Selesai sholat ashar dan tadarus di masjid, Rama pulang untuk membungkus kadonya di dalam kamar. Ia tidak ingin ada yang tau apa isi di dalamnya. Biar menjadi rahasia nya, Zainab, dan yang Maha Kuasa.
Rama membungkus nya dengan kertas kado berwarna biru muda bermotif bunga-bunga. Kemudian menambahkan seutas tali yang akan diikatkan sebagai pita.
Tak biasanya ia memberi kado untuk perempuan, apalagi yang sudah sering ia doakan dalam setiap sholat nya. Rasa gugup sudah dirasakan Rama, namun ia tetap berusaha tenang.
"Jaga hati Rama, tetap gantungkan hatimu pada Allah subhanahu wata'ala." Gumamnya sambil mengelus dada.
Efek memikirkan Zainab bisa sampai berefek seperti ini pada kondisi hatinya. Sedangkan di ruang tamu Dirham sedang menulis kata-kata untuk nantinya ia letakkan didalam kado nya.
Untuk : Zainab
Barakallahu fii umrik. Semoga bisa segera halal dengan Rama. Aamiin.
Dari : Dirham
Tulisan aneh itu sengaja ia buat sekalian untuk menggoda dua sejoli itu. Sungguh mereka tidak pernah menunjukkan perasaannya di depan umum. Setiap bertemu pasti hanya saling mengobrol secukupnya. Atau bahkan saling diam.
Saling menjaga satu sama lain dengan ikatan doa.
Dirham pun sempat takjub pada sahabatnya, dengan sabar menyukai Zainab dalam jarak jauh. Sering bertemu namun jarang menyapa, saling menyukai namun saling memendam dan mendoakan dalam diam. Bukankah itu juga dinamakan hubungan jarak jauh? Karena masih jauh untuk menggapainya.
-
Rumah Zainab sudah dipenuhi banyak makanan, Uma memasak sendiri semuanya. Tentunya tanpa mencicip sama sekali, berlandaskan kira-kira dan berdoa, semoga makanannya enak.
"Uma, aroma rendang nya enak banget." Puji Aisyah.
"Alhamdulillah," sahut Uma.
Zainab sibuk menata beberapa makanan ringan yang akan disajikan nanti. Mereka tidak meminta bantuan siapapun, murni dikerjakan oleh 3 orang ini. Uma, Aisyah, dan Zainab. Jadi maklum saja kalau masih sangat sibuk.
"Zai, udah selesai?" Tanya Uma dari dapur.
"Sebentar lagi Uma." Jawabnya.
"Icha, tolong bantu Uma siapkan es buah nya ya?" Pinta Uma pada Aisyah yang saat ini sedang memperhatikan Uma mengaduk rendang.
"Siap laksanakan!" Aisyah memberikan hormat kepada Uma, membuat Uma tersenyum bersyukur.
Ia betul-betul merasa sangat bahagia dititipkan dua anak sholehah seperti Zainab dan Aisyah. Selalu mampu mengerti bagaimana keadaannya.
Zainab sudah selesai dengan kegiatannya, kemudian menghampiri Uma di dapur. "Apa lagi yang belum selesai Uma?"
"Kayaknya udah, kamu bantu Icha aja yang lagi siapin es buah ya." Zainab mengangguk dan melaksanakannya.
Di teras rumah, Ayah sudah menggelar beberapa karpet. Juga ada kipas beserta mikrofon yang nantinya akan digunakan untuk memimpin doa dan membaca ayat suci Al-Qur'an.
Acara ini semata-mata dilakukan hanya untuk syukuran atas Zainab yang sudah diberikan panjang umur hingga 17 tahun ini. Keluarga Zainab juga mengundang yatim piatu dari panti asuhan Kasih Ibu dan beberapa kaum dhuafa yang sempat ditemuinya kemarin-kemarin dijalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan bersama Zainab
Teen FictionMenyukai seseorang itu fitrah, tidak ada yang bisa menebak kepada siapa kita akan jatuh. Tidak ada yang mampu menolak kapan datangnya rasa itu. Semua kehendak Allah, yang mau bagaimanapun rasanya. Kita harus tetap mensyukuri. Namun yang harus diing...