30.

25K 1.2K 23
                                    

"Arlington Wang," panggilnya dengan enteng membuat sang empu menoleh dengan seringai andalannya. Mereka tidak sengaja bertemu—ketidaksengajaan yang Arlington yakini sudah diatur oleh Edward.

"Pangeran Edward, lama tidak berjumpa. Apa yang sedang kau lakukan di Albania? Apa ada kunjungan resmi kerajaan?" tanya Arlington dengan tenang seolah berbasa-basi, ia akan mengikuti permainan yang Edward mulai.

Edward tersenyum dan ia yakin jika Arlington sudah mengetahuinya, pria itu memang pandai berakting-sangat pintar menyembunyikan sesuatu termasuk menyembunyikan tunangannya.

"Arlington aku yakin kau tidak ingin sesuatu sampai menimpa istrimu."

"Tentu, aku menempatkan orang-orang terbaik di sisinya. Kau tidak perlu mengkhawatirkan istriku, Pangeran."

"Kau yakin istrimu akan baik-baik saja? Bahkan sebuah batu hampir menghantam kepala istrimu di saat kau sedang bersama dengannya," kata Edward dengan tenang.

Arlington yang mendengar itu sebenarnya sangat kesal tetapi ia berhasil menyembunyikannya dengan baik, dengan memperlihatkan seringai tanpa rasa takutnya. "Aku tau itu ulah mu, Pangeran."

"Kau menuduhku tanpa bukti, Arlington."

"Kau memang pintar menghilangkan bukti tetapi aku tidak cukup bodoh untuk permainan murahanmu."

"Lalu katakan kepadaku, siapa pelakunya? Apa kau sudah menangkap orang yang melempar batu itu? Bahkan kau dan anak buah payahmu itu tidak bisa menemukan pelakunya."

"Aku akan menemukannya."

"Aku berani bertaruh, kau tidak akan menemukannya karena kau dan orang-orangmu itu terlalu payah. "Edward memasang raut wajah santai tanpa rasa takut. "Sebaiknya kita akhiri permainan ini Arlington, katakan dimana tunanganku."

"Luigene benar, kau bukan Edward yang sama. Kau sudah melupakan ingatanmu sendiri, apa kau tidak ingat? Kau menyiksanya, melecehkannya lalu membunuhnya dengan tangan kosong."

"Sebaiknya kau mengingat wajah istrimu sebelum menjawab pertanyaanku," ancam Edward yang tentunya tidak membuat Arlington takut atau goyah. "Dia tidak sedang berada di Inggris, dan aku berani bertaruh kau tidak akan berani menyentuhnya."

Edward tertawa lantang sambil menepuk tangannya memuji Arlington. "Ternyata kau cukup pintar, aku sudah menduganya. Kau benar, aku tidak berani menyentuh Abbey tetapi orang yang melempar batu di vila itu akan dengan senang hati untuk menyentuh Abbey."

"Apa omong kosongmu ini sudah selesai? Aku sangat sibuk untuk mengurus tambang minyak di Albania, omong kosong ini hanya membuang waktuku."

"Dengar ini baik-baik," tampak Edward mulai kesal dan mendekatkan dirinya pada Arlington. "Kau akan dianggap sebagai pengkhianat karena telah berani menyembunyikan tunangan seorang Putra Mahkota Inggris."

Arlington tersenyum sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku. "Dan kau akan dianggap sebagai pangeran gila yang suka berhalusinasi, atau jika kau ingin jatuh bersama maka aku akan dengan sukarela menunjukannya kepada publik jika calon Raja mereka adalah seorang psikopat yang suka menyiksa perempuan."

"Kau pikir rakyat akan sudi kembali menerima Pangeran kesayangan mereka ini sebagai calon Raja mereka setelah tau skandalmu? Rakyat hanya akan memberontak untuk menggulingkanmu dan mereka akan sangat kecewa dengan kerajaan yang sudah menyembunyikan skandal pangeran mereka, kotor."

Arlington melangkah dengan tenang seolah tadi tidak terjadi apa pun, tidak sampai Edward kembali membuka suaranya. "Beritahu aku dimana Shaleeya, aku akan mengakhiri semuanya!"

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang