"Kita pulang," ajak Azka dingin.
Meninggalkan Rey dan Hani yang menatap mereka kebingungan.
Raut wajah Azka pun tidak seramah tadi, Rima yang ditarik tiba-tiba pun bingung sendiri.
"Ka, kamu kenapa si?" tanya Rima.
Azka diam tak menjawab, cengkramannya semakin ketat membuat Rima kesakitan.
"Masuk," tintahnya begitu mereka sampai diparkiran dan didepan mobil.
Sambil memegangi tangan yang merah, Rima masuk tanpa membantah.
Azka menjalani mobil dengan kecepatan sedang, ia sesekali mengusap wajahnya kasar sambil menggumam tak jelas.
Baru kali ini Rima melihat Azka seperti ini, Rima menyenderkan kepalanya kejendela mobil. Memandang keluar jendela, tangan masih sibuk mengusap tangan yang satunya.
Azka masih tak habis fikir dan tak menyangka, bisa-bisanya Rey menikung dirinya. Ingin merebut Rima darinya? Dan lagi, apa Rima tak sadar Rey, sahabatnya sendiri mencintainya.
Jika seperti ini jadinya, apa yang harus Azka lakukan? Antara cinta dan sahabat. Katakan apa yang harus ia lakukan?!
Mobil telah berhenti tepat didepan pagar rumah Rima, Rima melepas selbet lalu membuka pintu mobil.
Azka menarik tangan Rima yang merah itu membuat sang empuh meringis perih, dilihatnya tangan itu dengan tatapan bersalah Azka menatap Rima.
"Maaf, gara-gara aku. Tangan kamu jadi seperti ini,"
Rima menghembus nafas kasar dan melepaskan tangannya dari cekalan Azka.
"Aku ga tau kenapa kamu tiba-tiba terlihat marah, tapi yang jelas seberapa kamu emosi tolong dikontrol jangan sampai melukai seseorang jangan sampai melukai diri sendiri. Aku tau, kamu melakukannya diluar kendali. Untuk itu cara terbaik untuk meluapkan semua emosi kamu adalah menyendiri, disuatu ruangan kosong. Kamu akan berulang kali memikirkan masalahmu sampai kamu mendapatkan jalan keluar yang menurutmu terbaik atau kamu bisa membaginya padaku, aku siap mendengar curahanmu" kata Rima tersenyum menenangkan.
Azka tersenyum kecil, tumben sekali wanita ini berbicara lembut padanya. Apa iya harus marah seperti tadi dulu baru ia merasakan kelembutan dari wanita ini.
Setelah melihat anggukan dari gerakan kepala Azka, Rima keluar dari dalam mobil.
"Terimakasih untuk hari ini, mau mampir dulu?"
"Ngga"
"Yaudah, hati-hati dijalan"
Rima, sebenarnya bidadari apa yang telah merasukimu? Hingga kau bertingkah selembut ini padaku.
Azka terkekeh menggelengkan kepalanya, jika dia berkata seperti itu bisa-bisa setan itu kembali murka.
Rima sudah memasuki perkarangan rumahnya, sedangkan Azka masih diam ditempat. Fikiran masih kalut, disekitarnya tanpa disadari sudah terjadi antara persahabatan dan cinta.
Skenario seperti apa yang telah kau beripadaku, ya allah? Kisah cinta yang bahkan belum kumulaipun sudah serumit ini. Apa lagi jika sudah bersama dengannya apa lebih rumit dari ini?
Argh. Sialan.
Bisa-bisanya Rey suka sama Rima. Yang notabenya Rey sendiri tau jika Azka mencintai sahabatnya, memang salah Azka juga tidak menyatakan cintanya pada Rima. Terlalu lama untuk pendekatan, karena Azka sendiri masih ragu tentang perasaanya pada Rima. Dan baru sekarang dia sadar jika perasaannya benar-benar untuk Rima.
Masa lalu yang membuatnya menjadi ragu seperti ini.
"Brengsek!" umpatnya memukul stir mobil lalu diambilnya handphonenya untuk menelfon seseorang.
Begitu terhubung.
"Temuin gue ditempat biasa, sekarang."
Tak ada waktu jeda untuk memberi seseorang disebrang sana untuk bicara, telfonpun dimatikan sepihak oleh Azka.
Dia kembali mengendarai mobilnya menuju tempat tujuannya, yaitu tempat biasa Azka dkk nongkrong.
**********
"Jadi ada apa?"
"Jawab jujur, lo suka sama Rima?"
Kedua mata Rey membulat terkejut, tak menyangka jika sahabatnya satu ini melontarkan pertanyaan seperti itu.
Rey juga sebenarnya tau, tau resiko seperti apa nantinya jika Rey terus mengasih perhatian lebih kepada Rima membuat Azka lama kelamaan akan menyimpulkan dia mencintai Rima. Ya, seperti sekarang ini.
Melihat Rey diam tak menjawab, membuat Azka semakin geram.
"Lo tau kan, kalo gue itu lagi berusaha dapetin Rima! Kenapa lo juga ikut berusaha dapetin dia?! Lo mau nikung gue?!" menatap Rey tajam.
"Ok-ok gue ngaku salah. Gue minta maaf, gue emang suka sama Rima. Gue cinta dia. Gue udah berusaha ngilangin rasa itu ke dia, tapi nyatanya itu semua susah."
"Gue minta lo jauhin Rima! Gue tau gue egois, tapi lo taukan kisah cinta gue dulu kaya gimana. Dan saat ini gue udah buka hati lagi, tapi lo diam-diam mau nyaingin gue Rey?!"
"Ya, gue tau. Kalo itu yang lo mau dan bisa maafin gue, it is ok. Gue lakuin, semoga lo bahagia sama Rima," ucap Rey tersenyum samar.
"Thanks, lo mau lakuin itu. Gue tau itu semua berat, karena posisi lo sekarang ini udah pernah gue alamin. Gue harap lo bisa dapat perempuan yang lebih baik"
"Pasti, dan gue harap juga lo jangan pernah sakitin dia, jangan buat dia nangis. Gue benar-benar sayang sama dia ka" kata Rey pelan.
"Tanpa lo minta gue akan selalu berusaha jagain dia"
Lega, tak ada lagi emosi yang mengusainya. Terganti dengan rasa senang, Rey bersedia mengalah untuknya. Azka tak tau lagi jika Rey masih ingin berisih keras untuk miliki Rey, bisa saja persahabatnya hancur dan terjadi baku hantam diantara mereka.
Lagi pula, Rey juga tahu diri. Rima orang yang berada sedangkan dirinya hanya orang biasa, Rey memaksakan diri untuk bersama Rima? Bukan hanya persahabatan antara Rima saja yang hancur. Persahabatan antara Azka pun hancur.
Dan kini, resiko menjauhi Rima adalah Rima marah padanya. Tentu saja itu akan terjadi, siapa pula yang mau dijauhi sahabat tanpa alasan yang jelas? Hanya orang gila yang melakukannya. Lalu apa Rey akan memberi tahu Rima jika ia melakukan itu demi dirinya bahagia, merelakan cintanya begitu saja(?)
Tentu saja jawabannya tidak!
Astaga. Kenapa?
Cinta kami serumit ini...
Cinta yang rumit.
_______________________________________________
Otw konflik(?)
Ga tau. HEHEHE....
Tanya sama Rima & Hani aja.
®
KAMU SEDANG MEMBACA
Completed A Love
Teen FictionDulu mereka Sahabat tetapi sejak mengenal cinta persahabatan seketika hancur begitu saja. Keegoisan yang mengusai perasaan, keegoisan yang tak bisa dikendalikan membuat suasana yang damai berubah menjadi perselesihan. Salah paham dan menyimpulkan ke...