Semua manusia pasti memiliki beban dalam hidupnya. Mulai dari yang memiliki tahta hingga mereka yang hanya sebatas debu belaka. Dari mereka yang menyimpan banyak harta hingga mereka yang meminta-minta.
Tak selamanya beban adalah hal terberat dalam hidup ini. Ada beberapa beban yang bisa berakhir menjadi kebahagiaan dan ada pula yang berakhir mengenaskan.
Terkadang kita melihat mereka yang dengan mudah mendapatkan apa yang mereka mau dengan uang. Tanpa kita tau betapa besar beban yang dipikul mereka karena adanya harta.
Terkadang kita berfikir mereka yang miskin bisa bahagia tanpa beban besar menanggung harta benda. Tanpa kita tau betapa sulitnya mencari sebutir beras, untuk orang yang dikasihi.
Tidak ada cobaaan yang melebihi batas mampu umat-Nya. Sabar adalah kunci utama kita mampu menjalani manis getirnya hidup ini.
Kini beban itu telah Sahira rasakan. Disamping harus belajar dan menjadi santri teladan di pesantrennya. Kini ia diberi tangung jawab untuk mengajar anak di Madrasah Tsanawiyah. Mengantikan guru seni budaya yang beberapa waktu lalu mengajukan cuti melahirkan.
Kesibukan Sahira kian bertambah dengan ditangungnya tugas itu. Bukan hal mudah memberikan pelajaran pada murid di sekolah. Karena baru kali ini ia meraskan menjadi seorang guru.
Bukan hanya memberi pelajaran yang tepat. Namun juga harus memberi contoh yang baik untuk murid-muridnya. Harus menanamkan rasa disiplin yang kuat pada diri sendiri juga pada para santri.
Begitu mudahnya mereka mengatakan kalau guru itu kejam, suka mengomel, banyak bicara, suka memberi hukuman, dan banyak lagi keluhan. Yang tanpa mereka tau bahwa menjadi guru adalah sebuah tangung jawab besar, juga sebuah kesulitan besar.
Saat mereka melakukan kesalahan di luar bimbingan guru siapakah yang akan disalahkan? Saat mereka mengatakan hal buruk di depan khalayak ramai siapakah yang disalahkan? Dengan gampangnya orang tua hanya mengatakan "apa yang diajarkan gurumu padamu?"
Hari ini langit nampak cerah. Pagi-pagi sekali Sahira bersiap lalu berangkat menuju gedung madrasah. Sambil menenteng buku-buku pelajaran.
Ia hanya memiliki satu jam pelajaran di kelas tiga, pada jam pertama. Berjalan cukup jauh akhirnya ia sampai. Lalu segera menuju ke ruang kelas.
"Assalamualaikum!" sapanya pada seluruh santri yang sudah duduk rapi di meja masing-masing.
Mereka menjawab salam Sahira. Dan Sahira memulai pelajarannya dengan memberikan materi.
Baru beberapa hari mengajar, seluruh santri sudah tampak dekat dengan Sahira. Keramahtamahan dan sikap sabarnya lah yang mampu mengetuk hati para santri.
••••••••••••••••••••
Gus Reyhan tampak di pinggiran jalan tengah memberhentikan taksi. Dengan tangan memegang tas kerja ia tampak begitu tampan.
Kemeja biru muda yang ditutup jas hitam, membuat ketampanannya semakin memuncak. Ia masuk kedalam taksi lalu berlalu menuju kantornya. Kini ia tengah bekerja di perusahaan pamannya. Yang bergerak dibidang property.
"Ini, Pak," ucap Gus Reyhan sembari memberikan selembar uang lima puluh ribu.
Lalu berjalan menuju gedung megah bertingkat. Ia berjalan melalui kerumunan orang yang berajalan disekitaran parkiran.
Setelah masuk ia segera menuju ruang kerajanya. Menaruh tasnya di atas meja lalu mulai berkutat dengan teman kencannya, siapa lagi kalau bukan laptop.
Kesibukannya saat ini membuatnya lebih sering menatap laptop dari pada menatap wajah gadis. Ditambah wajah seriusnya yang semakin menambah kadar ketampanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] Cinta Di Atas Sajadah
RomanceDunia memang selalu seperti ini, menyuguhkan kebahagiaan dengan mudah, lalu memberikan luka yang teramat dalam hingga membuat seseorang tak mampu lagi untuk berharap. Mengharap pada dunia sama halnya seperti mengemis pada pelitnya manusia, sekuat ap...