O8. Secret

579 123 19
                                    

Seseorang pernah berkata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang pernah berkata...

Jika kamu mencintai dua orang di saat yang bersamaan—pilihlah yang kedua. Karena jika kamu mencintai yang pertama, kamu tidak akan jatuh cinta pada yang kedua.

Ya, aku memilih pilihan kedua.

Terdengar cukup egois disaat aku meninggalkan Yoona yang tertunduk di depan pintu. Sebenarnya ini berat, tapi aku benar-benar serius dengan ucapanku. Aku ingin melupakannya—melupakan segala hal tentang aku dan dia.

Memang setiap perjuangan punya akhir bukan?

Aku pikir inilah akhirnya. Aku memilih Seulgi. Gadis itu menatapku tajam sambil menunjuk Yoona yang ada di seberang sana. Matanya memerah sambil terus memukul dadaku dengan kekuatan yang ia punya.

“Kenapa kau kesini bodoh?! Dia memilihmu! Dia menginginkanmu!”

Aku memeluknya berusaha menenangkan, “Tapi, aku memilihmu.”

Perlahan kekuatannya semakin melemah digantikan dengan isak yang terus keluar. Cukup sakit melihat Yoona yang kini mencoba bangkit dan menutup pintunya. Aku yakin dia pasti akan melanjutkan tangisannya di balik pintu. Tugasku saat ini yaitu meyakinkan Seulgi bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ya, aku pasti baik-baik saja tanpa Yoona.

Keesokan harinya aku kembali menjalani rutinitas seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya aku kembali menjalani rutinitas seperti biasanya. Melakukan meeting dan pulang jam empat sore. Hatiku langsung menghangat saat Seulgi membuatkan pancake dan coklat hangat. Sesaat aku kembali teringat bagaimana Yoona—sebelum mengenal Chanyeol—ia membuatkan hal serupa. Dia akan tersenyum sambil memamerkan hasil buatannya.

Huh, untuk apa mengingatnya lagi?

“Aku lihat kalender di meja kerjamu tercoret,” Dia meletakkan pancake di atas meja, “Apa kau punya rencana dalam waktu dekat?”

Aku memotong pancake perlahan. Pertanyaan Seulgi seolah angin lewat yang tidak begitu penting bagiku. Walaupun dari dalam sini hatiku terus meronta dan berteriak bahwa kalender itu penanda bahwa pernikahan mereka sudah semakin dekat.

“Hanya bosan saat bekerja jadi aku mencoretnya.” Jawabku sesaat sebelum Seulgi merasa terabaikan.

Matanya semakin menyipit—ia tertawa.

“Jadi, setiap hari kau bosan bekerja?”

“Kau memperhatikannya?”

Seulgi mengangguk sambil menyodorkan coklat hangat kehadapanku. Dagunya bertumpu pada kedua tangannya lalu menatapku dengan tatapan yang—oke, dia menggemaskan.

“Aku hitung dari lingkaran terakhir tersisa tujuh hari lagi. Apa kau menargetkan rasa bosanmu untuk seminggu ke depan?”

Aku tersendak saat meminum coklat hangatku. Seulgi langsung terburu-buru menghampiriku lalu mengelus punggungku.

“Kau tidak apa-apa?”

Aku mengangguk sambil menyingkirkan tangannya dari punggungku.

“Aku baik-baik saja. Tidak usah terlalu khawatir,” Aku tersenyum tipis, “Pancake buatanmu enak.”

Seulgi tersenyum manis lalu kembali tempat semula ia duduk. Berbeda dengan aku yang sibuk menikmati pancake buatannya dengan perasaan yang tidak bisa aku gambarkan. Seulgi bilang tujuh hari lagi. Ya, tersisa tujuh hari lagi sebelum gadis itu meninggalkanku untuk selamanya.

Tidak!

Dia tidak sepatutnya aku pikirkan lagi!

Suara ketukan pintu terdengar. Buru-buru Seulgi memberiku kode bahwa ia yang akan membuka pintunya. Aku hanya mengiyakan sambil melanjutkan aktivitas makanku.

Beberapa menit Seulgi juga belum kembali. Alisku mengerut, ada apa dengan gadis itu? Setidaknya jika ia tidak kembali pasti ia akan berteriak sambil memanggilku seperti biasanya ketika kami kedatangan tamu.

Aku rasa ada yang tidak beres. Aku meninggalkan pancake-ku yang tersisa sedikit dan setengah gelas coklat hangat. Langkahku terhenti saat melihat Kai yang hanya berdiri di depan pintu sambil menatap nanar jalanan kosong.

“Kai sedang apa kau disitu? Dan diman—”

“Sejak kapan kau mengenal Seulgi?” Potong Kai tiba-tiba sambil menatapku dengan tatapan yang tidak aku ketahui apa maksudnya.

Mendengar nama Seulgi aku jadi teringat tujuan utamaku. Aku menggeser tubuh Kai lalu melirik ke segala arah berharap aku menemukan gadis itu tapi nihil...hanya ada angin yang aku dapatkan diluaran sana.

Aku kembali kehadapan Kai untuk meminta penjelasan.

“Kau juga mengenal Seulgi? Dimana dia sekarang?”

Kai menghela nafas sebelum akhirnya membeberkan satu rahasia besar yang membuatku jatuh ke dalam lubang paling dalam.

“Aku mengenalnya sejak lama. Dia mantan kekasihku. Orang yang selama ini aku ceritakan padamu,”

Kai menepuk pundakku masih dengan helaan nafas beratnya.

“Kau jangan mencarinya lagi karena dia paling benci berurusan dengan keluarga seseorang yang membuatnya terluka.”

Tanpa sadar aku mengepal tanganku lalu meninju Kai habis-habisan. Amarahku rasanya memuncak. Ternyata Kai si lelaki brengsek yang membuat hidup Seulgi menjadi sepertiku. Berselingkuh dengan gadis lain lalu menghasilkan anak yang—argh sialan!

“Matilah kau brengsek!”

Lagi-lagi, semesta merebut apa yang aku punya.

Seulgi pergi...

Meninggalkanku disaat aku sudah percaya bahwa cinta baru itu ternyata ada.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
fools gold | yoona sehun. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang