Delapan

6K 377 19
                                    

Vanya

Muka Bang Ical keliatan banget kalo dia lagi nahan amarah pas Andri pulang barusan. "Bener apa yang tadi Andri omongin?"

Gue bingung harus jawab apa. "I-iya Bang."

Bang Rical tampak menghela nafas. "Baru kemarin malam Ayah hubungin gue, dia bilang kalau satu Minggu lagi lo bakal nikah. Pas denger semua itu sebenarnya gue gak mau percaya, tapi gue sadar, kalo Ayah gak pernah bercanda sama apa yang dia omongin."

"Abang kesini khawatir sama gue?"

Bang Rical mengelus rambut gue lembut. "Tentu, lo adik satu-satunya gue. Kenapa lo gak pernah telpon gue, hah?!"

"Sendirinya kenapa gak pernah telpon? Gue kan sibuk Bang."

"Sibuk apa? Sibuk nonton drakor?" cibirnya.

"Nah, itu tahu." kata gue sambil nyengir.

"Kesimpulannya?"

Alis gue mengkerut. "Kesimpulannya? Apa?"

"Kesimpulannya dari kejadian tadi apa, Vanya?" kesal Bang Rical. "Jadi, kesimpulannya Justin ninggalin lo sendiri di sana, gitu?"

Gue diem aja gak jawab pertanyaan Bang Rical, gue takut woi. Mana muka Bang Rical keliatan garang banget kalo lagi kayak gini, bunuh aja gue bang bunuh.

"Vanya, kalo gue tanya itu jawab." tekan Bang Rical.

"Iya, Justin ninggalin gue di sana sendiri,"

"Oke, bakal gue aduin sama Ayah. Ini cara agar bisa menggagalkan rencana pernikahan itu, Van." kata Bang Rical antusias. "Lo senang, kan?"

Bukannya senang, gue malah diam sambil mikir. "Gak Bang, gak usah ngomong sama Ayah."

"Kenapa?" tanya Bang Rical bingung. "Lo mau nikah sama si Justin, laki-laki yang nggak bertanggung jawab itu?

***

Justin

"Baru pulang, Tin?" tanya Papi, namun matanya masih fokus pada televisi yang ada di depannya.

"Iya."

"Kamu antar Vanya sampai ke rumahnya, kan?" kini Mami juga ikut nanya-nanya in gue, ah sial baru juga pulang udah di interogasi aja.

Oh iya, gue lupa! Gue tinggalin Vanya sendiri tadi di restoran, gue tengok ke arah jam tangan, udah pukul dua belas malam. Dan bisa-bisanya orang tua gue belum tidur, apa mereka sengaja mau nungguin gue pulang? Dasar.

Duh, gue jadi bingung mikirin si Vanya, ah beban bener sih dia. Kenapa coba tadi dia gak pulang aja pas gue pergi. Tapi bodo amat lah, dia kan juga punya kaki, masa gak bisa jalan sendiri, manja betul.

"Justin, di tanya Mami diem aja." ujar Papi lalu mematikan televisi itu.

"I-iya, Justin anter sampai rumahnya kok, Mi." semoga aja mereka percaya sama omongan gue ini. "Justin cape nih, mau ke kamar, boleh?"

Mami tersenyum lalu berjalan mendekati gue. "Iya Justin, tidur sana. Inget ya, beberapa hari lagi kalian akan menikah, jaga kesehatanmu."

Married With Fakboy [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang