Langit sudah mulai gelap. Khanza sedang menunggu Erhan untuk menjemputnya. Ya, hari ini Khanza pulang sedikit terlambat karena pekerjaannya yang lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Namun Khanza sangat menikmati pekerjaannya. Tak pernah sekalipun ia mengeluh atas pekerjaannya, karena memang menjadi seorang jurnalis adalah cita-citanya sedari dulu.
Tak lama kemudian, terlihat mobil Erhan yang berhenti didepan kantor Khanza. Dengan senyuman, Khanza berjalan mendekati Erhan, kemudian masuk kedalam mobilnya.
"Bagaimana keadaanmu? Kau terlihat sangat lelah," tanya Erhan khawatir.
"Ya, pekerjaan hari ini cukup banyak. Tapi aku sangat menikmatinya," jawab Khanza.
"Seharusnya kau tidak perlu memaksakannya. Besok aku akan berkata pada atasanmu bahwa kau sedang hamil, agar dia meringankan pekerjaanmu," ujar Erhan.
"Tidak perlu, Erhan. Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Kau tidak perlu khawatir," tolak Khanza.
"Tidak ada penolakan. Aku akan tetap membicarakannya dengan atasanmu besok," ujar Erhan bersikukuh.
Khanza hanya menghela nafasnya. Ia tidak bisa menentang kehendak Erhan. Biar bagaimanapun, Erhan sangat menghawatirkan keadaannya dan calon bayi mereka.
Setelah beberapa menit, akhirnya Khanza dan Erhan pun tiba di rumah. Khanza mendudukkan dirinya diatas tempat tidur dengan tubuh yang terasa lelah.
"Mandilah terlebih dahulu agar tubuhmu segar. Setelah itu kau harus makan. Aku sudah memasakkan beberapa makanan untuk kita," pinta Erhan.
Erhan memang hobi memasak sejak ia masih remaja. Jadi, Khanza dan Erhan selalu memasak bersama untuk mereka makan setiap harinya.
"Baiklah," jawab Khanza, kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah mandi, Khanza mengeringkan rambutnya menggunakan handuk sembari berjalan menuju meja makan. Ia mendapati Erhan yang tengah duduk disana sembari melihatnya dengan senyuman.
"Duduklah. Hari ini aku memasak makanan yang sangat spesial untukmu," ujar Erhan.
Khanza pun duduk, kemudian melihat meja makan yang dipenuhi makanan. Terlihat banyak sekali makanan dengan bahan dasar sayur-sayuran yang dimasak oleh Erhan. Khanza tersenyum, ia merasa bahwa Erhan menjaganya dengan sangat baik.
"Semua masakanmu selalu terasa enak," puji Khanza sembari melahap makanannya.
"Haha, tentu saja. Bahkan masakanku lebih enak dari masakanmu," ledek Erhan.
"Hey! Itu tidak benar. Aku juga pandai memasak," bantah Khanza.
Erhan hanya tertawa kecil melihat ekspresi istrinya yang terlihat kesal. Namun Erhan menyukainya, karena menurutnya, Khanza terlihat lucu dengan ekspresi itu.
"Khanza, sepertinya kita melupakan sesuatu," ucap Erhan.
"Hm? Apa memangnya?" tanya Khanza.
"Kita belum memberitahu orang tuamu tentang kehamilanmu, bukan?"
"Ah, aku lupa! Astaghfirullah, kenapa aku sangat pelupanya," ucap Khanza sembari menepuk jidatnya.
"Selesaikan makanmu, kemudian kita akan menelepon mereka," pinta Erhan.
Khanza langsung mengangguk, kemudian menghabiskan makanannya. Seusai makan, Khanza pun langsung menelepon ibunya menggunakan video call. Tak lama kemudian, telepon tersambung.
"Assalamu'alaikum," ucap Khanza.
"Wa'alaikumsalam, nak," jawab sang ibu dari seberang sana.
"Ibu, bagaimana kabarnya?" tanya Khanza.
"Alhamdulillah, ibu baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?"
"Aku juga baik-baik saja, bu. Bagaimana dengan ayah dan Reza?"
