Baik Heejin ataupun Jeno, mereka berdua tengah menatap peti berisi jasad Nancy dengan tatapan kosong. Heejin merasa sangat tak berdaya, apalagi Jeno. Sanak keluarganya Nancy tengah menangis tersedu-sedu. Sebuah pemandangan yang menyedihkan bagi Heejin.
Padahal, Heejin baru berapa hari mengenal Nancy. Tapi gadis itu benar-benar pergi jauh. Ia mati mengenaskan. Menurut penyelidikan polisi, ia meninggal karena bunuh diri.
Sungguh. Kenapa banyak sekali kejadian seram terjadi satu pekan ini.
Hingga akhirnya sepasang pria dan wanita menghampiri peti Nancy, seseorang yang tidak asing bagi Heejin atau Jeno. Siapa lagi, kalau bukan si kembar Hyunjin dan Yeji.
"Gue turut berduka, Jen." kata Hyunjin.
"Makasih." balas Jeno singkat.
Heejin menoleh ke arah Yeji. Gadis itu sama sekali tidak bereaksi, apalagi berekspresi. Tidak ada raut kegembiraan. Atau kesedihan. Hanya datar. Mungkin saja ia menyimpan euphoria kematian Nancy di dalam hatinya.
Jeno berdiri dan menghampiri Yeji, membuat Yeji perlahan mundur. Heejin bersumpah, ini pertama kalinya ia melihat Yeji si pembuat onar menjadi ciut seperti itu.
"Gue gak tau kalau lo ada hubungan sama kematian Nancy atau gak, tapi ini kan yang lo mau dari dulu? Lo seneng kan?" kata Jeno.
"Jeno... lo salah paham. Gue sama sekali gak ada hubungannya sama kematian Nancy..." kata Yeji.
"Kalau sampai ada fakta terkuak dan ternyata lo pelakunya, gue bersumpah bakal melakukan hal yang setimpal." ucap Jeno.
Hyunjin spontan menarik Jeno untuk menjauh dari kembarannya itu. "Gue tau lo sedih. Gue tau lo lagi sensitif, tapi gak gini caranya, lo nuduh orang tanpa bukti."
Jeno tertawa miring. "Haha. Kalian mirip ya ternyata. Pantes kembar."
Jeno akhirnya berjalan keluar dari rumah duka, membuat Heejin berlari menghampiri Jeno. Heejin pun mencegah pergelangan tangan Jeno.
"Jeno, tunggu! Lo mau ke mana?" tanya Heejin.
"Pulang." jawab Jeno.
"Nancy kan bentar lagi mau dikubur, masa lo gak mau nganter Nancy sampai peristirahatan terakhir?" balas Heejin.
"Lebih bagus gue gak ngeliat sama sekali." kata Jeno.
Heejin dapat melihat air mata di pelupuk mata Jeno. Jeno tau itu, makanya buru-buru ia menghapus air matanya.
"Yaudah, lo mau ke mana? Gue ikut pokoknya." kata Heejin.
Raut wajah kebingungan terpancar dari wajah tampan Jeno. "Lo yakin?"
Heejin menganggukan kepalanya. Pria itu terlihat sangat tidak baik-baik saja. Tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan hal bodoh yang bisa meregang nyawanya.
Jeno membiarkan Heejin mengikutinya, bahkan hingga ke sebuah bar yang terletak tak jauh dari apartemen mereka. Padahal ini masih siang menjelang sore, tapi Jeno memilih untuk meminum minuman beralkohol itu.
"Hidup Nancy itu... udah cukup susah. Dan gue gak percaya dia bunuh diri begitu aja." cerita Jeno.
Heejin menoleh ke arah Jeno yang sedang menatap kosong botol minuman beralkohol itu. Sebenarnya Heejin tidak bertanya, tapi mau tidak mau ia harus mendengarkan cerita Jeno.
"Kenapa... lo bisa gak percaya?" tanya Heejin hati-hati.
"She is strong. That's it." jawab Jeno.
"Alasan Nancy kenapa sering nginep di apartemen gue, karena dia gak pernah dianggep di keluarganya. Keluarga nya gak pernah suka sama Nancy." cerita Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
somewhere only we know ✓
Fanficjeon heejin featuring her weird-ass yet creepy neighbors