Chapter 10 - Gombal Tapi Jujur

1.7K 195 37
                                    

A/N:

Selamat Idul Fitri bagi seluruh teman-teman yang merayakan.
Mohon maaf lahir dan batin ya bagi semuanya.

Salam,
Lo
-----------------------------

Nadin POV

"Tentu saja kami selalu memberikan saran terbaik untuk perusahaan bapak, tapi kalau bapak bersikeras tetap mau mengajukan gugatan, kami tidak bisa melarang. Bagaimana juga, motto law firm kami adalah memberikan layanan terbaik sesuai permintaan pelanggan," ucapku dengan tegas. Orang satu ini menyebalkan sekali. Ini sudah hari ketiga dia terus memintaku hadir ke kantornya untuk membicarakan perkara yang sama.

"Kalau begitu teruskan saja. Saya pokoknya mau kasus ini diteruskan ke meja hijau. Bagaimana bisa dia yang salah, kok dia yang menuntut kita. Dia jelas-jelas tidak melakukan kewajibannya," celotehnya lagi yang membuat kepalaku pening. Rasanya aku ingin memukul kepalanya, dan berteriak GOBLOK! Ah sayang sekali aku tidak bisa melakukannya.

"Baik kalau begitu. Tapi perlu saya ingatkan untuk terakhir kalinya bahwa peluang Anda untuk kalah sangat besar dalam kasus ini. Ingat bahwa perjanjian yang dibuat oleh anak buah Anda memang salah dan tidak kuat," jelasku untuk terakhir kali. "Kalau Anda sudah yakin, silahkan tanda tangani dokumen tersebut, sehingga akan kami uruskan berikutnya ke pengadilan," ujarku kembali sembari menyodorkan sebuah map berisi dokumen-dokumen persetujuan dan pernyataan untuk memproses kasus ini lebih lanjut.

Setelah manajer bego ini menandatangani dokumen tersebut, langsung saja aku pamit untuk ke pengadilan dan memasukkan berkas yang diperlukan. Kasus ini pasti akan sangat melelahkan dan gak worth it at all. Hufft. Untung saja bayarannya setimpal dengan ribetnya mereka.

"Hallo, Mbak Dewi. Kalau ada yang mencariku, bilang kalau aku gak kembali ke kantor ya. Tidak ada yang perlu aku tanda tangani kan?" tanyaku pada asistenku yang selalu bersarang di kantor. "Oke. Thanks," ucapku menutup pembicaraan singkat kami. Sepulang dari pengadilan, aku akan mampir ke café saja. Lebih baik refreshing dengan menganggu Lou.

*********

"Welcome to coffee and you," sapa seorang barista yang kuingat sebagai partner Lou. Apa dia tidak ada hari ini ya? "Mau order atau mau cari Lou?" tanyanya dengan senyum jahil dan alis yang dimainkan naik turun. Aku sontak tertawa dan mungkin wajahku agak merah, karena ketahuan bahwa aku mencari Lou.

"Keduanya," jawabku padanya. Dia tersenyum tengil padaku.

"Ya sudah masuk aja. Lewat pintu situ," ujarnya sembari menunjuk pintu dengan tulisan khusus karyawan. "Nanti biar Lou saja yang membuatkan ordermu. Dia di dalam sedang muram," ujarnya. Huh, dia sedang muram? Kok dia gak cerita padaku ya? Hmm...

"Oke. Thanks," ucapku pada cowok bernama Arya itu. Aku bukannya ingat nama dia, hanya saja nama itu terpampang jelas pada name tag yang Ia gunakan. Setelah itu, aku tentu saja masuk untuk menemui Lou yang konon katanya sedang muram.

Ketika aku membuka pintu bertuliskan 'Khusus Karyawan' tersebut, aku terkesima. Suasana dan tampilan area ini berbeda sekali dengan yang ada di luar. Di sini terasa lebih homey dengan ruang terbuka di area tengah. Café ini seperti memiliki 2 area dengan nuansa berbeda. Bisa kulihat ada 2 pintu di lorong sebelah kiri, sepertinya itu kamar tidur, karena terlihat samar bentuk ranjang di sana. Kemudian di lorong sebelah kanan juga terdapat 2 pintu yang aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Di ujung seberang terdapat pantry kecil dengan meja makan yang muat untuk 4 orang. Sementara di area terbuka, bagian tengah adalah taman yang dikelilingi dengan kolam ikan. Pada taman terdapat meja panjang besar yang kurasa terbuat dari kayu utuh.

Meski dengan landscape yang menarik, namun mataku tetap lebih tertarik pada obyek yang tengah duduk di salah satu bangku di taman. Dia tampak sedang menghentakkan abu rokoknya pada asbak di atas meja kayu besar tadi. Ckckck. Aku benar-benar tidak suka melihatnya seperti itu, apalagi dengan tatapan kosongnya. Langsung saja kuhampiri dia dan menjewer telinganya.

Law of Perfect CupWhere stories live. Discover now