"Ayah juga baik-baik saja, Khanza," jawab ayah Khanza.
"Aku juga baik-baik saja kok, hehe," sahut Reza.
"Nak, jaga dirimu baik-baik disana. Jangan sampai kau sakit," pinta ibu Khanza.
"Iya, bu. Tenang saja. Lagipula Erhan menjagaku dengan sangat baik disini," jawab Khanza sambil melirik kearah Erhan.
Erhan hanya membalasnya dengan senyuman sembari merangkul pundak Khanza.
"Sepertinya kau sedang bahagia. Ada apa, nak?" tebak ibu Khanza.
"Hehe, aku punya kabar bahagia untuk kalian semua."
"Wah, kabar apa memangnya?" tanya ayah Khanza.
"Aku saat ini sedang mengandung," jawab Khanza sambil tersenyum lebar.
"Alhamdulillah YaAllah! Apakah kau serius, nak?" tanya ibu Khanza memastikan.
Khanza hanya membalasnya dengan anggukan.
"Selamat ya, Khanza! Jaga kandunganmu baik-baik," pinta ayah Khanza.
"Wah, akhirnya aku akan menjadi seorang paman. Haha," sahut Reza sembari tertawa kecil.
"Ya, tentu saja. Sebenarnya aku ingin pergi ke Indonesia minggu depan. Tapi ternyata aku positif hamil. Ayah, ibu, Reza, maaf karena Khanza tidak jadi pergi kesana," ujar Khanza.
"Ah, itu tidak masalah. Kau bisa kesini setelah bayimu lahir, bukan? Yang penting jaga dirimu dan kandunganmu dengan baik," jawab ibu Khanza yang juga disetujui oleh ayah Khanza dan Reza.
"Terimakasih banyak. Aku sayang kalian semua," ucap Khanza sembari mengusap air matanya yang tanpa sadar keluar dari kelopak matanya.
*****
Waktu terasa begitu cepat. Hari berganti, bulan berlalu. Saat ini kandungan Khanza telah memasuki usia lima bulan. Perut Khanza terlihat semakin membesar. Khanza dan Erhan merawat calon bayi mereka dengan sangat baik.
"Sayang, apakah hari ini kau tetap ingin berangkat bekerja? Lihatlah perutmu, anak kita sudah semakin besar," tanya Erhan yang khawatir pada Khanza dan calon bayinya.
"Iya. Tenang saja, aku bisa menjaga diri dengan baik. Lagipula ketika kandunganku sudah berusia hampir sembilan bulan nanti, aku pasti akan mengambil cuti," jawab Khanza sambil mengelus perutnya.
"Hmm, baiklah jika itu maumu," pasrah Erhan.
Khanza tersenyum sembari memandang Erhan.
"Terimakasih karena kau telah menjagaku dengan baik," ucap Khanza sambil mengelus pipi Erhan.
"Itu sudah kewajibanku," jawab Erhan yang kemudian mencium puncak kepala Khanza.
"Sayang, aku yakin bahwa anak kita nantinya adalah laki-laki," ujar Khanza tiba-tiba.
"Hm? Bagaimana kau bisa yakin dengan hal itu?" tanya Erhan yang merasa heran.
"Entahlah, tapi aku bisa merasakannya. Jika nanti anak kita benar laki-laki, bolehkah aku memberinya nama Muhammad Al-Fatih?" pinta Khanza.
"Tentu saja boleh. Muhammad Al-Fatih adalah panglima perang yang sangat sholeh dan baik. Beliau-lah yang telah menaklukkan Konstantinopel. Aku pun ingin kelak putra kita segagah dan se-sholeh Muhammad Al-Fatih," jawab Erhan yang sangat menyetujui keinginan Khanza.
"Aku juga menginginkan hal yang sama," sahut Khanza sembari menyenderkan kepalanya di bahu Erhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Bawah Langit Turki
Romance[TELAH TERBIT] Khanza Fatimah.. Seorang gadis yang memiliki mimpi besar. Ia ingin melanjutkan pendidikannya di sebuah negara yang terletak di antara dua benua, yaitu Turki. Khanza adalah seorang gadis yang awalnya hanya berfokus pada impiannya saja...