oo00oo

4.1K 393 177
                                    

War merenung, sudah seharian dia berdiam di depan minimarket. Sesekali mengecek aplikasi gr*b di handphone nya.

"Belum dapet orderan?" teman seperjuangannya, Folk meletakan helm hijaunya di atas meja, setelah sebelumnya menyingkirkan kunci motor milik War.

War menggeleng. "Gimana nih, apalagi sekarang cuma boleh ambil orderan makanan. Puyeng aku euy."

"Yah, mau gimana lagi. Keadaan lagi gini War." Folk melepas masker yang terasa menyekik hidungnya sesaat, memakainya kembali setelah terasa cukup mendapat udara segar. "Lo nongkrong deket mekdi kek atau kaefsi. Gue tadi dapet disitu." tambahnya lagi.

War menghela napas dan menggaruk telinganya yang agak gatal. Bersiap, menaikan masker dibawah hidung dan merapikan jaket, tak lupa meraih kunci motor kesayangannya.

"Cabut dulu ya, bro. Doain aku."

Folk mengangguk dan menepuk punggung War, sembari menatap punggung cowok berdarah Sunda tersebut.

***

War menghentikan kendaraannya tepat didepan salah satu restoran cepat saji yang disebutkan Folk. Mecantolkan helm di spion dan berjongkok di bawah pohon yang cukup rindang. Belum semenit ia memandang handphone, sebuah orderan muncul di notifikasinya. Tanpa pikir panjang, War menyetujui orderan tersebut dan meluncur menuju resto yang berjarak beberapa puluh meter dari tempatnya berada.

"Yin Anan." gumam War. Pantes, kokoh kokoh nih yang order, pikirnya. Kokoh atau Cici ya? War menggelengkan kepalanya dan segera meminta konfirmasi ulang.

Sebentar lagi pesanannya jadi, ya koh

Lo anterinnya ke alamat ini ya.

Siap koh

Buat cewe gue, namanya Ploy
entar lo ketok2 aja kosannya.
Bilang dari Yin Anan. Awas lo kalo sampe salah sebut nama

Siap koh, 10 menit lagi saya otw 

Y

Jutek banget, War mengelus dada. Ia hanya berharap kustomer pertamanya itu tidak memberi penilaian jelek kepadanya.

Selesai dengan pesanan, War segera menuju alamat tujuan dan disambut oleh seorang gadis cantik berambut panjang.

Namun malang nasibnya, setelah menyebutkan nama kustomernya tersebut, si teteh cantik berambut panjang itu malah memandang War dengan kesal.

"Gue gak mau terima apapun dari dia!" setelah itu ia membanting pintu dengan keras tepat di depan hidung War.

"Duh sabar-sabar." lagi-lagi War hanya dapat mengelus dada. Memandang bungkusan makanan di tangannya. Sekali lagi, ia mencoba membujuk gadis tersebut.

"Teh? Ini makanannya gimana teh?"

"Pergi lo!" disertai dengan suara sesuatu yang dibanting mengenai pintu.

"Gusti nu Agung. Kaget aku." sambil bergidik, War meninggalkan kos-kosan tersebut.

War memutuskan menyelesaikan orderan, setelah sebelumnya menyimpan nomor sang pemesan.

War memutuskan menyelesaikan orderan, setelah sebelumnya menyimpan nomor sang pemesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat alamat Yin yang hanya berjarak dua kilometer, War menghubunginya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah mendapat alamat Yin yang hanya berjarak dua kilometer, War menghubunginya kembali.

Setelah mendapat alamat Yin yang hanya berjarak dua kilometer, War menghubunginya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


War menatap dari kejauhan seorang cowok bercelana pendek tengah mengayuh sepeda. Dilihat dari kulit putih dan mata sipitnya, sepertinya ia orang yang dimaksud.

"Sorry lama. Macet."

War mengangguk, dalam hati menggumam 'macet apanya lha pake sepeda gtu kok.' tapi hanya menyimpannya dalam hati.

"Ini koh pesanannya. Coba dicek lagi."

Yin Anan mengambil pesanannya tanpa turun dari sepeda miliknya. "Thanks." ucapnya. "Gue gak tau kalo lo Muslim."

"Saya Kristen kok koh, tapi saya alergi babi." cengir War.

Yin Anan menaikkan alis geram. "Kenapa lo gak bawa buat keluarga lo aja?!"

"Saya tinggal disini sendiri koh. Keluarga saya mah di kampung." War masih nyengir lebar. "Jangan lupa bintang limanya ya koh. Pembayarannya sudah via OV*."

"Eh bentar. Lo gak alergi daging sapi, kan? Tunggu disini."

War menggeleng tak paham. Menatap Yin Anan yang masuk ke dalam warteg, tak lama kemudian kembali dengan bungkusan di tangannya.

"Lo gak mungkin gak suka rendang. Semua manusia pasti demen rendang, jadi gak ada alesan." War menerima bungkusan itu dengan setengah hati.

"Makasih koh. Padahal gak perlu repot-repot."

"Itung-itung bensin lo kemari. Udah ya." Yin Anan melenggang dengan sepedanya. Menyisakan punggung cowok bertubuh tinggi itu di pandangan War.

"Ternyata gak sejutek keliatannya." Dalam hati War mengucap syukur.

***

Malamnya..

War menguap. Rambutnya masih setengah basah untuk dibawa tidur. Dengan malas, membawa tubuhnya duduk di teras dengan handuk di kepala.

Sebuah notifikasi pesan whatsapp mengalihkan perhatiannya. Ia mengernyitkan dahi membaca pesan tersebut.

 Ia mengernyitkan dahi membaca pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"?????"


Fin



Lanjut or tidak ges~

Ahahaahahai, fic ini sebagai permintaan maaf krna belum bisa apdet Dilan&Ando.
See you guys~💕

Kang Ojol [YinWar] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang