2

606 42 1
                                    

"Tante Risa!" teriak Nava yang langsung memeluk Risa.

"Hai ponakan tante, wah kamu udah gede ya ternyata. Padahal dulu terakhir kali kita ketemu kamu masih anak ingusan" ia tertawa.

"Tante apaan sih"

"Haha iya-iya.. selamat datang di rumah tante semoga kamu betah disini"

Nava mengangguk, "Aku janji nggak bakal ngerepotin Tante"

"Anak baik" pujinya.

"Ehem" deham Gaza.

"Eh Gaza.. kamu masih disitu rupanya" celetuk Risa.

"Iyalah, udah kayak pot bunga Tan"

"Haha gitu ae ngambek sih"

"Hmm, btw nih koper lo" ujarnya pada Nava.

"Thanks" Nava sedikit tersenyum saat meraih kopernya.

Jujur saja, Nava dan Gaza benar-benar tidak berkomunikasi saat dalam perjalanan tadi.

"Tan, Gaza pamit dulu ya."

"Tumben jam segini pulang,"

"Biasalah. Urusan cowok,"

"Hmm.. yaudah sana. Makasih udah nganterin Nava kesini. Kamu pulangnya jangan malem, jangan bikin papa kamu kesel lagi"

"Iyaaa" jawab Gaza.

Setelah berpamitan ia langsung keluar meninggalkan Tante Risa dan Nava. Namun sedetik kemudian Nava teringat akan sesuatu.

"Tan bentar ya.." ujarnya. Ia langsung pergi mengejar Gaza.

"Eh mau kemana?" tanya Risa yang tidak mendapat jawaban apapun.

Nava berhasil mengejar Gaza, beruntung saja cowok itu masih di depan rumah dan baru akan masuk ke dalam mobil.

"Eh elo" serunya.

Gaza menoleh, "Siapa? Gue?"

"Iyalah. Lo pikir gue lagi ngomong sama mobil lo?"

"Kalik aja. Ada apa?"

"Nih.." Nava mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya.

"Hansaplast?"

"Iya. Buat plester jidat lo karena gue tabok tadi" jelasnya.

Lalu Gaza menerima sebuah hansaplast yang diberikan oleh Nava tadi. Cowok itu sedikit tersenyum.

"Lo ngapain senyum-senyum gitu? Jangan-jangan lo baper karena gue kasih perhatian. Biar gue perjelas, gue ngasih lo hansaplast karena gue merasa bersalah sekaligus sebagai ucapan terimakasih gue."

Gaza mengedikkan satu bahunya, "Okey gue anggap ini sebagai ucapan terimakasih lo. Tapi lain kali harus lebih dari ini, ngerti?"

"Maksud lo?"

"Gue cabut dulu" Gaza langsung masuk kedalam mobil.

"Cowok aneh" gumam Nava.

***

Angin malam berhembus kencang menerpa rambut panjang Nava yang tergerai indah. Kini gadis itu sedang berdiri di balkon kamarnya menikmati udara malam yang sangat menyejukkan. Ia memejamkan matanya dan menghirup nafas dalam-dalam.

Mulai detik ini Nava harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Ia ingin menjadi gadis mandiri yang tidak merepotkan siapa pun. Bahkan ia sudah berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Setidaknya ia harus punya uang sendiri agar tidak membebani Tante Risa.

Nava & Gaza [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang