Keliru

12 2 2
                                    

Temperatur udara terasa sedikit hangat dibandingkan sebelum-nya. Bunga-bunga bermekaran di sepanjang jalan. Bahkan bunga sakura yang terletak di taman kampus juga sudah bermekaran dengan sempurna. Ya, musim semi telah tiba bersamaan dengan semester yang baru. Jisoo memulai hari pertamanya di kampus dengan sangat antusias. Ia menyukai musim semi lebih dari apapun.

“Kau lihat di sana, Jennie-ya? Sangat indah sekali.” Ucapnya sambil memandang ke luar jendela, menatap pohon sakura yang terlihat jelas dari kamar-nya.

“Kau sudah mengucapkan itu beberapa kali, Jisoo-ya.”

“Alih-alih pergi ke kelas, aku malah ingin duduk di bawah pohon sakura itu.”

“Kalau begitu jangan masuk kelas.” Ujar Jennie singkat, dia menanggapinya dengan setengah hati. Seluruh tubuhnya sibuk mencari sesuatu. Jisoo melirik ke arahnya yang sedang mondar mandir.

“Kau sedang apa, sih?!” Ujarnya kesal.

“Aku kehilangan lip tint-ku, sial!” Gerutunya.

“Pakai saja punyaku dulu. Ayo berangkat! Nanti terlambat.” Jisoo memberikan lip tint miliknya, kemudian menarik lengan Jennie agar cepat berangkat.

Di perjalanan, mereka melewati pohon sakura yang sedari tadi menyita perhatian Jisoo. Tiba-tiba Jisoo menarik lengan kanan sahabatnya dan menghentikan langkah kaki mereka.

“Kenapa lagi?” Tanya Jennie kesal.

Jisoo mengeluarkan ponselnya, tanpa diduga ia menyerahkan ponsel itu ke Jennie. “Tolong fotokan aku. Harus cantik, ya!” Perintahnya. Jennie hanya mendengus kesal, tetapi tetap melakukan apa yang diperintah-kan oleh sahabatnya.

“Sudah?” Tanya Jisoo. Jennie mengangguk.

“Hasilnya seperti fotografer professional, kan?” Tanya Jennie seraya memperlihatkan hasil fotonya yang ciamik. Jisoo memandanginya dengan seksama.

“Kau punya bakat memotret rupanya. Mau ku foto juga?” Jisoo menawarkannya lebih dulu, Jennie menerima tawaran tersebut.

“Oh, bagus!” Ucap Jennie setelah melihat hasilnya. Mereka pun melanjutkan langkah mereka menuju fakultas masing-masing.

Di perjalanan, mereka bertemu dengan Jinyoung. Ia berjalan beriringan dengan seorang wanita yang sangat familiar bagi Jisoo.

“Bukankah itu Jinyoung?” Tanya Jennie. Jisoo tidak menggubris-nya.

“Jinyoung-ah!” Jennie memanggilnya dengan penuh semangat. Jinyoung dan rekannya menoleh. Jennie melambaikan tangannya, ia menarik lengan kiri Jisoo dan berlari ke arah mereka berdua.

“Jisoo-ya!” Teriak Ryujin antusias.

Annyeong.” Balas Jisoo dengan senyum tipis di wajahnya.

“Jennie-ssi, annyeong.” Sapanya kepada Jennie. Jennie membalas-nya dengan lambaian tangan.

Ryujin menggandeng lengan kanan Jisoo agar mereka bisa melangkah beriringan. Kini, Jisoo berjalan bersama Ryujin di depan Jennie dan Jinyoung.

“Jinyoung-ah.” Jennie memecah keheningan antara mereka berdua. Jinyoung menoleh “Kenapa?” Tanyanya singkat.

Jennie kembali membuka suara.
“Kau, apa kau dan Ryujin sedang berkencan?”

“Hah?!” Jinyoung terkejut.

“Kenapa kau sekaget itu?” Tanya Jennie heran.

“Kau tahu dari mana? Jisoo yang memberitahumu?”

“Jadi benar, ya?”

“Tidak. Kami tidak dalam hubungan yang seperti itu.”

“Benarkah? Lalu kenapa Ryujin berkata lain?”

Dear ArchitectureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang