O3

12 3 0
                                    

"Aku pulang dulu Arley" ucap Dea sambil mengemas tasnya beserta isi isinya.

"Ku antar?" tawar Arley. Dea menggeleng pelan.

"Tidak, tidak usah. Itu pasti merepotkan"
Dea tersenyum lembut saat melihat wajah Arley yang cemberut.

"Yasudah, aku marah padamu"

Arley pun berlagak seperti orang marah dengan melipat tangan didadanya dan memajukan bibirnya.

"Aish kau ini!"

"Yasudah ayo" sambung gadis itu.

Ibunya Arley tersenyum melihat interaksi mereka itu.

"Kami pamit, ma"
Dea dan Arley membungkuk. Ibu Arley pun mengangguk lalu memeluk keduanya.

"Dea, tetap jadi anak yang baik dan jangan lupa terus berdoa ya" ucapnya.

Gadis itu tersenyum pahit,
Andai saja Bunda seperti ini, aku pasti sangat bersyukur , batinnya.

"Iya ma, pasti"

Setelah itu mereka bertiga saling melambaikan tangan sampai Ibunya Arley melihat punggung mereka yang sudah semakin menjauh.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
:
:
:
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Fokus, tenanglah
Dea menarik nafas lalu menghembuskannya.

"Arley pulanglah"

"Tapi aku ingin menemanimu masuk, aku takut kau akan dibentak seperti tadi lagi"

Keduanya saling menatap, juga saling memberi kekuatan agar masing masing tidak takut, tapi Dea tetap Dea. Bandel.

"Tak apa, pulanglah. Mama mencarimu nanti"

"Tid—"

"Aku sudah mengijinkanmu mengantarku tadi, jadi tolong dengarkan aku sekarang. Aku takut kau kenapa napa nantinya, aku-"

Arley menatap Dea dengan mata tajamnya , menunggu kalimat yang akan disebut selanjutnya.

"Aku khawatir" sambungnya.

Perlahan, Arley tersenyum lalu mengusap dan mengacak rambut Dea.

Gadis itu menatapnya seakan mengatakan aku akan baik baik saja, aku berjanji.

Anak laki laki itu hanya mengangguk.

"Kau harus baik baik saja, oke?"

"Oke"

Finish.
Arley pun berbalik, melangkah pulang kerumahnya.

Sedangkan gadis itu kembali terdiam. Setelah cukup lama berdiri didepan gerbangnya, akhirnya ia pun melangkah masuk.

Ia hanya menatap pintu rumahnya yang amat besar, memutar kembali dipikirannya bahwa apa yang akan terjadi ketika ia melewati pintu besar ini, tidak ada momen bahagia layaknya Arley yang pulang kerumah. Disambut oleh Mamanya dengan hangat.

Dea tersenyum kecut. Batinnya berteriak.
'Kapan?'
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Deg, deg.

Ceklek..

PRANGG!

'Ya tuhan..'

"Kau, kau darimana hah?!"

Itu Bundanya, ia memecahkan piring lagi.

"Ada apa ini ribut ribut!"

Ayahnya, btw.

Gadis itu hanya terdiam.

"Ku tanya kau habis darimana bocah?!"

"Aku sedang tidak ingin menjawab pertanyaan yang tidak berguna itu, sudahlah aku lelah"

Dea pun melangkah menuju kamarnya hanya saja sebelum memasuki kamar, sebuah sapu berbahan kayu mendarat telak diperutnya dengan amat keras.

"AH!!!"
Gadis itu terduduk sambil memegang perutnya, meringis kesakitan.

"Beraninya kau melawanku, kau tau aku siapa?!"
Bundanya berteriak, sedangkan Ayahnya hanya duduk disofa melihat Dea yang menatapnya sangat berharap untuk membantu.

Nyatanya, tidak akan pernah terjadi.

Para maid pun berdatangan untuk menahan lengan Bundanya yang semakin brutal. Yang lain membantu Dea untuk berdiri.

"K-kau? Iblis"
Terakhir, sebelum Dea menutup matanya dan ya.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Semuanya terjadi, semuanya
Putih.

Aku melupakan janjiku pada Arley.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

:
:
:
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

HAIIII, AKU UP CHAP INI SEKARANG AJA KKK~

Semoga besok aku up lagii,
Dadahh!💜

Broken.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang