First, you can't die by killing yourself

720 38 18
                                    

14 April, 2016

Hidup sebagai karakter utama tidaklah mudah. Sungguh. Bayangkan, jalan cerita yang menggambarkan bagaimana akhir cerita akan terjadi, tergantung pada tokoh utama. Tentang bagaimana tokoh utama memilih menjadi gadis populer yang sosialita atau gadis otaku berkacamata. Tentang bagaimana tokoh utama lebih memilih sahabat atau pacar. Dan tentang bagaimana tokoh utama memilih tentang hal-hal kecil-seperti kopi atau teh, hitam atau pirang, dan kiri atau kanan.

Hidup sebagai tokoh protagonis sama tidak mudahnya seperti hidup sebagai tokoh utama. Kita tidak bisa memilih untuk menjadi perampok mafia bank, untuk menjadi spy girl bertopeng, atau menjadi pembunuh keren, sekalipun.

Tokoh utama protagonis tetap tokoh utama protagonis. Dan itulah aku, menjalani hidup dalam sebuah cerita yang-bahkan-sangat membosankan. Kejam. Aku diciptakan sebagai kelompok tokoh protagonis-lebih tepatnya tokoh utama, seorang gadis 16 tahun yang baru saja mulai mengenyam bangku SMA. Author ku sangatlah payah. Kenapa harus aku terperangkap dalam cerita ini-sebagai gadis normal yang bahkan sangat normal. Jika bisa memilih, maka aku akan lebih memilih menjadi assassin-pembunuh. Yang bekerja dibawah prajurit ibukota, membela kebenaran, dan membunuh orang-orang jahat setiap harinya.

Tapi hei, kita bisa memulai cerita ini kalau kau mau.

Aku merentangkan tangan tinggi-tinggi. Mencoba meraih awan musim semi yang berarak putus-putus. Jika dilihat baik-baik, aku bisa melihat arakan awan membentuk beberapa ornamen-ornamen abstrak, kemudian berkumpul membentuk menjadi bentuk yang lebih padat. Takoyaki, okonomiyaki, taiyaki, katsu, bahkan semangkuk ramen yang tidak terlalu jelas. Awanlah yang membuat bentuk-bentuk itu. Kugelengkan kepala kuat-kuat untuk membuyarkan lamunan. Pulang sekolah pada sore hari jelas membuatku kelaparan. Bagaimana tidak, sehabis makan siang tadi, Watanako-sensei memanggilku ke ruang konseling dan menugasiku banyak soal lantaran ujian matematika bulananku adalah yang terendah di kelas. Setelah berkutat dengan soal-soal itu, aku dengan setengah terpaksa menuju ruang osis untuk mempersiapkan beberapa peralatan festival bunkasai sekolah. Dan tanpa mengetahui bahwa hari ini adalah hari sialku atau bukan, alih-alih ini adalah hari Selasa, yang merupakan jadwal piketku.

Sehingga inilah aku, yang telah menyelesaikan segala tugas, dan berjalan keluar sekolah dengan muka kelelahan. Aku berjalan dengan sangat lambat, menyempatkan banyak memandang langit sambil menyilangkan tangan di belakang kepala.

Sekolah sudah sangat sepi. Menandakan bahwa aku-lah murid terakhir yang baru saja pulang. Aku cukup yakin, tidak ada murid lain yang masih ada di sekolah.

Aku terus berjalan menyusuri halaman sekolah menuju kearah barat sambil tetap menegadahkan kepala-memandang langit.

Dan saat itulah aku yang begitu santai, melihat pemandangan yang seharusnya tidak kulihat. Benar-benar tidak boleh. Atau aku akan menjadi penanggung jawab atas kejadian yang akan terjadi tersebut. Iya. Samar-samar kulihat seorang murid laki-laki berdiri di tepi atap sekolah yang tak berpagar. Matahari sore yang oranye sedikit menghalangi penglihatanku sehingga aku cukup ragu apakah itu manusia atau bukan. Sosoknya terlihat begitu gelap dari kejauhan. Rambutnya yang merah berkibar-kibar tertiup angin yang juga menerbangkan beberapa helai daun sakura.

Otakku bekerja sangat lambat sehingga butuh waktu lama untuk mencerna apa yang kulihat. Murid laki-laki. Terdiam. Di pinggir. Atap. Sekolah.

Bunuh diri.

Dia akan bunuh diri!

Seketika lamunanku buyar dan jantungku berdetak tak karuan sampai-sampai aku bisa mendengarnya dengan jelas. Tanganku mengeluarkan keringat dan tubuhku lemas, namun kaku. Kakiku gemetaran dan aku mulai mengeluarkan gerakan-gerakan panik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life's SecretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang