Pintu toilet ditutup rapat. Angga menghadapi gadis itu secara empat mata.
"Dara, kamu itu kenapa sih?"
"Tadi Papa apain aku di rumah?!"
"Gini ya, tadi tuh Papa langsung cabut ke sini, jadi---"
"Jangan bohong! Maneh udah campurin apa di minuman tadi?!"
Sontak Angga semakin gugup merasa semakin sulit untuk mengelak. Matanya berpaling ke samping dan kembali menatap gadis yang berdiri di hadapannya seraya membelai lembut rambutnya. "Maaf Ra, Mama kamu jarang pulang, jadi Papa khilaf."
"Anj***! Ba****t!" Dara mendaratkan tamparan keras di pipi sang ayah tiri. Lalu segera membuka pintu toilet.
Namun Angga malah mendekap dari belakang, menahannya untuk tidak langsung pergi. "Dara, tunggu. Papa belum selesai ngomong."
"Gak mau! Lepasiiin!" Dara memberontak seraya menjerit parau tangisnya. Namun kuncian itu malah semakin kuat. Ditariknya lagi tubuh si gadis remaja hingga punggungnya membentur tembok dan kembali berdiri berhadapan seperti semula. Angga membungkuk menggenggam kuat kedua lengan Dara dan menatapnya lebih dekat. Wajah penuh derai air mata itu hanya tertunduk meluapkan isak tangis tak kuasa melihat lagi wajah pria bejat yang telah merenggut kesuciannya.
"Semuanya masih baik-baik aja, Dara. Gak akan ada yang berubah di diri kamu." Angga berucap lembut, mengembalikan sikap layaknya seorang ayah.
"Aku pengen ke mamah."
Pria di hadapannya mengambil ponsel. "Boleh, sekarang Papa anterin kamu ke mama. Tapi kalau kamu mau lapor, coba pikir-pikir dulu. Papa udah punya rekamannya. Nanti Papa sebarin ke internet kalau kamu lapor." Lalu menunjukkan video perilaku bejatnya sendiri saat sang anak tiri tertidur di ruang tamu tadi siang.
Dara membelalak tak menyangka melihat apa yang diperlihatkan Angga di layar ponselnya. Seketika ia mencoba merebut ponsel itu. "Hapus!"
Senyum Angga menyeringai sinis saat mempertahankan ponsel, menghindari raihan tangan tangan si anak remaja. "Papa juga punya rekaman waktu sama mama kamu."
"Hapuuus!"
Ponsel disimpan di saku belakang celana lalu menggenggam menahan kuat kedua tangan Dara. Senyuman pria itu memudar berganti tatapan penuh ancaman pada seorang anak yang akan ia intimidasi. "Jangan bilang ke siapa-siapa atau hidup kamu sama mama hancur."
Amarah berubah menjadi tangisan yang kian tersedu-sedu. Dara tak kuasa melawan ancaman itu. "Aku takut hamil."
"Gak usah takut." Satu tangan Angga beralih membelai rambut gadis yang tengah ia kendalikan. Namun Dara menepis sentuhan itu dari rambutnya seolah sudah jijik dengan perilaku sang ayah tiri yang terlewat batas. Dua mata pria di hadapannya masih menatap penuh rayu.
"Kamu tinggal minum pil kontrasepsi darurat. Nanti Papa ambilin buat kamu." Lalu merangkul menuntun Dara keluar dari toilet setelah sebuah ancaman berhasil ia terapkan.
Sepanjang hari Dara hanya mengurung diri di dalam kamar. Menangisi semua yang telah terjadi kala merasakan hari terburuk kedua setelah kehilangan sang ayah kandung untuk selamanya.
Sementara Angga menyimpan rapat semua rahasia bisnis gelapnya. Ia menyalahgunakan wewenang dengan menjual bebas obat-obatan antidepresan ilegal tanpa resep dokter. Juga mengedarkannya ke berbagai tempat dari daerah remang-remang hingga lingkungan kampus. Kini ia menjadi pengedar berkedok pengusaha farmasi.
Salah satu jenis obat antidepresan dengan efek tidur lebih cepat telah digunakan untuk melampiaskan nafsu bejatnya. Pria itu telah melarutkannya di atas dosis normal pada minuman yang ia berikan untuk Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
About D ( Her Secret ) ✔
Teen FictionCerita Wattpad dengan visual ilustrasi di dalamnya. Andhini tak menyangka, di masa remajanya ia akan dipertemukan kembali dengan seseorang yang sempat datang di masa kecilnya. Dia adalah Dara, yang kini bersembunyi di balik nama barunya, Nadi. Nadi...