"Astagfirullah Vallen!"teriak Thea begitu pintu berhasil didobrak Eza and the gank.
Vallen tergeletak begitu saja dilantai.Matanya tertutup rapat dengan wajah pucat pasi.
Bergegas Eza mengangkat tubuh Vallen ke atas kasur.Mengambil selimut dan menutupi tubuh Vallen sampai sebatas leher.
"Bob telepon dokter Bagas."
"Kring ambilin minyak kayu putih sama teh anget."Perintah Eza pada dua sobatnya itu.
Mereka berdua mengangguk dan segera melaksanakan tugas masing-masing.
Perhatian Eza beralih ke Thea yang sekarang sudah ada disamping Vallen.Air matanya terus saja mengalir hingga Eza merasa iba.Tanpa sadar tangannya terangkat dan menyetuh kepala Thea.
"Vallen bakal baik-baik saja."
Tubuh Thea mematung mendapat sentuhan itu.Jantungnya tiba-tiba berdetak begitu kencang.Saraf-saraf di tubuhnya seakan mati rasa untuk beberapa saat.
"Kenapa dengan diriku."batin Thea yang baru kali ini merasakannya.
😘😘😘
"Eggrr."Vallen mengerang lirih begitu membuka mata.Kepalanya terasa berdenyut hebat disertai perut yang terasa perih.Vallen menggigit bibir menahan semua rasa sakit itu.Kembali dia memejamkan mata berharap rasa sakit sedikit berkurang,tapi bukannya berkurang kini malah semakin bertambah.Perutnya tiba-tiba terasa mual.
Sekuat tenaga Vallen bangkit dari ranjang.Dia menutup mulutnya rapat sambil berjalan terseok menuju kamar mandi.
"Hueek."
Vallen memuntahkan isi perutnya.Entah apa yang salah dengan tubuhnya saat ini,yang pasti dia sekarang merasa lemas luar biasa.Merasa tak sanggup berdiri lagi,Vallen merosot terduduk di lantai.
"Vel!"teriak Thea panik begitu tak mendapati Vallen di kamar.
"Gue di sini,"jawab Vallen lirih.
Terdengar langkah Thea mendekat disusul pintu kamar mandi di buka.
"Ya ampun Vallen!"teriak Thea melihat kondisi sahabatnya yang mengenaskan.
"Bang Eza tolongin gue!"teriak Thea lagi.
Tak menunggu waktu lama,Vallen merasa tubuhnya diangkat.Vallen hanya bisa pasrah,sambil terus memejamkan mata.Dia merasa lelah dan hanya ingin tidur saja.
"Vel makan dulu yuk,habis itu minum obat."
"Gue mau tidur aja,"gumam Vallen lirih.
"Makan dulu Vel."Tanpa banyak kata Thea sedikit mengangkat tubuh Vallen dan disandarkan di kepala ranjang.
"Kepala gue pusing kak,"adu Vallen memelas.
Thea tersenyum tipis mendengar Vallen memanggilnya Kak.Itu berarti Vallen dalam mode minta dimanja olehnya.
"Mual juga,"tambah Vallen.
"Iya gue tahu,"jawab Thea pura-pura cuek.
"Lo gak perhatian banget sih sama gue.Gue lagi sakit juga."Vallen merengut kesal mendapat respon dingin dari Thea.
"Makanya jadi orang tu jangan bego-bego amat,"balas Thea yang sudah berkacak pinggang.
Vallen melongo,tak paham kata-kata Thea.
"Ckk...kapan terakhir kali lo makan?"tanya Thea kesal."Gara-gara kebegoan lo itu,lo jadi kena mag.Lo gak bisa kerja,lo gak bisa shoping,lo gak bisa kemana-mana dan itu berlangsung 7 hari ke depan."
"Ha.."kaget Vallen mendengar penuturan Thea.
"Kenapa?Kaget kan lo?Makanya jadi orang tu pinteran dikit."
Vallen merengut mendengar omelan Thea.Dia menunduk dengan mata berkaca-kaca.Tak lama kemudian terdengar isakan tangis.
Thea menghela napas panjang."Sudah jangan nangis.Lo tahu kan gue ngomel kayak gini karena gue sayang sama lo.Gue gak mau lo kenapa-napa karena gak bisa jaga diri.Sedih boleh tapi jangan sampai lupa makan.Sakit kan lo akhirnya."
Vallen mengangguk membenarkan.
"Ya sudah,sekarang makan trus minum obat."
😀😀😀
Tetap jaga kesehatan dan jangan lupa bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE,MOVE ON!
RomancePLEASE,MOVE ON! Tak semudah membalikkan telapak tangan.Nyatanya bertahun-tahun kata move on hanya terucap di bibir saja.Sedangkan untuk hati masih saja terselip nama dia dengan segala luka yang ditorehkan.Aku ingin bahagia!Selalu kata itu yang aku u...