Episode 4 - Papa?

2 0 0
                                    

Hai.

Sepi ya?

Aku paham,

Sekarang, aku merasakannya.

Malam ini semakin larut, tetapi, kesepian semakin pekat.

Tidak bisa tidur ya?

Kau bisa bercerita denganku.

Ada apa?

Iya, aku paham, setiap anak akan selalu rindu sosok Papa.

Jangan ditahan, aku bisa mendengar suata tangismu dari sini.

Aku ingat, saat pertama kali bertamu kerumahmu,

Papamu, selalu membawakanku biskuit, lalu, memintaku menemaninya main catur.

Padahal kan, aku tidak paham sama sekali.

Iya, berkat beliau, aku jadi pro sekarang, sedikit, haha.

Beliau, sosok yang lembut.

Beliau, sangat menyayangimu, putri kesayangannya.

Aku ingat, beliau senang bercerita tentangmu, yang bandel, urakan, dan jahil.

Beliau tidak tahu saja, kau berguru denganku.

Kecupan dikeningmu tiap malam, itu karena beliau sangat ingin menjagamu.

Rindu ya?

Sholat dulu, katakan pada-Nya, kau, merindukan Papa.

Kalau begitu, titip salam saja dengan hatimu.

Maaf tidak bisa memelukmu.

Seperti sosok hero, yang selalu siap siaga saat kau terluka.

Jaga diri ya, paling tidak, hadiahkan itu untuk beliau.

Tenang saja, aku teman yang bisa diandalkan.

Masalah pria itu, bisa diatasi.

Jangan biarkan hatimu terluka, tidak ada yang rela.

Iya, Aku paham.

Beliau juga mungkin, sedang merindukanmu.

Kau, anak baik.

Sekarang, abangmu menggantikan posisi beliau.

Abang memang mirip dengan beliau.

Itu daya tariknya, dimataku juga begitu.

Kau lihat, bintang diatas sana, indah bukan?

Tidak apa, rindu memang akan membuat kita semakin mengingat, apa yang telah lama kita pendam.

Jangan begitu, menyesal tidak akan menyelesaikan apapun.

Beliau sudah cukup bangga denganmu.

Sudah berapa lama?

Ah, Setahun,

Waktu memang tidak membunuh apapun.

Semuanya, tentang bagaimana kita menjalani hidup.

Aku mengerti, walau tidak berada diposisimu sekarang,

Beliau, seperti keluargaku sendiri.

Menggantikan sosok Ayah yang tidak ada pada Ayahku.

Jangan bahas dia, beliau terlalu sibuk dengan dunianya.

Ah iya, Aku ingat, saat Papamu mengerjaiku untuk memanjat pohon mangga tetanggamu.

Tidak ada yang bisa menebak pikiran beliau.

Semuanya memang akan kembali, kembali pada-Nya.

Memang, tidak ada yang bisa menggantikan sosok beliau.

Tetapi, tugas beliau, akan dilanjutkan oleh seseorang yang akan menemani hidupmu.

Iya kau benar, Rindu itu berat, seperti kata Dilan.

Maaf ya, hanya bisa menemanimu dari sini.

Iya, kau boleh kesepian malam ini.

Besok, tidak lagi, ya.

Abangmu, akan uring uringan melihatmu sedih.

Iya, sudah lama tidak mengunjungi Papamu.

Kembalilah ke kamar,

Kau bisa masuk angin.

Jangan cengeng, kau jelek kalau begitu.

Aku paham, setiap kenangan, berputar kembali malam ini.

Menangislah.

Mengapa? Aku mendukungmu untuk menangis.

Lega kan? Memang, tangisan bukanlah sebuah penyelesaian.

Tetapi, itu sebuah cara untuk menjadi tenang.

Beliau sangat mencintaimu, sangat.

Maaf membuatmu sedih semakin dalam, tetapi, kau harus tahu itu.

Kalau begitu, cintai dirimu lebih dalam lagi, ya

Baiklah, aku akan mematikannya saat kau tertidur.

Jangan sedih lagi ya,

Semoga, rindumu, membuatmu hidup kembali.

Paling tidak, kau punya banyak orang yang mencintaimu.

Aku juga begitu,

Kau gadis yang hebat,

Bersahabat denganmu, membuatku hidup kembali.

Karena itu, Aku ingin kau tahu, bahwa kau juga layak untuk hidup kembali.

Sudah tertidur?

Baiklah.

Terima Kasih sudah berbagi, semoga tidurmu nyenyak malam ini,

Paling tidak, kesepianku juga ikut terbayarkan.

Sampai bertemu besok.

Sampaikan salamku pada abangmu.

Selamat malam.

---

Halo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang