Hari pertama tour mereka, Chandra sudah menjadi kuli angkut barang-barang belanjaan untuk oleh-oleh baik saudara dan teman kantornya. Ada saja yang diingat Prita bila melihat sesuatu. Misal melihat biji kopi teringat Brave, tak sengaja melihat tenun bali ia teringat mamanya, dan masih banyak lagi barang yang akhirnya terbeli dengan menggesek kartu debit Chandra.
Chandra mengambrukkan kantong belanjaan itu di lantai di depan pintu. Setelah melepas sneakernya dia berjalan gontai lantas menerjun bebaskan tubuhnya ke atas spring bed yang membuat tubuhnya terpental naik turun.
"Mas Chandra jorok! Mandi dulu napa?" tegur Prita begitu keluar dari kamar mandi setelah mencuci tangannya.
Chandra tidak menjawab. Ia hanya memejamkan mata seolah bisa juga menutup lubang telinganya dari omelan sang istri barunya. Mengetahui tidak diindahkan oleh Chandra, Prita hanya mencebik dan segera mengambil baju ganti serta pembalut untuk segera membasuh tubuhnya.
Bunyi derik pintu kamar mandi terdengar. Beberapa saat kemudian suara kucuran air shower menggaung di ruangan. Chandra membuka kelopak mata, dan yang didapati hanya siluet warna putih dinding yang terdapat di depannya.
Menghela napas panjang, akhirnya Chandra menegakkan tubuhnya. Dia mengusap kasar wajahnya yang berminyak. Dilepasnya kaus kaki semata kaki dan menaruh kaus kaki bekas itu sembarang di lantai. Dia buru-buru menarik dompetnya, dan membuka lipatannya, mengambil tanda bukti transaksi dari kartu debitnya.
Ada lima bukti transaksi, dan dengan otaknya yang seolah sudah terpasang kalkutor di otaknya, ia menghitung total transaksi hari ini. Mata Chandra membeliak. Ia menelan ludah kasar mendapati nominal di otaknya.
"Wow ... satu setengah juta, hari pertama." Chandra tersenyum sinis tak percaya. Ia merogoh lagi gawai yang masih terselip di kantong celana depan. Dibukanya kunci dengan menggeser pola dengan jarinya. Matanya menyipit mencari aplikasi mobile banking di layar gawai. Setelah memasukkan username dan password, mata Chandra semakin melebar sempurna saat disuguhi jumlah saldo yang semakin menyusut.
Chandra memukul-mukulkan permukaan layar gawai ke dahinya. Sehari saja sudah habis segitu, gimana sebulan ....
Bahkan Chandra tak berani menjawab pertanyaannya sendiri. Dia sudah bergidik ngeri hanya dengan membayangkannya.
Prita dengan baju tidur model yang berbeda dari yang dipakai semalam lalu dan seperti biasa sudah menggulung rambutnya naik ke atas berbalut handuk, keluar dari kamar mandi. Chandra yang sudah selesai memberesi tanda bukti transaksi itu menoleh ke arah Prita dengan wajah yang tak terdefinisi. Senang tapi sedih.
"Kenapa mukanya gitu?" Ekspresi aneh Chandra tertangkap oleh Prita.
Chandra terkesiap. Ia memperbaiki raut wajahnya, dan mengulas senyuman. "Eh, sudah selesai mandi?"
Prita memberikan cengiran canggung. Chandra meletakkan begitu saja dompet dan gawainya di atas nakas, sebelum bergegas ke kamar mandi untuk mengguyur badannya yang lengket.
Prita hanya melihat punggung Chandra yang masuk ke kamar mandi. Alisnya mengerut dan menggigit sudut bibir kirinya. "Kenapa dengan Mas Chandra?" gumam Prita.
***
Hari ketiga di Bali sedianya mereka akan berkunjung ke Tanjung Benoa, Waterblow dan Uluwatu untuk melihat pertunjukan tari kecak. Namun, selalu saja insiden yang membuat Prita kesal dengan Chandra.
"Ta, aku mau diving dulu ya. Kamu kan lagi haid, kamu tunggu di sini. Sayang nih udah sepaket bayarnya ga dipakai." Chandra antusias membongkar tasnya hendak mengambil celana renang. Pemuda itu menarik dompet dan gawainya karena takut terjatuh di kamar mandi, dan memasukkan ke dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled (Completed)
RomanceChandra Pradipta, pemuda selengekan yang enggan berkomitmen. Di usianya ke 28 tahun, Prita kekasihnya meminta agar Chandra segera menikahinya. Namun, adik Chandra - Cinde, yang enam bulan lagi menikah membuat Chandra tidak bisa langsung menyetujui n...