Disepanjang perjalanan menuju ke sekolah Nava dan Gaza tidak saling berbicara di dalam mobil. Gaza yang fokus mengendarai mobilnya dengan wajah datar dan Nava yang sibuk dengan ponselnya entah sedang chatting-an dengan siapa. Padahal setahunya Nava tidak memiliki teman dekat disekolahan selain dirinya.
Rasanya aneh sekali dan itu membuatnya penasaran. Sesekali Gaza melirik kearah benda pipih di tangan Nava untuk melihat dengan siapa gadis itu saling bertukar pesan. Begitu tahu siapa orangnya, cowok itu mendadak merasa kesal.
Gaza melampiaskan rasa kesalnya dengan mengerem mendadak mobilnya saat sampai di parkiran sekolah, sampai Nava tersungkur ke depan dan terpentuk.
"Awww! Aduuh jidat gue...!"
Gadis itu memandang sinis kearah Gaza. "Elo tuh ya, pelan-pelan bisa nggak sih? Sakit nih!"
"Sorry, gak sengaja." jawabannya santai. Lalu dia keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan kasar.
Nava mengerutkan keningnya melihat tingkah cowok itu. "Lah aneh, tuh anak kenapa sih?" gerutunya. Nava pun cepat-cepat melepas sealt bealtnya dan menyusul Gaza.
Gadis itu menyeimbangi langkah Gaza dengan berjalan disampingnya. Ia menatap wajah Gaza yang masam. "Lo kenapa sih, muka lo—"
Bukk.
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba cowok itu langsung melemparkan tasnya pada Nava. Membuat gadis itu refleks menangkapnya.
"Bawain tas gue. Inget, status lo masih asisten gue." kata Gaza jutek. Tapi sebenarnya ia sedikit menahan senyumnya melihat Nava yang kesusahan.
Sedangkan Nava hanya mendengus, ia tidak bisa menolak perintah cowok itu. Mereka kembali berjalan bersama membuat beberapa siswi yang melihatnya melempar tatapan sinis kearah Nava. Nava sendiri sudah terbiasa dengan situasi ini, ia mengabaikannya.
"Tumben lo pake mobil. Motor lo kemana?" tanya Nava penasaran.
"Motor gue di bengkel. Kenapa? Gue masih kelihatan keren kan walau pake mobil?"
Terdengar Nava yang menghela nafasnya, "Iya. Lo juga bakal keliatan keren walau pake becak sekali pun."
Gaza terkikik geli, ternyata sosok seperti Nava bisa ngelawak juga. "Hahaha, emang ada gitu ke sekolah bawa becak? Aneh."
Nava mengedikkan bahunya. "Coba aja." Sementara Gaza hanya menggeleng-geleng pelan.
"Nanti pulang sekolah lo kerja paruh waktu lagi?"
Gadis itu menggeleng mendengar pertanyaan Gaza. "Nggak."
"Kenapa?"
"Pemilik kafenya cuti sementara karena urusan pribadi. Tapi sebenarnya gue juga udah ada niatan buat berhenti,"
"Kenapa berhenti? Lo bilang pengen mandiri cari uang sendiri?"
"Iya. Tapi lo tahu kan sebentar lagi kita ada ujian akhir semester. Gue mau fokus buat ujian dulu, gue harus ngumpulin nilai bagus biar bisa dapet beasiswa buat kuliah."
Gaza terdiam sejenak merasa salut dengan pemikiran Nava. "Bagus deh, gue setuju."
"Setuju apaan?"
Cowok itu menggaruk kepalanya. "Ya itu sejutu, maksudnya gue dukung keputusan lo."
"Ooh,"
***
Bel istirahat pun berbunyi nyaring, membuat seisi kelas Nava terdengar riuh sesaat. Bunyi decitan kursi, meja, dan pintu beradu menjadi satu. Seluruh siswa berhamburan keluar dari kelas menuju kantin. Lorong yang tadinya sepi kini sudah ramai dipenuhi murid berlalu-lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nava & Gaza [END]
Teen Fiction•Complete• "Gue tahu ini terdengar konyol buat lo," ujar Nava. "Nggak juga. Gue merasakan hal yang sama. Nyokap gue pergi setelah cerai sama bokap gue dan parahnya bokap punya wanita lain lagi" sahut Gaza. Nava terdiam, "Ngomong-ngomong kenapa lo ce...