Bab. 19

24 6 3
                                    

Dani sudah dibawa dengan ambulans, sedang kedua orangtuanya masih setia menunggu kabar tentang Nisa.

Zainab beserta keluarganya datang menghampiri lokasi tersebut. Ia baru dengar kabar ketika ayah nya sempat keluar untuk bersepeda.

Uma, Zainab, beserta Aisyah menghampiri ibunya Dani. Ketika mereka sampai, ibunya Dani langsung memeluk Uma dengan erat. Menumpahkan segala kesedihan nya, Uma khawatir dengan keadaan Adelia-- ibu nya Dani --yang tengah hamil ini.

"Del, jangan nangis terus. Kasian anakmu nanti," nasihat Uma.

"Nisa mba, Nisa masih ada disana. Dia belum ketemu!" Adelia semakin histeris ketika mengingat hal itu.

Aisyah dan Zainab pun terkejut mengetahui kebenarannya, Zainab tidak henti-hentinya merapalkan doa untuk Nisa agar senantiasa dilindungi oleh Allah subhanahu wata'ala.

3 orang damkar memanggil suster untuk segera membawa tandu untuk membawa Nisa. Nisa sudah diketemukan, hal itu langsung membuat Adelia sedikit merasa lebih tenang.

Adelia berjalan dengan tergopoh-gopoh menghampiri petugas damkar tersebut. Uma Zainab menghampiri nya, "jangan cepat-cepat Del, kamu tunggu saja disini biar aku yang tanya ke petugas nya." Saran Uma.

Namun Adelia tetap bersikukuh untuk ikut, dia tidak puas jika bukan ia sendiri yang mendengarnya langsung.

"Mah, bener. Mamah mendingan tunggu disini aja ya? Papah temenin."

"Gak mau pah! Mamah harus tau kabar Nisa langsung!" Tolak Adelia mentah-mentah.

Akhirnya mereka bertiga menghampiri petugas itu dan bertanya keadaan Nisa.

"Bagaimana anak saya pak?" Tanyanya cemas.

"Ibu orang tuanya?"

"Iya, iya saya orang tuanya. Bagaimana anak saya pak?" Adelia terus bertanya tidak sabaran.

"Nisa sudah hangus terbakar Bu, ia meninggal."

Bagai ditusuk beberapa samurai tajam. Dada Adelia langsung dirundung sesak tak tertahankan. Ia akhirnya jatuh pingsan didekapan suaminya.

Papah Dani duduk bersimpuh memegangi kepala istrinya. "Gak mungkin kan pak anao saya meninggal?" Tanya nya pada petugas damkar untuk memastikan.

"Benar pak, Nisa sudah hangus terbakar."

Uma menangis saat itu juga, air mata nya tumpah ruah.

Zainab dan Aisyah yang melihat Uma nya menangis sesegera mungkin menghampiri nya.

"Nisaaaa!!! Nisa jangan tinggalin mamah Nisa!!" Adelia semakin histeris ketika jasad Nisa dibawa ke masuk ke dalam ambulans.

Suami nya kemudian menahan adelia, dengan segenap hati yang sebetulnya belum siap menerima ini semua. Ia berusaha tegar dihadapan istrinya.

"Mamah, ikhlasin Nisa mah. Biar Nisa juga tenang disana." Pinta suaminya.

"Tapi Nisa gak mungkin meninggal Pah! Nisa itu kuat! Mamah sayang banget sama Nisa!!" Adelia tetap tak mampu menyembunyikan kesedihan nya yang sudah terlampau dalam.

Ia tak kuasa mengetahui kabar putri semata wayangnya harus meninggalkan dirinya. Karena setiap hari hanya Nisa lah yang menemaninya di rumah, membantunya memasak dan mengerjakan yang lainnya.

Ia tidak siap bila harus kehilangan Nisa. Tak siap menerima semua kenyataan pahit ini.

Adelia beserta suaminya mengikuti ambulans dengan mobil mereka juga ditemani Zainab, Aisyah, dan Uma.

Ramadhan bersama ZainabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang