KECELAKAAN
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Acara resepsi pernikahan Lisandro-sepupu Atreo-telah usai. Semua tamu undangan sudah memasuki kamar yang memang disediakan Lisandro untuk beristirahat.
Ketujuh remaja laki-laki sedang berkumpul di ruang tamu sebuah kamar. Mereka sudah mengganti pakaian mereka dengan pakaian yang lebih santai.
"Gue mau keluar, cari cewek." Darren berdiri hendak mengambil jaketnya.
"Orang keluar mau cari makan, dia cari cewek." Nicholas menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Darren. "Kalau alasan lo itu, gue ikut deh," sambung Nicholas membuat keenam remaja lain langsung menyorakinya.
"Sesat lo setan," tukas Malik.
"Malik gak boleh gitu. Nanti nggak bisa poligami."
"Gak nyambung, goblok!" Malik memukul kepala Abercio dengan tangan telanjang.
"Tapi benar kata Darren. Daripada kita disini gak ngelakuin apa-apa, mending keluar cari angin, atau apa gitu? Masa kita udah di Semarang, tapi nggak keliling-keliling." Mizar memberi pendapat.
"Kan udah gue bilang, mending keluar. Kalau kita disini, satu ruangan laki semua. Ngeri sendiri gue," ujar Darren berusaha meyakinkan keenam temannya yang lain untuk berkeliling kota Semarang.
Semua orang menatap Atreo. Atreo yang merasa tak nyaman ditatap seperti itu oleh teman-temannya, membuka suara, "Kenapa?"
"Ayo dong keliling-keliling. Bosan tahu di sini mulu."
Atreo berpikir sejenak. Sebenarnya tidak ada masalah jika mereka keluar sebentar untuk sekadar mencari angin. Lagipula, mereka juga membawa motor masing-masing. Atreo menatap Aksa, menanyakan pendapat.
"Gue ngikut," sahut pria berdarah Bali itu singkat.
"Tuh, Aksa mau. Ayo, lah, ayang Reo." Mizar menggoyang-goyangkan punggung Atreo berusaha membujuk.
"Jangan manggil bebebku pakai sebutan ayang! Najis tahu gak lo?!" Darren mendorong bahu Mizar pelan.
"Setan kok jadi malah mengibarkan bendera pelangi?" pekik Malik saat mendengar pembicaraan Mizar dan Darren yang menciptakan sensasi geli di tubuhnya.
"Dih, bilang aja iri!" Mizar memutarkan matanya, malas.
"Udah, daripada berantem, Baby Atreo punya Mas Niko seorang." Nicholas memberi kecup jauh ke arah Atreo.
"Jijik sumpah jijik! Duh, Ya Allah kenapa gue bisa berada di situasi ini?" Malik bertingkah heboh.
"Apaan sih anjir? Malah bahas yang lain? Jadi gak perginya?" Abercio mengembalikan omongan mereka yang sempat berbelok ke arah pelangi. Lantas saja, pandangan semua orang kembali lagi ke arah si cowok dengan rahang tegas itu. Atreo.
"Cuman sekadar makan, nggak yang lain-lain," putus Atreo membuat seketika ruangan yang dipenuhi anak laki-laki itu berubah ramai. Apalagi Mizar yang tadinya hendak menggulingkan badannya di lantai. Tetapi niat Mizar dihentikan oleh Aksa yang langsung dengan cepat menahan tubuh Mizar.
"MIJAR TOLONG YA JANTUNG GUE ANJING. Lo sadar diri dong. Ya Tuhan Yesus, Bapa yang Maha Baik, dosa apa yang sudah aku lakukan, bisa dapat teman kayak setan begini?" Nicholas benar-benar terkejut. Bukan karena peduli, dih ngapain peduli sama babi hitam? Tetapi memang Nicholas ngeri sendiri melihat Mizar yang entah kenapa ingin melakukan rolling depan di lantai.
Bukannya mau body shamming, tetapi badan Mizar itu memang sebesar gaban. Terakhir menimbang, berat badan Mizar 97 kg. Maka dari itu, jika sudah terduduk di lantai, Mizar harus membutuhkan tenaga teman-temannya untuk mengangkut dirinya agar bisa berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISKALA - The Dark Side of Gardapati High School
Novela JuvenilAlgebra Caleabree. Seorang gadis yang masih menyandang status sebagai seorang pelajar di jenjang sekolah menengah atas. Semua orang akan berpikir bahwa hidup Calea sangatlah sempurna. Tetapi, kenyataan berkata tidak. Lahir tanpa kehadiran seorang Ay...