Setiap pagi menjadi cukup beralasan. Tidak seperti biasanya yang asal jalan untuk mencapai tujuan.
Berangkatku tidak lagi di penuhi dengan setumpuk ragu. Karena di sana sudah ada yang di tunggu. Atau mungkin justru menunggu. Kalimat barusan hanya hayalku. Jangan di hayati dengan terlalu .
Pagi yang biasanya kusapa dengan malas sekarang agak ku sambut dengan bergegas. Tidak seperti sebelumnya yang kuhabisakan denganberguling di tempat tidur. Sekarang ku sempatkan untuk berjalan kea rah teras. Mengintip apakah matahari masih ada untuk siap menghangatkan hati yang sering beku, pikitan yang sering kaku, dan jalan yang kadang buntu. Kunikmati itu dalam sekejap. Sisanya ku lanjutkan untuk bersiap.
Selesaiku dari sarapan, kapalku sudah besiap di dermaga. Siap mengantarkan raga ini pada semua teman serta padanya. Pada kelas yang sebelumnya hanya membuat bosan. Sampai akhirnya sedikit memberikan kesan. Iya tidak banyak tapi cukup untuk menjadi sebuah alasan. Menurutku pergi tanpa tujuan hanya akan membawa pada kesesatan. Kali ini bukan itu yang akan kulakukan.
Seperti biasa sesampainya disana ada beberapa sapa yang kusambut. Dan sisanya hanya beragam canda yang membuat ribut. Termasuk darinya yang sengaja tak kujadikan yang pertama ku sahut. Ku jawab pada waktu yang tepat agar bisa langsung ku lanjutkan dengan rapat. Kamu suka dengan seni dan keindahan yang nyata sedangkan aku suka hal-hal fantasy di luar logika.
Oleh karena itu, kita lebih suka membahas tentang berbagai inspirasi dari pada berseteru tentang konspirasi.
Kita memang sering tak tau arah ketika saling berbicara. karena dasar arah kita memang berbeda. Kadang saling berbaur, kadang juga sampai bertempur. Seperti ketika kau coba menyeretku ke barat dan aku berusaha menyeretmmu ke timur. Sepele memang. Namun justru karena hal itu sering membawa kita menjadi semakin akur. Aku cukup bersyukur. Pilihan untuk menjadi temanmu bukanlah sebuah kesalah. Bukanlah juga sebuah kebetulan. Mungkin ini yang diinginkan tuhan. Menginginkan kamu untuk datang padaku dalam kehidupan. Serta membantu dalam kesusahan.
Dunia seperti ini, kadang membuatku lupa kalau aku memiliki beban di luar. Di luar dari dunia yang sedang ku ceritakan ini. Dunia yang dipenuhi oleh perasaan yang tidak sanggup diterima oleh beberapa orang. Yang mingkin gorensanya sampai beberapa masa tak sanggup hilang. Itu kesampingkan dulu. Karena di depanmu aku memliki dunia sendiri. Dunia lain di luar dunia dimana aku lebih banyak menyendiri. Kau tidak memberikan harpan. Kau hanya suka sering bercerita tidak jelas yang kadang membuatku heran. Itu nyaman.
kuanggap itu sebuah ide terbaik sepanjang masa untuk sebuah pengalihan. Sebuah pengalihan dari duniaku yang kadang kuanggap seperti tahanan.
Kamu seperti seorang sipir yang kadang mampir. Bukan untuk memberikan derita, namun untuk memberikan cerita. Kisah yang tidak aku pahami tentunya. Saat itu kau seperti berasal dari lain dunia. Mungkin beda warna. Tapi pasti juga memiliki sisi gelapnya. Sepertiku, di depan lisan yang berbicara semua kerisauan tak pernah kau bawa. Mungkin belum. Belum saatnya kita berbagi sajauh itu. Kita masih sama-sama menunggu.
Pelan...
Seperti bagaimana kita menjalaninya. Kita sama sekali belum memiliki tujuan. Hanya mengikuti arus senda gurau yang saling bersahutan. Merasa kita bersama sudah berjalan. Namun yang sebernarnya kita belumlah kemana-mana. Masih di tempat yang sama. Namun sudah dengan rasa yang berbeda.
~ % ~
Terkadang kita terlalu sibuk memilih jalan
Padahal jalan pilihan sudah ada di depan genggaman
Terkadang kita juga selalu ragu untuk memulai
Padahal semua proses sudah lewat terjadi
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan cerita. Sertakan aku juga disana.
Tag - IG : _hanifprasetya / TW : _hanifprasetya
Silahkan berkomentar untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Jika suka silahkan vote, follow akunku, dan simpan kisah ini baik-baik di list kalian.
Percayalah, dari sini aku memperhatikanmu meski kita tak saling bertatapan.
Trimakasih untuk seluruh perhatian :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomansBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...