"Lucas!"Yang dipanggil terus berjalan tanpa menghirau temannya itu.
"Mau ke mana lo, heh?! Itu tangga ke koridor kelas sepuluh, woi!" teriak temannya yang bisa dikatakan sedikit pendek. Entah Lucas yang terlalu tinggi, atau memang temannya ini yang kurang kalsium.
Rais Abin namanya. Cowok itu mengernyit heran. "Ngapel ceweknya kali, ya? Et, emang ada yang mau ama kingkong wakanda begitu, dah."
"Woi, Abin! Ngapain di depan kelas, anjir. Cepet! Katanya mau liat PR Fisika. Gece keburu jam istirahat abis! Ntar gak gue kasih contekan!" teriak gadis cantik dengan tampilan urakan—lengan seragamnya digulung dan roknya di atas lutut—dari dalam kelas.
"Eh, eh, iya iyaaaa mauuu, bentaaaaar!" Abin buru-buru balik badan dan mengikuti gadis bernama Ayu Nessa itu. "Hadeh, ini cewek apa singa, galak bener."
"HEH! APA LO BILANG? Gak usah nyontek PR lagi ke gue!"
"Eeeeeh, jangan dooooong!"
🌕
"Eh, Dek. Panggilin temennya, dong." Lucas mencegat adik kelas yang ingin masuk ke kelas X MIPA 4.
Adik kelas yang dilihat dari nametag-nya bernama Zafran Chanan itu mengangkat sebelah alisnya. "Siapa, Kak?"
"Caecillia."
Lalu adik kelas yang memakai sepatu Gucci dan jam tangan Rolex itu masuk ke kelasnya. "WOI, RAKYATKU YANG BERNAMA CAECILLIA DIPANGGIL KAKAK KELAS!"
Caecillia yang tadinya mengobrol dengan temannya langsung menatap Zafran sebal. "GAK USAH TERIAK JUGA, YANG MULIA PANGERAN ZAFRAN!"
"Heh! Rakjel dilarang teriak ke majikannya!"
Caecillia memilih tidak menggubris, gadis berpipi tembam itu berjalan keluar kelas. Saat matanya melihat kakak kelasnya yang tadi pagi tak sengaja bertemu dengannya di ruang guru itu, Caecillia tersenyum paksa.
"Kenapa, Kak?"
"Nanti pulang bareng gue."
Caecillia melongo. "H-hah?"
"Gak usah geer. Gue ngajak pulang bareng karena disuruh Nyokap lo ke rumah buat ngomongin yang tadi."
Caecillia mendelik. "Yang geer juga siapa, anj--"
"Gue tunggu di parkiran, jangan kelamaan turun. Gue gak suka waktu gue kebuang sia-sia." Dengan begitu, cowok tinggi itu meninggalkan Caecillia dengan wajah menahan amarah.
"Bangke. Yang minta pulang bareng juga lo, anj--"
"Caecillia. Kenapa kau masih di luar kelas? Cepat masuk!" perintah guru yang akan mengajar kelasnya dengan logat Bataknya itu.
"Hehehehe. Ini mau masuk, Bu."
🌕
"Anjir, mana sih Kak Chalya?"
Caecillia berjinjit, melihat dari jendela kelas kakaknya itu. "Ini jendela siapa, sih, yang bangun. Tinggi bener, sialan."
"Bukan jendelanya yang ketinggian, tapi emang lonya aja yang pendek," sahut seseorang di belakang Caecillia.
"Anj--LOH?! Kok lo di sini?!"
Seseorang tadi yang ternyata Lucas, memasang wajah jahil. "Kan gue bilang tunggu di parkiran, bukan di depan kelas gue. Emang dasarnya lo tuh, gak sabar ya pengen ketemu gue."
Caecillia mendelik tajam. "Heh! Yang nungguin lo tuh siapa?! Gue nungguin kakak gue, bukan lo!" sungutnya sambil menunjuk-nunjuk wajah Lucas.
"Halah. Tunggu gue di parkiran, gue masih ada urusan bentar."
Belum sempat protes lagi, Lucas telah berderap meninggalkan Caecillia yang geram.
"Tunggu gue di parkiran, gue masih ada urusan bentar," cibir Caecillia dengan bibir mencebik. "Sok sibuk, anjir."
Zafran Chanan
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan | Lucas Wong
Fiksi RemajaBagi Lucas, Caecillia adalah definisi rembulan di malam hari. Rembulan yang tetap bersinar meskipun bintang-bintang menyaingi sinarnya. Bagi Caecillia, Lucas adalah definisi langit malam. Langit malam yang hitam pekat seakan mampu menjerumus siapapu...