"Terlalu cepat kamu berubah ta, tapi jika itu membuatmu bahagia dan menjadi lebih baik aku ikhlas dan semoga kamu juga tak menyesalinya"
NATHAN
2 minggu berlalu setelah kejadian berakhirnya hubungan Nathan dan Regita.
Hari ini dirinya libur, entah sekarang apa yang akan ia lakukan untuk mengisi aktivitas untuk hari ini.
"Ma, mama mau berangkat arisan? " tanyaku kepada mama yang baru keluar dari kamarnya, dengan dandanan rapi.
"Iya, kamu mau ikut? " ajak mamanya Devi yang antusias mengajak putrinya.
Aku menggelengkan kepala sangat malas untuk ikut arisan dengan mamanya, yang ada dirinya akan terkacangi dan ditanya aneh-aneh oleh teman mamanya.
"Gita dirumah aja deh, nanti Gita coba masak buat makan siang bolehkan? " Devi mamanya Regita tersentak akan putrinya yang tiba-tiba akan masak, bukanya Regita tidak bisa masak.
"Mama jangan khawatir, Gita nggak bakal buat dapur mama kebakaran kok" dengan diselingi tawa ia tahu mamanya pasti kaget akan dirinya yang tiba-tiba akan masak.
"Ya sudah hati-hati gunain kompor ya, mama akan cepat-cepat pulang biar bisa masak sama kamu" ucap Devi sebelum pamit pergi.
"Mama mau kemana? " suara serak khas orang bangun tidur.
"Arisan" jawabku singkat, ya dirinya masih sentimen dengan abangnya Rangga ia masih kesal dimana abangnya selalu saja mengajak dirinya berantem, jika berhadapan dengan Rangga ia harus banyak-banyak mengucapkan istigfar yang banyak.
"Buatin gue kopi dong ta" suruh Rangga, yang langsung duduk disamping Regita.
"Dih bang, mandi dulu sana bau iler tau" protesku yang mana ia menyesal memiliki abang yang jorok, astagfirullah
"Biasanya kamu jam segini juga belum mandi, mentang-mentang udah wangi kamu ya" gerutu Rangga kepada sang adik.
"Udah mandi sana, nanti Gita buatin kopi kalau abang udah mandi"
"Beneran ya? "
"Iya buru", usirku dan beranjak kedapur membuatkan sang abang kopi.
"Berapa gula ya? " bingungku "3 apa 4 sendok?" mencoba mengingat-ngingat terakhir kali ia membuat kopi.
"Mungkin 3" dengan mantap aku mengambil gula dengan takaran 3 sendok teh setelah itu aku dilanda kebingung kembali.
" bubuk kopi berapa takaran ya" dumelku apa ia perlu tanya mama, ah jangan nanti menganggu.
Dengan hati-hati aku menuangkan bubuk kopi sebanyak 2 takaran sendok teh, saat menyeduh dengan air panas ia berdoa dalam hati semoga hasilnya tidak mengecewakan, dirasa sudah selesai ia bawa kopi tersebut kedepan ruang Tv.
Dilihat disana Abang sudah ada disana, cepat sekali dia mandi, apa ia yang kelamaan buat kopi didapur?
"Lama bener sih buatnya, kamu hitungin tu gula? " cericos Rangga.
"Terimakasih kek udah dibuatin bukan nyrocos" sebal aku udah dibuatin malah disemprot namanya juga baru belajar kan maklum.
"Gimana? " tanyaku untuk memastikan rasa kopi buatanku berhasil apa tidak.
"Lumayan" ucapnya setelah menyeruput kopinya, aku tersenyum tidak terlalu buruk untuk percobaan pertamanya.
Hendak aku bangkit dari dudukku sang Abang mencegahku dengan pertanyaan yang membuat dadaku kembali sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My friends Hijabers
Teen FictionAssalamualaikum warrohmatullah hiwabarrokatuh Cerita kedua saya yang bergenre sprititual Untuk hijrah itu butuh waktu dan juga butuh pengorbanan, dengan adanya dukungan dari teman-teman terdekat insha allah kita bisa menjadi orang yang lebih b...