Part 1

52 4 0
                                    

Tika tersenyum saat melihat Awan duduk diatas motornya. Awan berlari menghampiri Tika yang berjalan hendak menghampirinya.

"Capek?" Tanya Awan sambil mengelus rambut Tika.

"Lumayan" Tika berusaha tersenyum walau sebenarnya hari ini dia benar-benar lelah.

Sejak dia menolak Sakti ada saja perkerjaan yang memaksanya untuk lembur. Entah itu berkas yang harus dirapikan atau kertas yang harus dihancurkan dengan alasan agar dokumen rahasia tidak tersebar.

"Mas kok masih nunggu? Padahal tadi sudah kukabari untuk pulang saja"

"Mas Gak tega liat kamu pulang malam- malam naik Bis. Lagi pula urusan Mas sudah selesai" Awan mengandeng tangan Tika mereka berjalan menuju motor.

"Tapikan Mas juga capek habis kerja seharian"

"Capek Mas hilang begitu ketemu kamu" Awan menarik tangan Tika kedadanya lalu mengecupnya "Sudah makan?"

Tika menggeleng.

"Kita makan dulu, mau makan apa?" Awan menatap Tika dengan penuh cinta.

"Apa saja" Tika tersipu melihat tatapan Awan.

"Sayang" Awan kembali mengecup tangan Tika. "Sikap kamu ini yang membuat aku makin cinta"

"Bohong" Tika tersenyum lalu menarik tangannya.

"Mau bukti?" Awan menggoda Tika.

"Maksudnya?" Tika bingung.

"Bukti bahwa aku sangat tergila-gila sama kamu" Awan menatap mata Tika lalu turun ke bibir Tika.

Seketika jantung Tika berdebar, mukanya terasa panas. Mereka hampir satu tahun menjalin hubungan belum satu kali pun mereka berciuman.

Sakti yang baru keluar dari parkiran kesal saat melihat Tika bersama Awan. Padahal tadi dia sudah menawarkan hendak mengantar Tika pulang. "Kamu lebih memilih diantar motor butut ketimbang aku!!. Sakti memukul stir mobilnya karena kesal.

Seketika dia menginjak gas saat melihat tatapan mata Awan ke Tika begitu intens. Awan langsung menarik Tika dalam pelukannya karena mobil itu nyaris menyerempet mereka.

Awan ingin mengantar Tika sampai rumah sekalian pamit dengan Ibu Tika. Tapi Tika melarang karena melihat mobil Sakti terparkir dipinggir jalan.

Sebenarnya Awan hendak memaksa masuk karena merasa tidak enak dengan Ibu tika karena harus mengantar dipunggir jalan. Tapi Tika memaksa Awan pulang karena tidak ingin membuat Awan sakit hati.

Akhir-akhir ini Awan merasa sikap Ibu Tika agak berbeda. Tapi Awan tidak ingin membebani pikiran Tika, apalagi akhir-akhir ini dia harus lembur karena pekerjaan kantornya.

"Kenapa baru pulang?!" Ibu terlihat kesal saat Tika berdiri didepan pintu.

Tika tak menjawab, padahal saat ini dia sedang kesal dan lelah. Apalagi saat melihat Sakti duduk diruang tamu.

"Malam Pak" Tika menyapa Sakti dan hendak masuk ke kamarnya.

"Tika dimana sopan santun kamu! Bos kamu datang dan sejak tadi sudah menunggu kamu!" Ibu menarik tangan Tika untuk duduk dikursi. Setelah itu Ibu pamit kedalam menbiarkan Tika bicara dengan Sakti.

"Maaf Pak ada pekerjaan yang belum saya selesaikan?" Tika sebenarnya tidak ingin bicara dengan Sakti. Namun Dia tidak ingin bersikap tidak sopan pada atasannya.

"Atika bukankah sudah saya bilang kalau diluar urusan kantor jangan panggil Pak"

"Maaf Pak saya tidak bisa, bagaimanapun kondisinya Bapak adalah atasan saya"

"Tapi saat ini aku datang bukan sebagai atasan kamu tapi sebagai orang yang mencintai kamu" Sakti hendak meraih tangan Tika.

"Maaf Pak" Tika terkejut buru-buru menariknya.

"Tika kamu tidak yakin dengan perasaanku atau hanya sekedar menguji kesabaranku?!"

"Maaf Pak.. Saya benar- benar tidak bisa menerima perasaan Bapak. Saya tidak ada maksud lain, ini murni karena hati saya sudah milik orang lain" Tika mencoba bersabar dengan memberi pengertian pada Sakti. Entah sudah berapa kali Tika menolak dengan baik-baik tapi Sakti tetap keras kepala.

"Apa kurangnya aku dari Dia!"

"Bapak tidak ada kurangnya" Tika mencoba bersabar menghadapi Sakti.

"Kalau begitu tinggalkan dia" Sakti menggenggam tangan Tika. Tika hendak menarik tangannya tapi Sakti tidak ingin melepaskannya.

"Maaf Pak.... Saya.. tidak... bisa..." Tika mulai takut.

"Aku tidak perduli perasaan kamu saat ini! Yang penting tinggalkan dia! Karena aku yakin nanti kamu akan berubah menyukaiku"

"Maaf... Pak..." Tika semakin takut, Dia bingung apa yang harus Dia lakukan untuk melepaskan diri dari Sakti.

Sakti terus berusaha mendesak Tika agar mau menerimanya. Tapi Tika berusaha memberi pengertian pada Sakti.

💞💞💞

Hari ini Tika libur, karena tidak ada rencana keluar dia membantu Ibunya membereskan rumah. Sebenarnya hatinya tidak tenang karena Awan sejak semalam tidak bisa dihubungi. Padahal biasanya Awan selalu menghubunginya.

Saat ini hati Tika sedang kacau. Karena semalam Sakti mengatakan pada Ibunya untuk menikahi Tika.

"Ibu bukan memaksa kamu untuk segera menikah, tapi saat ini kamu lihat keadaan kita. Tahun depan Nina masuk SMA dan Diko SMP, itu semua memerlukan biaya. Belum lagi kontrak rumah harus dibayar. Kamu lihat sendiri jualan kue Ibu makin hari makin sepi, hanya satu harapan Ibu yaitu kamu"

Tika tidak bisa menjawab, memang tidak bisa dipungkiri kehidupan mereka sulit sejak Ayah meninggal tujuh tahun yang lalu. Saat itu Tika baru dua belas tahun Ayahnya tiba-tiba meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu kehidupan mereka mulai morat marit. Ibunya hanya Ibu Rumah Tangga biasa tiba-tiba harus mencari nafkah menggantikan posisi Ayahnya.

Tika mengerti bagaimana perasaan Ibunya saat ini, tapi dia juga sedang berusaha membantu Ibunya bekerja untuk menutupi kehidupan sehari-hari. Tapi saat ini gajinya tidak seberapa, dia hanya pegawai kontrak yang membantu bagian adminitrasi. Sebenarnya Tika termasuk beruntung bisa bekerja diperusahaan hanya bermodal ijazah SMA.

Kebutuhan mereka makin meningkat mengingat ketiga adiknya sudah besar. Ibu yang dulu lemah lembut berubah tegas karena tuntutan hidup yang keras.

"Jangan hanya cinta sesaat kamu akan menyesal. Karena hidup bukan hanya sekedar cinta, tapi butuh uang".

"Maaf Bu... Tapi Tika belum siap menikah umur Tika saat ini baru sembilan belas tahun. Lagi pula Tika tidak bisa menikah dengan Pak Sakti"

"Apa yang kamu harapkan dari Awan? Cintanya Awan? Tika andai kata kamu menikah dengan Awan mampukah dia membantu kami. Kamu lihat sendiri dia hanya pegawai kontrak seperti kamu untuk memenuhi kebutuhan kalian saja belum tentu cukup"

"Bu Tika yakin Mas Awan akan bersedia membantu kita. Memang saat ini dia sedang merintis karirnya"

"Mau sampai kapan kamu menunggu dia sukses? Oke umur kamu masih muda lima tahun lagi masih bisa menunggu Awan. Tapi adik-adik kamu bisakah menunggu? Saat ini yang mereka butuhkan uang untuk biaya hidup"

Tika sangat ingin membantah Ibunya. Dia tidak ingin menikah karena harta tapi karena cinta. Tapi dia juga tidak bisa mengecewakan Ibu dan Adik-adiknya.

"Jangan kamu lewatkan kesempatan dari Tuhan. Sakti jalan satu-satunya untuk mengubah hidup kamu dan adik-adikmu. Kamu beruntung Nak Sakti ingin menikahi kamu" Ibu terus berusaha mencoba membujuk Tika.

Tika masih tetap ingin mempertahankan Awan. Sedangkan Sakti pun berusaha merebut hati Tika. Tadi saja dia datang memberikan Hp pada Nina dan Diko. Sebenarnya Tika menolak, tapi Sakti tidak perduli. Tika tidak bisa berbuat apa-apalagi karena adik-adiknya pun sangat menginginkan Hp tersebut.







Cinta Tak SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang