Bag 46 (Berita)

342 30 2
                                    

Babak pertandingan telah selesai, seluruh atlet basket putri beristirahat di sebuah ruangan yang sudah disediakan penyelenggara. Mengisi waktu untuk mengumpulkan kembali tenaga yang telah terkuras. 5 orang anggota utama tim dan tiga atlet cadangan duduk berkumpul di lantai mengisi dahaga dengan meminum sebotol air mineral yang telah disediakan panitia. Meski hanya mendapatkan posisi point guard dalam tim, Andhin tersenyum lebar dengan kemenangan yang berhasil diraih klub yang membawa nama sekolahnya.

Usai cukup waktu untuk mereka beristirahat, koordinator tim basket sekolah mempersilakan mereka untuk segera bersiap pulang meninggalkan lokasi pertandingan. Seluruh atlet segera merapikan barang bawaannya mengenakan seragam jaket olahraga.

Bus yang sudah disiapkan segera mengantarkan mereka menuju sekolah sebagai titik pulang. Suasana dalam bus terasa lebih positif dibandingkan sebelum pertandingan. Seluruh atlet putri mengisi waktu perjalanan pulang dengan berbincang, bercanda tawa, menyanyi sembari menikmati lagu yang sedang diputar.

Tak terkecuali Andhin yang tidak mau melewatkan euforia. Dengan kamera ponselnya, ia merekam semua keceriaan yang ada. Berswafoto dengan teman satu tim, memotret suasana di dalam bus, hingga merekam semua kekonyolan yang ada untuk ia unggah di akun sosial media. Rasa lelah usai pertandingan seolah telah sirna kala melihat semua rekan satu tim menunjukan kekonyolannya masing-masing.

Perjalanan bus menuju lokasi sekolah sudah semakin dekat. Semua rombongan atlet terlihat lebih tertib setelah merasa cukup lelah dengan semua canda tawa tadi. Andhin mengisi waktu itu dengan melihat berbagai postingan di akun sosial media untuk melihat berbagai unggahan foto dan video rekan satu tim yang baru saja menandai dirinya.

Ibu jarinya mengetuk layar ke bawah melihat semua unggahan story. Andhin tertawa-tawa sendiri kala melihat lagi berbagai postingan dari tingkah konyol mereka. Terus melihat satu per satu slide. Sampai pada suatu unggahan singkat yang cukup membuatnya terkejut. Bukan unggahan dari rekan satu timnya maupun teman sekolah. Melainkan dari akun resmi dari sebuah band yang sempat ia ikuti di sosial media.

"Semoga segera ditemukan dengan selamat. Cepat pulang ke rumah ya, Nadi 🙏"

Dalam unggahan gambar tersebut memuat tangkapan layar dari sebuah artikel berita teraktual tentang penangkapan seorang mantan narapidana yang disinyalir telah menculik salah satu mantan anggota band mereka. Gadis berinisial DA dikabarkan telah menjatuhkan dirinya ke jurang dekat jalan tol saat perjalanan menuju rumah ibunya. Namun hingga saat ini, jasad maupun sosoknya masih belum ditemukan. Diduga hanya satu orang yang mengetahui keberadaannya saat ini. Seorang pemuda berinisial W yang juga masih buron hingga saat ini.

Membaca artikel berita yang terlampir, Andhin tak menyangka jika hal buruk baru saja terjadi. Sekaligus terpukul menyadari jika dirinya hampir melupakan sosok yang pernah menghibur di saat harinya terasa kelam.

Ia menoleh melihat jendela bus untuk menunggu titik lokasi yang dinanti. Hingga bus semakin dekat dengan lokasi sebua ruko tempat bengkel yang sedang tak beroperasi. Rasa gelisah itu membuatnya tak sabar ingin segera sampai.

Mengira bus akan melewati bengkel yang akan datangi. Bus ternyata berbelok ke arah jalan lain. Terburu-buru Andhin berlari ke arah sopir. "Pak, tolong berhenti di sini aja! Saya mau turun di sini. Ada keperluan penting!"

Setelah bus dihentikan, gadis berambut terikat satu itu segera berlari menuruni kendaraan. Semua awak bus terlihat heran melihat gerak-geriknya yang terkesan sedang panik tanpa menceritakan apapun.

Di luar sana, Andhin berlari menyusuri trotoar. Gadis itu sudah tak bisa menyembunyikan rasa gelisah. Hingga tiba di dekat bengkel yang sedang tidak beroperasi, tangannya langsung mengetuk-ngetuk rolling door yang tertutup.

Cukup lama ia menunggu hingga rolling door digeser secukupnya oleh seorang pria tambun paruh baya. Kerutan wajahnya semakin menurun menggambarkan kegundahan yang dirasakan. Dia hanya menatap sayu melihat seorang remaja yang datang.

"Ada apa, Dek?"

"Pak? Teh Nadi beneran diculik?"

Pria yang ditanya mengangguk lemas. "Iya. Pelakunya udah ketangkap tapi Nadi belum ketemu."

"Maaf, aku baru tahu kabarnya tadi. Emang awalnya gimana Teh Nadi bisa dibawa pergi?" Andhin dengan polos bertanya tanpa mengerti apa yang tengah dirasakan pria paruh baya di hadapannya.

"Kau duduk dulu aja, sini. Nanti aku ceritakan." Diajaknya si gadis remaja duduk bersama di kursi kayu panjang depan rolling door bengkel. Suasana sudah tak sekaku tadi. Keduanya duduk menyamping saling berhadapan kala si tuan rumah memulai bercerita.

"Awalnya, ada dua laki-laki datang mau servis mobil di bengkel kita. Mereka kelihatan seperti konsumen biasa. Kata Ucok, dia ngerasa sedikit curiga lihat mereka yang macam ada mau sama Nadi. Waktu Nadi ke gudang, dua lelaki itu ngikutin dari belakang. Sampai Ucok lihat Nadi diangkut ke mobil. Waktu mau nolongin, Ucok kena tembak di punggung. Kalau Nadi, mungkin di badannya. Waktu aku tanya, Ucok gak begitu ingat waktu dia ngelihat kondisi Nadi. Semoga Nadi bisa ditemukan selamat."

"Bapak udah tahu siapa pelakunya?"

"Sudah. Menurut kabar dari polisi, pelakunya ternyata ayah tiri Nadi di kampungnya sana. Katanya sih bekas ayah tirinya. Dia mantan suami ibunya Nadi. Ucok cerita kalau orang itu nutup wajahnya pake masker, jadi Nadi gak kenal waktu dia datang ke bengkel."

"Sekarang ibunya masih hidup?"

Pak Monang mengangguk mengiyakan.

"Tapi Teh Nadi pernah bilang kalau ibunya udah gak ada."

Matanya berpaling kosong, dadanya terasa sesak kala mengingat kembali memori itu. Pria paruh baya itu menarik napas panjang dan menghembuskannya begitu saja. "Ibunya masih ada. Nama asli Nadi itu Dara Artania. Dia masih seumuran dek Andhin waktu ketemu sama Bapak. Waktu itu keadaannya sangat kacau. Mungkin dulu Dara gak seberuntung dek Andhin."

Next Chapter 🔽

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang