"udah puas kan bisa jalan-jalan?". Tanya Angga yang melepas jam tangannya kepada Zara sudah merebahkan badannya.
"Hehe puas banget Terimakasih suamiku". Zara berlari memeluk dan menciumnya.
"Hem kalau gini aja baru di cium". Angga pura-pura marah.
"Ih orang setiap hari juga ciumnya".
"Seterah kamu deh".
Angga yang lelah tak mau meladeni Zara, ia lebih memilih menidurkan dirinya. Sedangkan Zara yang di tinggal tidur malah memoyongkan bibirnya dan menyusul Angga.
———
Pagi hari menyapa pasangan suami istri yang masih setia menutup matanya.
"Zara bangun nak". Panggil mamam sambil mengetuk pintu.
"Ehhmm. Eh iya mam".
"Pap bangun pap".
"Iya".
"Iya iya, tapi gak gerak-gerak".
Zara yang selesai mandi melihat anaknya terlebih dahulu dirasa sudah aman ia langsung keluar, dilihat disana semua sedang melakukan aktivitas paginya seperti biasa.
"Zar kata kakak kamu malam ini keluarga dari Ray akan datang kesini".
"Wahh yang bener mam? Akhirnya si Kyla nikah juga".
"Iya mamam jadinya punya mantu dua deh, ganteng-ganteng lagi".
"Yang pasti sih Angga yang paling ganteng mam". Zara tersenyum bangga.
"Iy...."
"GAK ADA. calon gue dong yang lebih ganteng".
Mamam terkekeh mendengar kedua putrinya yang berdebat karena pasangan mereka.
"Mamam kok sedih sih?".
"Gak sayang, mamam gak papa. Gak nyangka anak cantik mamam yang dulunya berantem karena rebutan mainan, baku hantam karena masalah sepele. Tapi sekarang, sekarang malah berantem soal pasangan". Tawa mamam memeluk Zara dan Kyla.
"Aduh kenapa nih, pakek pelukan segala". Mama Yuli datang membawa sayur.
"Gak kerasa bentar lagi punya mantu dua". Mama Yuli tertawa mendengar aduan dari besannya itu.
"Gitu lah kalau punya anak cewek berasa baru kemarin lahir sekarang udah mau punya suami".
Mama Yuli mengelus kepala Zara dengan kasih sayang, mereka larut dalam pembicaraan mengenai pernikahan.
"Sekarang kita masak yuk, keasikan ngobrol jadi gini deh".
Jadi deh Kyla ikutan memasak katanya sekalian belajar, biar jadi istri yang baik bisa masakin suami jangan cuma telor ceplok sama mie instan doang.
Tak terasa detik terus berjalan menunjukkan pukul 8 malam. Kyla sedang duduk gelisah menunggu Ray yang akan datang membawa keluarga nya.
"Aduhh calon manten lagi nunggu lakinya Dateng nih".
"Diem Lo anak kutu, urus aja tuh suami Lo".
"Ais sante bor. Tanpa lu suruh gue pasti ngurus suami gue". Tersenyum nakal ke arah Angga.
"Is nyebut lo. Muke Lo kayak cewek penggoda". Merinding melihat senyuman nakal Zara.
"Kasih, suami gue aja suka dan emang gue kek cewek penggoda, ngegoda iman suami gue". Zara menghampiri Angga dan duduk di pangkuan dengan menyilakang kakinya sehingga Zara yang memakai rok malam itu tersingkap.
"Cih gaya Lo".
"Zara ini anak kamu, kenapa ditinggal ke mama sama mamam sih. Kamu enak-enak ya". Marah mamam yang datang dari arah dapur berdecak pinggang.
"Heh sorry mam, niatnya mau nyuruh Angga ajak Ara sama Rey kesini, eh lihat mangsa jadi lupa deh". Ucap Zara sambil melirik Kyla pada saat mangsa.
"Hem emang cocok Lo jadi pemangsa. PEMANGSA ORANG TERTINDAS".
"isss".
"Udah nih gendong, bentar lagi Dateng tamunya".
Kini semua keluarga sedang menunggu kedatangan dari Ray di mana ia akan membawa kedua orang tuanya untuk melamar pujaan hatinya yaitu Hasyakyla.
"Assalamualaikum. Selamat malam". Suara berat terdengar, orang yang ditunggu-tunggu sudah datang.
"Waalaikumsalam. Selamat malam, mari masuk".
"Wahh sudah datang, silahkan duduk Bu, Pak". Silah mamam tersenyum.
Kedua orang tua Ray terlihat sangat senang kala sekeluarga menyambut kedatangan nya dengan baik.
"Kalian bantu bi rum ambil minum ya nak". Suruh mama Yuli pada Zara dan Kyla.
"Perkenalkan saya Rian dan ini istri saya Ritha. Sebelumnya saya minta maaf atas kedatangan kami, tapi semua sudah tau maksud dari kedatangan kami kesini untuk melanjutkan dari hubungan antara anak bapak dan ibu dengan anak bontot kami".
"Haha iya pak Rian dan ibu Ritha, kami juga cukup kaget dengan pernyataan anak kami kalau mereka ini ada hubungan, tiba-tiba saja ada lelaki yang melamarnya".
"Ngomong-ngomong kami belum tau yang mana yang nama Kyla". Ucap mama Ray.
"Kyla...ahh ini dia Bu". Tunjuk mamam pada Kyla yang membawa senampan minumnya di susul Zara membawa aneka macam biskuit.
"Cantik..."
Tersipu malu saat calon mama mertua nya memberi pujian untuk pertama kalinya.
"Sini nak duduk samping Tante". Menepuk sofa di sampingnya.
Kyla segera menghampiri mama Ritha jadilah Ray yang minggir, menggeser duduknya memberi Kyla ruang sedangkan Zara mencari Angga. Gak mau lepas nih anak dua.
Kyla yang mencoba bersikap kalem hanya menundukkan wajahnya sampai anak celetukan Zara yang membuat Kyla mendongak kan wajahnya.
"Halah si Kyla sok alim".
Semua mata tertuju kepadanya tak terkecuali orang yang ia sindir. Kyla menggepalkan kedua tangannya dan memberikan isyarat membunuh padanya.
"Sayang kamu diem dong". Angga berbisik sambil memegang tangan nya kuat.
"Hehe maaf gak sengaja keluar suara". Ucap Zara berlagak bodo.
"Ah ya sudah, silahkan di minum Bu pak". Ujar mama Yuli.
Setelah berbagai pertimbangan tadi kedua keluarga sepakat bahwa acara pernikahan Kyla dan Ray akan dilaksanakan sebulan lagi. Kenapa Cepet banget karena itu kemauan dari kedua orang tua Ray, ada kerjaan yang tidak bisa ia tinggal kan yang mengharuskan mereka pergi ke luar negeri.
Kemudian tak lama Ray pamit pulang karena sudah malam juga, jadi karena pertemuan ini mendadak menjadikan mereka tidak membawa seserahan jadi mereka akan membawa di hari lain.
"Mulut Lo emang gak bisa di jaga ya zar".
"Iya maap kan gak sengaja".
"Untung mereka gak masalah, kalau gak bisa-bisa gue gagal nikah Zara".
"Udah kalian tidur sana, papap pusing ini".
"Huh". Kyla pergi dengan perasaan kesal.
Semuanya yang melihat tingkah Kyla hanya bisa menggelengkan kepalanya."Kita tidur ya pap, mam, pa, ma".
"Iya sayang".
"Kamu tidurin Ara aku tidurin Rey ya".
"Iya makasi ya sayang udah mau bantuin aku".
"Iya sayang". Angga mengelus lembut rambut Zara dan mencium kening Zara.
Akhirnya mereka tidur ber 4 malam itu dengan kedua anaknya berada di tengah-tengah mereka.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN😁
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT LOVE[SELESAI]
Fiksi RemajaDia lelakiku, belahan jiwaku, lelaki yang sangat aku cintai. Aku tak tahu bagaimana diriku tanpanya ~ Adhisty Zara Sundari Kusumawardhani. Dia wanitaku, separuh napasku, wanita yang sangat aku cintai. wanita yang selalu menjadi bahagiaku ~ Angga Ald...