Prolog

70 14 13
                                    

Emily Tasya Alvaro. Seorang siswi populer yang cantik juga pintar. Selain itu, ia juga aktif di dalam bidang organisasi, karena itu ia menjabat sebagai wakil ketua osis. Ia selalu mengikuti segala macam lomba yang ia bisa.

Yang di pajang di kamarnya, apalagi kalau bukan piala-piala yang ia menangi, dan juga buku-buku yang ia suka baca. Nerd? Itu adalah kata yang menjijikkan bagi seorang Emily.

Memakai kacamata, dan juga tampang yang culun, itu jauh dari penampilan Emily. Ia selalu tampil cantik saat ke sekolahnya dengan polesan make up tipis di wajahnya.

Dan tak lupa kedua sahabatnya yang tak kalah jauh dari Emily. Kaila dan Alena yang selalu Memakai polesan make up tipis agar tidak terlalu terlihat seperti 'cabe-cabe an'.

Mereka suka membaca, tapi kata nerd terlalu jauh untuk di pakaikan kepada mereka. Cabe-cabe an? Juga bukan karena mereka tidak alay atau pun sering membuat masalah di sekolahnya. Lebih tepatnya Most Wanted.

Hampir seluruh siswa di sekolahnya menggemari mereka bertiga. Terutama Emily Tasya.

Di keluarganya, Emily adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Ia mempunyai 2 kakak laki-laki yang umurnya tidak terlalu jauh darinya. Keluarganya sangat mencukupi. Ayahnya adalah salah satu pemimpin angkatan udara. Dan ibunya adalah pemilik salah satu restaurant mewah di Jakarta.

Kakaknya yang bernama Brady yang sudah kuliah. Dan kakaknya yang bernama Leon satu sekolah dengan Emily di SMA yang sama. Tak jauh dari Emily, Leon adalah salah satu most wanted di sana.

"Emily! Lo mau sekolah ngak?! Gue tinggal nih!" Panggil Leon dari luar yang sudah siap memakai seragam di samping mobilnya.

Panggilan Leon tadi membuyarkan pikiran Emily yang sedang sarapan. "Iya! Sebentar!" Emily segera meneguk habis susunya, lalu mengambil tas-nya dan berangkat ke sekolah bersama Leon.

Di mobil, tidak ada percakapan sama sekali. Leon fokus menyetir, sementara Emily fokus dengan ponselnya yang terus berbunyi sedari tadi.

Setelah sampai di parkiran sekolah, Leon di sambut oleh geng nya yang memang selalu berkumpul disana saat pagi hari sebelum upacara atau sebelum bel masuk.

Emily segera menuju ke kelasnya dan menemui kedua temannya. Tentunya untuk mengobrol tentang segala hal yang ia alami selama liburan kenaikan semester kemarin. Saat ini Emily duduk di kelas 11 IPA 2.

"Pagi Emily!"

"Hi Emily!"

"Selamat datang kembali Emily!"

Itu adalah sapaan-sapaan para siswa sepanjang koridor yang hanya di balas senyuman oleh Emily. Ya, walaupun agak sedikit risih nadanya, namun ia berusaha untuk tetap ramah.

Brukk!

Di tengah perjalanannya menuju kelas, ia tidak sengaja menabrak seorang siswa yang asing baginya. Siswa itu memakai seragam seperti dirinya, dan juga kacamata. Nerd. Emily bisa tebak itu. Cih, menjijikan.

"Kalau jalan hati-hati ya..." Tegur Emily dengan nada seramah mungkin. "Aku minta maaf ya. Kamu ngak kenapa-kenapa kan?" Maaf siswa itu menunduk.

Emily tersenyum dengan tulus. "Ngak kok." Mendengar jawaban Emily, siswa itu menatap Emily dan tersenyum.

Kemudian Emily melanjutkan perjalanannya. Namun perjalanannya terhenti ketika ia mendengar suara kesakitan dari siswa yang ia tabrak tadi. Ia segera membalikkan arahnya menuju siswa tersebut.

Siswa itu mengusap-usap matanya dengan kasar. Dengan segera Emily membantunya. Ia menghampiri siswa yang tadi.

"Eh? Lo ngak papa kan?" Tanya Emily khawatir karena siswa itu terus mengusap-usap matanya dengan kasar.

"Ngak, kayaknya minus aku nambah doang." Jawab siswa itu dengan tangan yang tidak henti-henti mengusap matanya.

"Coba gue liat kacamata lo." Emily menodongkan tangannya ke arah siswa tadi. Siswa itu pun membuka kacamatanya.

Namun, wajahnya yang terlihat lebih tampan ketika melepaskan kaca matanya, membuat Emily bungkam dengan ketampanannya.

"Perfect..." lirih Emily terus menatap wajah siswa itu. Siswa itu pun mengalihkan pandangannya agar tidak kontak mata dengan siswi di hadapannya.

"Hi, are you okay?" Siswa itu yang mulai risih menyadarkan Emily dari lamunanya. "Jadi pinjam kacamata aku?" Emily menggelengkan kepalanya.

Siswa itupun kembali memakai kan kacamatanya. Emily terus menatap wajahnya membuatnya semakin risih dan tak tahu apa yang harus di perbuat.

"A-aku ke kelas dulu." Siswa itu meninggalkan Emily yang masih terdiam menatap kepergian siswa itu sambil tersenyum tidak jelas.

"Ekhem, lo lagi liatin apa? Cepetan masuk kelas. Bentar lagi upacara mulai." Suara Leon membuat Emily sedikit terkejut. Ia mengangguk dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.

Upacara pun dimulai. Emily berjaga di belakang bersama anak osis yang lain juga Chandra-ketua osis. Emily berdiri di samping Chandra yang sedang mengawasi anak-anaknya.

Chandra melirik ke arahnya yang sudah mulai berkeringat karena teriknya mata hari pada pagi hari ini. "Mil, kamu capek?" Bisik Chandra. Emily hanya tersenyum menjawab.

Setelah selesai upacara, semua murid langsung masuk ke kelas masing-masing. Termasuk Emily dan kedua temannya.

Emily duduk bersama dengan Alena, sedangkan Kaila duduk sendiri di depan mereka. Ya, bangku itu sengaja di kosong kan karena katanya ada murid baru di kelas ini.

"Pagi anak-anak!" Sapa Bu Ratna selaku wali kelas mereka.

"Pagi Bu!" Jawab semua murid dengan kompak.

"Baik, hari ini kalian kedatangan murid baru ya." Ujar Bu Ratna. Tak lama kemudian datang seorang siswa baru yang memakai kacamata.

"H-hai, nama saya Angga Keano. Kalian bisa panggil saya Angga." Angga memperkenalkan dirinya sambil terus membenarkan kacamatanya.

Semuanya hanya terdiam tidak mempedulikannya kecuali Emily yang terus menatap Angga terus menerus. "Hai, Angga!" Sapa Emily yang langsung ditatap heran oleh seluruh murid di kelas.

Begitupun Alena yang menyenggol bahu Emily. "Seriously? He's a nerd." Bisik Kaila menatap tajam Emily. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum sambil terus menatap Angga.

"Just shout your mouth my bestie."

Bersambung...

Hi!
Gimana guys prolognya?

So, ini cerita pertama aku tentang nerd. Semoga kalian suka 💌

To Be a Nerd Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang