[38] "Kita bersama-sama lagi."

144 17 0
                                    

Gery menggerutu hebat, sejak tadi perutnya sudah keroncongan. Tetapi, tidak ada yang mempedulikannya. Cowok itu menoleh pada Nata, meminta pehamanan dari Nata. Nata malah menautkan alis membuat Gery melengos.

"Ini udah angkot ke-7, kalau sampai enggak ada, gue cabut," ujar Jefri yang menarik perhatian Kirana sekilas.

Kirana tidak henti-hentinya merapalkan doa agar dipertemukan lagi dengan Baylor seperti kemarin. Namun, seperti yang Jefri bilang, sudah 7 buah angkot dan hasilnya nihil. Bukan Baylor yang menjadi kenek seperti yang kemarin Kirana lihat.

"Enggak, tunggu sampai 10," tolak Restu. Di antara kelima anak itu, memang Restu yang paling sabar.

"Kenapa harus 10?" tanya Nata.

"Karena angka lahir gue," sahut Restu dengan tampang tanpa dosa. Mendapati yang lain menatapnya seperti ingin menerkam, Restu mengangkat bahu cuek.

"Ya terus bagi lo angka 10 beruntung gitu? Musyirk!" sungut Gery yang semakin emosi, sudah menahan lapar, harus juga menahan diri dari hawa nafsu untuk menoyor Restu.

Kirana berdecak pelan, mereka ini malah membuat perhatiannya terganggu. Tidak jauu dari mereka berdiri, angkot ke-7 sudah tampak. Mereka harap-harap cemas, lalu begitu angkot tersebut lewat, napas mereka seperti tertahan.

Jefri membuang napas kasar. Sudah tidak bisa diajak lagi kompromi, Jefri berbalik badan. Nata mencegah kepergian Jefri dengan menahan sebelah bahu cowok itu.

Netra Nata tajam, "Jangan mikirin diri lo sendiri, kita semua pegel, laper. Tapi, kenapa cuma lo yang berani balik?"

Jefri melengos dan memutar bola mata malas. Dengan polos Jefri menyahut, "Burung gue belum dimandiin sama dikasih makan 2 hari, Nat."

"Ya Tuhan." Gery menoyor Jefri, jika tadi masih bisa untuk tidak berlaku demikian pada Restu, maka pada Jefri tidak.

Kirana geleng-geleng, mencengkeram tali ranselnya. Entah apa yang membuat Kirana begitu yakin kalau angkot selanjutnya tidak akan mengecewakan. Harus optimis kan?

"Ayo, ayo! Termi--"

Benar, kata hati tak pernah salah. Mereka menganga bersamaan, di pintu angkot sana, berdiri Baylor yang sempat berteriak namun terpotong begitu saja. Karena Bayor juga kaget, mendapati teman-temannya menyambut seperti orang pinggiran.

Kirana melambaikan tangan semangat, mobil itu pun berhenti di hadapan mereka. Kelima anak itu berbondong-bondong naik, setidaknya mengurung pertanyaan sebentar hanya untuk duduk di dalam.

Ketika sudah siap, si sopir melajukan lagi kendaraannya.

Baylor lebih dulu membuka suara, "Enggak usah melongo gitu, lo pada tadi kayak orang bego tahu gak." Cibiran macam apa yang malah membuat mereka merekahkan senyum sembari mengajak Baylor ber-high five ala cowok.

"Amazing, my bro. Dari kita cuma lo doang yang punya penghasilan," ujar Restu berdecak kagum.

"Lah si Gery disebut apa?" sambar Jefri melirik Gery.

Gery menjawab, "Disebut cowok ganteng! Ye gak ye gak?" Gery menggerakkan telunjuk dan ibu jarinya ke bawah dagu membentuk huruf L.

Mereka memutar bola mata jengah.

Kemudian Nata--selain Kirana yang punya artian berbeda. Cowok itu menatap Baylor paling serius, yang ditatap mengernyitakn dahinya.

"Lo ada masalah apa, Bay?" introgasi Nata.

Dalam angkot tersebut mendadak suasana yang tercipta adalah hening. Baylor menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Nata tersenyum picik. Baylor tidak lagi dapat menyembunyikannya.

Baylor [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang