Mos pertama

38 9 6
                                    

     Ada yang berbeda di SMAN 1 Pelita. Seragam biru putih dan ID Card yang bertengger dilehernya. Dengan warna tali yang berbeda-beda pula. Untuk warna hitam kelas Mipa 1 dan 2, warna merah untuk kelas Mipa  3 dan 4, warna biru untuk Mipa 5 dan 6, warna kuning untuk kelas Mipa 7 dan 8, untuk kelas Iis 1 dan 2 warnanya adalah hijau.

"Untuk seluruh sisawa-siswi yang mengikuti mos, segera membentuk barisan per-kelas yang sudah ditentukan kemarin dalam hitungan
1...
2...
2 1/2...
2 1/4...
3...
Yang belum masuk barisan jalan jongkok."

Suara Ilham terdengar menggelegar dilapangan tersebut.

"Ini kelas apa?"

"Aduh... kemarin aku baris dimana ya?"

"Kamu ngapain baris disitu? Itu bukan kelas kita bambang, sini."

Terdengar suara berisik dari para peserta Most.

"DIAM!!! Siapa yang suruh kalian buka suara ha? Saya suruh kalian buat baris, bukan buat ngomong yang gak ada gunanya. Kalo mau ngomong, silahkan kedepan gantiin saya."

Senyap. Itulah yang terjadi sekarang, tak ada yang berani membuka suara. Bahkan suara jangkrikpun samar-samar terdengar.

"Huh."

Terdengar helaan napas dari Ilham, lalu dia melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda

"Kenapa diam semua? Saya kasih waktu 1 menit untuk menata barisan kalian, ingat! Yang gerak kaki kalian, bukan mulut kalian. Paham?"

"Paham." Sahut siswa

"Kerjakan."

Kini hanya terdengar gesekan kaki yang bersentuhan dengan tanah. Hingga beberapa menit mereka baru selesai menata barisannya. Jam menunjukkan pukul 05.15 WIB tapi mereka sudah ngos-ngosan gara-gara cuman baris.
Dari gerbang sekolah terdengar suara OSIS dengan para siswa yang terlambat, sedang berdebat. Kejadian tersebut buyar karena suara dari depan, siapa lagi kalau bukan Ilham

"Yang terlambat, silahkan maju kedepan dalam hitungan
1...
2...
3...
Jalan jongkok."

     Bel berbunyi sejak 5 menit yang lalu, para murid sudah memenuhi meja yang ada di kantin, termasuk Laura yang sekarang duduk semeja dengan teman barunya yang ada dikelas.

"Gila ya tadi, siapa sih namanya? Udah nyuruh-nyuruh, marah-marah lagi. Kan jadi kesel."
Tanya Sabrina.

"Tadi itu namanya kak Ilham, emang dari dulu dia kayak gitu, maklumin aja."
Jawab kirana

"Kok kamu kenal sih sama kak Ilham, jangan-jangan..."

Sebelum hal aneh-aneh terjadi kirana segera memotong ucapannya sabrina

"Apa? Jangan aneh-aneh deh pikiranmu itu, dulu aku satu sekolahan sama kak Ilham, dia juga ikut Osis dulu disekolahnya. Wajar kalo aku tau"

"O..." jawab mereka kompak

"Laura." Panggil kartika

"Hmm.. kenapa?"

"Kenapa dari tadi kamu diam aja, saat mos berlangsung kamu juga diam aja, apa kamu sakit?"

"Tidak, aku tidak apa-apa, cuman emang males aja."

"Beneran?"

"Iya, kalian kenapa sih? Nih lihat, aku gak pucatkan?"

"Sakitkan gak harus pucat juga, ad.."

Sebelum kartika menyelesaikan ucapannya, bel masuk berbunyi. Yang artinya mereka harus ikut mos kembali dilapangan.

"Udahlah, yuk kita ke lapangan, nanti keburu dimarahin lagi loh sama kak Ilham." Kata Laura

"Kamu beneran gapapa kan?" Kata Kartika memastikan.

"Iya gapapa, yuk."

"Yuk." Kata mereka

To Be Continue

Ini adalah cerita pertamaku. Gimana menurut kalian? Jangan lupa di vote ya kalau suka. Terimakasih.

Bisma-RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang