○○○(Name) membuka mata, disambut Osamu yang sedang memijat punggung bagian bawahnya, di samping kasurnya juga ada kompresan air hangat. Sedangkan perut bagian bawahanya dibaluti handuk hangat.
"(Name)! Bagaimana perasaanmu sekarang?" Osamu tersenyum cerah dan tak tahan ingin memeluk (Name).
"Sudah.. mendingan kok, terimakasih." (Name) membalas pelukan kakaknya dengan erat, rasanya ia ingin menangis terharu. Ia diperlakukan sangat baik oleh kakaknya, yang padahal sebelumnya bersikap layaknya tetangga hotel. Saling mengenal namun tak pernah menyapa.
Osamu membuat pergerakan guna melepas pelukan. Tapi (name) mengeratkan pelukan itu.
Bukan tanpa alasan, ia hanya ingin meminta kekuatan.
Osamu yang paham, menguatkan sang adik dengan pelukan dan belaian di punggung (name)."Kenapa kamu tidak bilang apa-apa tadi?" tanya Osamu, melepas dekapan itu. Kini (Name) sudah ada di posisi duduk, berhadapan dengan Osamu.
"Sakit.."
"Apa biasanya juga gitu? Kenapa nggak pernah bilang ke aku atau 'Tsumu?" Osamu menyelidik, matanya memicing.
"Biasanya... nggak terlalu sakit kok," jawab (Name) setengah menunduk. Tapi memang benar, biasanya rasa nyerinya tak sesakit hari ini. Sebenarnya ini terjadi sejak dini hari, tapi (Name) menahannya.
"Lain kali bilang kalau ada apa-apa. Awas saja," Osamu mencubit sebelah pipi (Name) agak kencang, ia gunakan sebagai hukuman atas ketidakpatuhannya.
Di hari ketiga kepergian Atsumu, (Name) makin hari semakin sering mengurung diri dalam kamar. Ia bilang kepada Osamu untuk tidak mengganggu atau masuk kedalam kamarnya karena anak gadis itu sedang belajar.
Buktinya? Ia tergoda pada handphone yang tergeletak diatas meja belajarnya. Keasikan dengan dunia daring, (Name) dengan takut-takut mengecek jam diujung layar ponselnya.
Teriakan frustasi dalam hati menyiksa gendang telinganya, yang padahal suara itu sekedar imajinasi. Ingatan tentang teman sekelas yang pernah memintanya diajarkan materi fisika, dan kenyataan bahwa anak itu telah menyelip nilai ujian (Name) dalam pelajaran yang sama membuat ia makin tertunduk.
Osamu mengetuk pintu, mengajaknya makan malam. Dengan nada suara ceria dan intonasi yang dibuat-buat gadis muda itu menyahut, "Aku masih belajar, nanti saja."
Derap langkah Osamu yang menjauh, membuat (Name) sedikit lega kakaknya percaya kebohongannya. Perutnya melolong minta diisi, tapi otaknya juga merajuk ingin dimanfaatkan. (Name) semakin
.
.
.Osamu yang juga sedang belajar-lebih tepatnya menonton money kaget di tv memikirkan sejenak tentang adik perempuannya akhir-akhir ini. Pasalnya ia jarang melihat (Name) keluar kamar saat di rumah, mungkin hanya mandi. Sapaan juga jarang terlontar yang padahal biasanya tidak.
'Apa jangan-jangan (Name) sudah tahu rencana busuk Atsumu ya?' pikir Osamu. Layar tv seketika menghitam setelah dimatikan, dan Osamu beranjak. Kakinya membawa lelaki belasan tahun itu ke lantai dua kamar adiknya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳Miya.tw
FanficMiya Twins × Lilsister!reader × Ka. To || lil-teenromance || some angst || little fluff || slice of life || family Haikyuu©️Haruichi Furudate-sensei Cerita ini punyaku OwO