Cemburu

167 57 7
                                    

"Pagi nyonya cantik."sapa Farel begitu Vallen membuka pintu rumah kontrakan.

"Lo lagi."Vallen menatap Farel jengah.Bosan juga setiap pagi,siang dan malam melihat penampakan Farel.Sebenarnya gak jelek amat sih mukanya,bisa dibilang ganteng juga.Tubuhnya juga tinggi dan berotot.Pas lah disebut cowok idaman para cewek.Tapi itu lo yang bikin Vallen kesal.MULUTNYA...Astaga begitu dia membuka mulut, gombalan receh bertaburan.Bikin kesal dan darah tinggi.Belum lagi kalau di depan umum buat malu ni muka.Berasa jadi cewek murahan tahu nggak.

Vallen membuang napas kasar.Siap-siap moodnya berubah buruk dalam sekejap.

"Monyong aja tu bibir,minta dikecup Abang ya?"tanya Farel dengan senyum menggoda.

Vallen memelototkan matanya kesal.Buru-buru Vallen memakai sepatu dan melangkah tanpa menghiraukan Farel yang masih setia membuntutinya.Tak perlu menaiki motor karena memang Vallen tak punya motor.Hanya ada mobil butut yang ada di garasi,itu pun jarang Vallen gunakan.Vallen terlalu malas untuk mencari tempat parkir.Lagian jarak rumah kontrakan dan perusahaan tempatnya kerja tak begitu jauh,hanya sekitar 10 menitan.

"Nyonya sudah sarapan belum?"tanya Farel setelah beberapa detik diam.

Tak ada jawaban.

"Nyonya?"

Krik...krik....

"Hallo,ada orang di sana?Nyonya cantiknya Farel di mana ya?"Farel kembali berulah.

"Ck...jangan panggil gue nyonya.Gue bukan majikan lo,"protes Vallen yang merasa risih dengan panggilan itu.

"Kan lo majikan di hati gue,"jawab Vallen dengan PDnya.

"Huh...terserah!"Vallen semakin mempercepat langkahnya,berharap Farel tertinggal jauh darinya.Tapi memang dasarnya kaki Eza yang lebih panjang,mau tak mau dengan gampangnya Eza  menyusul di sampingnya.

"Sudah sarapan belum?"Eza masih kekeh dengan pertanyaannya.

"Udah."jawab Vallen jutek.

"Sarapan apa?batu,pasir,kerikil apa semen?"

Mata Vallen melotot seketika mendengarnya."Lo pikir mau bangun rumah."teriak Vallen mulai terpancing emosi.

"Iya.Rumah masa depan kita."jawab Farel cengengesan.

"Gak lucu."Vallen menghentakkan kakinya kesal.

"Tapi romantis kan?"Farel menaik turunkan alisnya menggoda.

"Bodo amat!"

"Wow....thanks you,"balas Farel sengaja tak nyambung.

"Gila!"

"I love u too."

"Bego."

"I miss u too."

"Ih...Jauh-jauh dari gue!"Vallen mencoba mendorong tubuh Farel menjauh.Bukannya menjauh malah kini tangannya yang jadi sasaran Farel.

"Mau ngapain hemm?"Farel menggengam tangan Vallen erat.

"Lepasin!"Vallen meronta minta dilepaskan.

"Gak akan."

"Gue mau kerja."

"Bodo amat."

"Kalau gue telat trus dipecat,mau lo?"

"Eh...jangan dong.Ntar lo pulang kampung kalau dipecat.Lha nasib gue gimana?"

"Makanya lepasin!"

"Iya sayang."

Akhirnya Farel melepaskan tangan Vallen.Kembali Vallen melangkah dengan Farel yang masih membuntutinya.

Cobaan tak berhenti sampai di situ.Gerombolan gank kunyuk sudah menunggu di depan sana.Mereka duduk di pos jaga dengan rokok  di tangan.

"Eh pasangan fenomenal lewat tuh."teriak salah satu sobat Farel yang paling gendut.Kalau gak salah namanya Bobi.

"Pagi nyonya Farel."goda si cungkring ikut-ikutan.

Vallen hanya melotot tanpa mau repot-repot membalas sapaannya.

"Nyonya Farel cantik banget sih pagi ini.Jadi gemes pengen bawa pulang."Bobi lagi-lagi bersuara.

"Iya nih.Gue juga."cungkring lagi-lagi menyahut.

"Enak aja.Jatah gue nih"kata Farel tak terima.Dengan santainya Farel meraih tangan Vallen dan menggenggamnya erat.

"Ih...lepasin gak."lagi-lagi tangan Farel berulah.

"Kali ini gak.Lo tu punya gue."jawab Farel semakin mempererat genggamannya.

"Cie...cie.meleleh hati adek bang."

"Lemes ni bang kaki adek."

"Peluk adekmu ini bang."

"Adek gak kuat bang."

CUKUP SUDAH!

Vallen tak bisa bersabar lebih lama lagi.Wajahnya memerah siap memuntahkan emosi."Diam gak lo semua!"bentak Vallen dengan mata berkilat marah.Nafasnya naik turun menahan emosi.

"Sabar ya sayang."

"Lo juga diam!"Dengan kasar Vallen menghempaskan genggaman tangan Farel.

"Hehe....maaf."Farel menggaruk tengkuknya salah tingkah.

Hening beberapa saat.Vallen masih menatap Farel tajam yang hanya dibalas cengiran.

"Gue mau kerja."kata Vallen dingin.

"Gue antar."

"Nggak!"

"Tapi..."

"NGGAK FAREL!"teriak Vallen mulai tersulut emosi lagi.

"Ckk...ayo sama gue aja."

Tiba-tiba tangan Vallen ditarik ke belakang.Vallen menoleh dan mendapati Eza sudah berdiri dibelakangnya.

"Ayo.Nanti telat."kata Eza seolah mampu menyihir Vallen.Vallen menurut saja saat Eza membawanya pergi.

Tanpa mereka sadari ada satu jiwa yang merasa sakit melihat pemandangan itu.Farel berdiri kaku dengan rahang mengetat kuat.Emosinya sudah sampai ubun-ubun namun harus dia tahan agar tak sampai ke permukaan.Farel tak ingin mengamuk di sini dan membuat Vallen malah membencinya.Farel begitu mencintai Vallen.Sebisa mungkin dia ingin selalu dekat dengannya.

"Vallen adalah wanitaku,"seperti mantra yang selalu diucapkan Farel.
Yah...Farel memang sudah mengklaim Vallen sebagai wanitanya.Terhitung sudah dua tahun ini dia berusaha untuk mencuri hati Vallen.

Farel selalu menggodanya dan berharap dia luluh dalam pesonanya.Tapi melihat tangan Vallen yang berada dalam genggaman Eza,membuatnya kembali berfikir.

"Sanggupkah aku mencuri hatimu?"

😈😈😈

Kasihan abang Farel di tinggal kan lo.Bikin emosi mulu sih...
Bagaimana nasib Abang Farel selanjutnya?Ikutin terus ya guys😘😘😘

PLEASE,MOVE ON!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang