Hey?
Ada apa?
Pelan-pelan, Aku disini.
Suaramu tercekat, jangan bicara dulu.
Tarik nafas dulu ya.
Sudah minum?
Baiklah, kabari aku.
Iya, aku masih disini.
Tidak apa, aku akan mendengarkanmu, semuanya.
Tidak boleh ditahan, menangislah.
Orangtuamu lagi?
Aku paham, perkataan memang bisa lebih tajam dari sebuah pisau.
Emosi bisa membuat perkataan itu semakin menusuk.
Aku mengerti sekarang.
Setiap kisahmu, kesedihanmu, aku mulai paham.
Minum dulu ya, kau tidak boleh menahan air matamu.
Jangan berkata seperti itu, siapapun orangtuamu, dengan siapapun kau hidup, kisahmu akan tetap sama.
Kau tahu, karena itu telah dituliskan untuk kita, dan, kita adalah pemeran utamanya.
Aku paham, kau, dan kita semuanya berhak bahagia.
Jangan gegabah dulu, ya.
Emosimu sedang meledak, keputusanmu sekarang, tidak akan menyelamatkanmu nanti.
Aku disini, untukmu.
Tidak apa, kau berhak atas dirimu.
Tetapi, bertahan dulu ya, sebentar saja.
Maaf ya, hanya bisa menemanimu dari sini.
Kau mungkin akan semakin muak, dengan tindakan mereka padamu.
Kau, akan semakin tersakiti, semakin dalam.
Tetapi, Kau adalah gadis yang kuat.
Kau bisa melewatinya.
Tahan sebentar lagi, usahamu tidak akan sia-sia.
Mereka, sayang padamu.
Aku paham, kau akan mengatakan hal itu.
Tetapi, cara mereka salah, mereka hanya terlalu gengsi untuk mengakuinya.
Dan, kau, sudah terlalu terluka untuk membela diri.
Kau adalah gadis kuat.
Aku yakin, kau bisa melewati nya, kau, juga harus yakin pada dirimu.
Menangislah malam ini, keluarkan semuanya.
Aku, tetap bersamamu.
Lalu, aku ingin, besok pagi, melihat senyuman mu kembali.
Tidak apa jika tidak bisa, nanti biar aku saja yang tersenyum.
Tidak perlu kemari, aku saja yang datang padamu.
Tidak akan ada mantan anak, ataupun mantan orangtua.
Bagaimanapun keadaannya, kalian adalah keluarga.
Dan, Aku yakin, dibalik pertemuan kalian, akan ada banyak hikmah yang bermunculan setelah ini.
Bersabar ya.
Kau memilikiku.
Tidak, mereka sayang padamu, mereka hanya tidak tahu cara menyampaikannya.
Jangan melihat kehidupan orang lain ya, mereka belum tentu sebahagia itu.
Kita semua, punya luka masing-masing.
Tetapi, ini tentang bagaimana luka itu sembuh perlahan atau hanya dengan sekejap mata.
Kau benar, ini tentang proses penyembuhan.
Kau, sudah cukup terluka.
Dan sekarang, kau berhak untuk sembuh.
Aku akan membantumu besok.
Menangislah dulu, perasaanmu butuh untuk diluapkan.
Setiap perkataan yang kau dengar malam ini dan setiap malam yang telah lalu, kau berhak membuangnya.
Tidak baik dipendam,
Kau bisa mengatakan semuanya padaku.
Murahan.
Berandal.
Norak.
Tidak bisa diandalkan.
Bodoh.
Ah, cukup menyakitkan juga ya.
Aku sengaja mengucapkannya lagi, agar semuanya, dapat terbuang.
Semua yang telah terucap untukmu, kau tidak berhak menyimpannya.
Dirimu, berhak untuk cinta.
Itu juga cinta, hanya saja, sedikit lebih pahit.
Kau boleh memaki, kau boleh marah, kau boleh merasa sangat kesal, sampai tidak ada lagi kata yang mampu kau ucapkan, untuk menggambarkan perasaanmu.
Tetapi, cukup sampai disitu ya.
Besok, kau berhak bahagia.
Aku akan menemuimu besok. Kau seperti aku dulu, dan, kau berhak sembuh sepertiku.
Tidurlah.
Malam semakin larut.
Air matamu, saksi bisu malam ini.
Hapus jejaknya ya, jangan biarkan sisa malam ini terbawa hingga besok. Biarkan semuanya selesai, malam ini.
Terima kasih sudah menghubungiku. Aku senang bisa membantumu.
Kau, memilikiku, setiap saat.
Tidurlah, dan,
Selamat malam.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Halo?
Non-FictionHalo? Ponselku berdering, tapi, suara mu tercekat. Tidak apa, katakan saja segalanya. Aku mendengarkanmu. Aku, bersamamu