===========
==========
Jeffrey memakai jaket dan sedikit berkaca untuk sekedar membenarkan posisi jaketnya, atas permintaan pak Soesanto, ia menghubungi Kanaya dan mengajaknya untuk keluar hari ini, sekedar untuk saling mengenal.
Jeffrey sedikit terkejut dengan persetujuan yang diterimanya begitu cepat, ia tak menyangka, saat langit semakin menggelap dan bersiap untuk tidur, ia mendapat telepon bahwa Kanaya menerima perjodohan ini, bahkan di hari yang sama dengan hari dimana ia menolaknya.
Jeffrey sempat berpikir, apa yang membuat gadis itu berubah pikiran begitu cepat? Rasanya ia begitu keras menolak perjodohan ini, ia bahkan memiliki seorang kekasih.
Jeffrey tak ambil pusing, ia menerima perjodohan ini hanya karena pamannya dan karena pak Soesanto yang meminta hal itu, ia bercerita banyak hal tentang putrinya, tentu di lubuk hati Jeffrey yang paling dalam ia bisa merasakan kesedihan yang pak Soesanto rasakan, Jeffrey juga seorang ayah.
Sesama ayah pasti mengerti perasaan satu sama lain.
Ia sebenarnya belum merasakan sebuah kesiapan dalam memulai rumah tangga kembali, apalagi dengan pengalaman yang ia rasakan. Trauma itu masih belum hilang.
Trauma saat wanita yang ia cintai memilih untuk kembali ke pelukan keluarga dan menikah dengan mantan kekasihnya.
Tentu kali ini, ia menikah dengan persetujuan yang jelas.
Sedangkan Jeffrey, ia dengan lancang membawa putri keluarga kaya pergi menjauh dari rumahnya dan berniat memulai hidup bersama.
Tapi Jeffrey tahu, itu adalah sebuah kesalahan yang fatal dan yang menjadi korban dari semua itu adalah anaknya sendiri yang kini tinggal tanpa kasih sayang seorang ibu.
Ia menikah dan wanita yang ia cintai hamil, itu sebuah kebahagiaan untuk Jeffrey, tapi suatu ketika kejadian buruk hampir merenggut nyawa Teresa--wanita yang sangat ia cintai--hingga seluruh keluarganya tak bisa menerima kesalahan yang Jeffrey lakukan.
Mereka merasa bahwa Jeffrey telah membuat Teresa dalam keadaan bahaya, karena tak bisa mengurus dengan baik kondisi Teresa yang lemah.
Orang tua Teresa datang, mengambil Teresa namun tidak dengan buah cintanya dengan Teresa.
Mereka berkata bahwa tak ingin memiliki keturunan dari laki-laki tak jelas sepertinya.
Jeffrey tertawa mengingat hal itu, kini laki-laki tak jelas itu akan bangkit. Memulai hidup barunya dan melupakan masa lalu yang kelam.
Teresa adalah masa lalunya. Dan Jeffrey berterima kasih akan hal itu, bagaimanapun Teresa pernah jadi bagian dalam hidupnya, dan sempat membuatnya menjadi laki-laki paling bahagia di dunia ini.
Namun, Teresa juga berhak memilih bagaiman ia akan menjalani kehidupannya.
Dan pada akhirnya Teresa memilih orang lain, bukan dirinya.
Jeffrey menatap putranya yang tengah terlelap, putranya itu terlihat lelah karena tadi malam tak memiliki tidur yang cukup. Jeffrey membiarkan Alex untuk tidur sepuasnya siang ini.
Saat keluar kamar Jeffrey melihat adiknya yang tengah makan siang sendirian, "jagain Alex dulu ya, kakak mau keluar sebentar."
Jonathan menganggukkan kepalanya, "hati-hati kak."
Dengan gerak cepat Jeffrey melangkah, tak ingin terlambat. Dia pria yang disiplin dan teot waktu, karena baginya setiap detik adalah sebuah makna, ia tak ingin menyia-nyiakannya.
Hingga 30 menit perjalanan akhirnya Jeffrey sampai di kediaman pak Soesanto. Pagar terbuka dan membiarkan ia dan mobil sederhananya masuk ke dalam halaman rumah mewah itu.
Ia keluar dari mobil, berjalan menuju pintu depan dan melangkah menuju ruang tamu.
Hari ini pak Soesanto tengah berada dalam dinas luar kota, tak memungkinkan dirinya untuk berada di rumah.
Jeffrey menunggu di ruang tamu, dan beberapa menit kemudian gadis itu datang, terlambat 15 menit tapi tak masalah. Jeffrey bisa memaklumi hal itu.
Kanaya tersenyum canggung, Jeffrey tak bisa berhenti menatap ke arah gadis itu.
Jeffrey tak ingin berbohong, dan ia juga tak suka berbohong. Kanaya sangat cantik di matanya.
Kanaya sekarang berada tepat di depannya, "hallo?"
Dengan cepat Jeffrey menyadarkan dirinya, "udah siap?"
Gadis itu mengangguk, dan dengan cepat Jeffrey mengulurkan tangannya, "ayo."
Kanaya terlihat bingung dan tak membalas uluran tangan Jeffrey, "aku rasa kita bisa pelan-pelan dulu."
Dengan cepat Jeffrey menangkap maksud gadis itu, inti dari ucapan itu adalah aku tidak nyaman.
Jeffrey menarik tangannya, "ah maaf."
Dan kembali, gadis itu tersenyum canggung.
"Aku mohon pemaklumannya, karena kamu tau juga kan, ini bukan sepenuhnya kehendak aku."
Jeffrey menganggukkan kepalanya, "I got it Kanaya, don't worry. Saya juga bukan seseorang yang suka memaksakan kehendak saya kepada orang lain."
"Kita akan melakukan semua hal sesuai dengan keinginan kamu, tanpa paksaan. Saya janji."
Gadis itu terus tersenyum canggung, "makasi atas pengertiannya."
"Well, dalam memulai sebuah hubungan yang kamu tidak kehendaki, memang harus banyak mengerti. Terutama perasaan satu sama lain."
=========
==========
KAMU SEDANG MEMBACA
Married A Duda || Jung Jaehyun
Fanfiction(Status : ongoing) ᴋᴀɴᴀʏᴀ ᴀᴅᴀʟᴀʜ ɢᴀᴅɪꜱ ᴍɪʟᴇɴɪᴀʟ, ꜱᴇᴅᴀɴɢᴋᴀɴ ᴊᴇꜰꜰʀᴇʏ (ᴊᴀᴇʜʏᴜɴ) ᴀᴅᴀʟᴀʜ ᴅᴜᴅᴀ ᴀɴᴀᴋ 1. ꜱᴜᴀᴛᴜ ʜᴀʀɪ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ʜᴀʀᴜꜱ ᴍᴇɴɪᴋᴀʜ, ʙᴀɢᴀɪᴍᴀɴᴀ ᴊᴀᴅɪɴʏᴀ? ©ᴅʏʙʙʏɢʀʟ 15.05.2020 •ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ʜᴀɴʏᴀ ꜰɪᴋꜱɪ ʙᴇʟᴀᴋᴀ, ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ᴠᴏᴛᴇɴʏᴀ ᴊɪᴋᴀ ᴋᴀʟɪᴀɴ ꜱᴜᴋᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ...