kenapa dia masih tetap high demand dan disukai banyak orang?"
"Coba saja pikir, di dunia hiburan terutama permodelan, apa yang lebih penting ketimbang penampilan? Apakah kau menawarkan perilakumu di selembar kertas majalah atau juga di catwalk?"
Park Jimin ini sebetulnya adalah salah satu wajah favorit Yoongi karena dia punya ciri khas, suatu bentuk adonis yang agak lain dari wajah orang tampan kebanyakan. Setiap kali melihatnya di majalah, Yoongi merasa kagum. Jadi Seokjin ada benarnya, penampilan yang jadi utama karena saat melihat, apalagi untuk pertama kali, mata dan otak akan terfokus pada bentuk benda bukan sifatnya.
Yoongi memang masih hijau, dan belum banyak bertemu dengan orang-orang ngetop yang sering muncul di majalah atau di iklan televisi. Ia belum pernah turun sebagai make up artist sungguhan dan hanya hadir di tempat pemotretan atau tempat syuting sebagai asisten Seokjin. Ngomong-ngomong, Seokjin, yang di luar merupakan teman sekolahnya itu, adalah make up artist kawakan yang punya banyak panggilan dan pelanggan tetap. Park Jimin ini salah satu model yang sudah bekerjasama dengannya selama kurang lebih dua tahun. Dan hari ini, Yoongi dibawa ke tempat pemotretan untuk melihat bagaimana Seokjin merias pria itu sebagai bagian dari training.
Tak berapa lama berselang, ketika Yoongi sedang membantu Seokjin menyiapkan alat-alat make up, terdengar ramai orang bercakap yang semakin lama semakin dekat seperti ombak. Beberapa orang masuk ke ruangan, dan salah satunya terlihat mencolok dengan kulitnya yang cerah dan wajahnya yang kecil dan tirus. Yoongi yakin itu Park Jimin. Ketika Seokjin bersapaan dengan pria itu, ia tahu kalau ia tak perlu lagi bertanya.
Setelah saling ikut beramah-tamah dengan para staff yang baru datang, Yoongi kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Sebetulnya ia hanya mau menghindar, sebab, rasa tegang masih selalu ada tiap kali dia bertemu dengan orang berbeda di tempat baru dan dia belum terbiasa menghadapinya. Terlebih lagi, Park Jimin eksis di situ. Lama mengagumi bukan berarti siap untuk bertatap muka. Jadi alih-alih menunjukkan diri, ia berusaha untuk menjadi tak terlihat.
Jimin menaruh cup kopinya di meja, lalu melepas jaketnya dan mendudukkan diri di kursi yang paling dekat dengan tempat Seokjin berdiri. Cahaya dari lampu rias begitu terang menyorot wajahnya. Ia mencondongkan badan untuk berkaca di cermin, sembari menyugar rambut lalu sedikit mengelus kantung matanya yang agak gelap.
"Maaf ya, agak telat sedikit. Aku baru tidur dua jam, terus jadinya kesiangan," katanya, dengan suara yang rendah, masih seperti suara orang baru bangun tidur.
"Iya, Jim, suruh siapa tidurnya telat, main terus sih..." sahut manager Jimin. Namanya Hoseok. Pria itu menghempaskan diri di sofa dan langsung sibuk dengan ponselnya. Dia sempat memberi Yoongi senyum walau tidak ada perhatian berarti.
Seokjin menyisir rambut Jimin dengan jari. Yoongi agak terkejut ketika dari pantulan di cermin, ia melihat kedua tangan Seokjin ditarik sehingga pria jangkung itu mau tak mau menjadi rapat pada punggung dan kepala Jimin yang duduk di hadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
trippy [pjm x myg]
FanfictionSetiap menemukan Park Jimin di majalah, Yoongi selalu merasa kagum. Tapi lama mengagumi bukan berarti siap untuk bertatap muka. Apa yang kiranya terjadi jika mereka bertemu, dan entah bagaimana Jimin secara terang-terangan menunjukkan ketertarikan p...