THREE

78 14 12
                                    

Terdapat perubahan latar,
Jakarta menjadi Yogyakarta.

-o0o-


Malam semakin larut. Angin yang berhembus kencang dan kesunyian malam yang mencengkram tak menyurutkan niat mereka untuk party.

Tepat sebulan setelah kejadian malam itu, Myesha kembali melangkah ke Marquee Club.

Kali ini Myesha datang untuk merayakan hari kelulusannya. Ingatannya terlempar pada kejadian sebulan yang lalu.

Setelah kejadian itu, Myesha sedikit menutupi diri dari lingkungan. Termasuk membenci teman yang mengajaknya bertemu di kelab saat itu.

Myesha tersadar saat salah satu teman menyenggol lengannya.

"Mau minum? Wine?" Tanya Alan-sepupu sekaligus teman Myesha.
Seseorang yang membuatnya bangkit dari keterpurukan lima tahun yang lalu. Selalu memberi semangat ketika Myesha merasa putus asa.

"Ehm tidak, aku tak minum." Tolak Myesha. Selain ia tak mampu minum, ia takut kejadian sebulan yang lalu terulang.

Lelaki yang melecehkannya saat itu dalam keadaan mabuk. Myesha sungguh beruntung saat itu ia tak mencoba minum, jika tidak mungkin Myesha kini bukan seorang gadis lagi.

"Baiklah duduk disini." Alan menepuk sofa kosong disampingnya.

Myesha melangkah lalu mendudukan pantatnya di sofa yang ditempati Alan.

Mengedarkan pandangan, melihat beberapa teman minum, mengobrol bahkan ada yang sedang bercumbu.

Matanya terhenti saat maniknya bertemu manik coklat terang seseorang yang sedang berada dimeja bar.

Mata itu, mata yang pernah memperhatikan Myesha dengan lekat dari arah mobil.

Mata itu, mata yang menatap dengan sedih saat ia menangis.

Mata itu, mata yang menatap dengan lembut saat menggendongnya.

Mata itu, mata yang menatapnya dengan sayu saat menciumnya.

Kini pria itu tengah menatap ia dengan dalam seperti sedang menyelami sesuatu dari mata Myesha. Mencari sesuatu dari kedua mata Myesha.

Ditatap sedemikian rupa, membuat Myesha mengingat ciuman terakhir pria itu. Tanpa sadar kedua pipinya menjadi lebih kemerahan.

"Sha, apa kau sakit?" Tanya Alan khawatir, sebab wajah Myesha tampak memerah.

"Tidak Alan, aku tak apa apa." Ujar Myesha menatap Alan. Merebahkan kepalanya dibahu Alan. Alan mengusap kepala Myesha dengan lembut sesekali memberikan ciuman di pelipis.

Lelaki dimeja bar memperhatikan interaksi dua sejoli disofa itu. Wajah nya mengeras melihat Myesha dirangkul dan dicium dengan mesra oleh lelaki lain.

"Alan, aku ingin ke toilet." Ujar Myesha. Alan berdiri dari duduknya, berniat mengantar Myesha.

"Ehm ... Tidak usah, aku akan segera kembali." Tolak Myesha.

Alan menyadari Myesha tak nyaman jika ia mengantarnya. "Hati hati sayang." Ujarnya kembali duduk.

Myesha berjalan kepojok ruangan tempat toilet berada. Melewati orang orang yang sedang bergoyang mengikuti irama musik. Dance floor tampak sangat ramai, membuat Myesha harus berhati hati.

Remasan dipantatnya membuat Myesha memekik, menatap marah pria dibelakangnya.

"Hei!! Jangan macam macam!!" Ujar Myesha dengan jari mengacung ke arah wajah pria itu.

"Suka kan? Kita bisa lanjut di hotel sayang." Pria itu kembali meremas pantat Myesha, ia yang tak tahan langsung pergi menuju toilet.

Berdiri didepan westafel, wajah merah karena blushing tergantikan oleh amarah.

"Otak selangkangan!" Umpat Myesha lalu membasuh wajahnya.

Myesha memilih kembali, lalu meminta Alan mengantar pulang. Namun saat baru beberapa langkah, ia merasa cekalan ditangannya.

Menoleh ke arah belakang menemukan pria yang sebulan ini selalu hinggap dipikirannya.

Tubuh Myesha membentur tembok karena dorongan pria itu. Diciumnya bibir Myesha dengan rakus.

"Akan ku hapus jejak si brengsek itu!"

Tangan pria itu tak tinggal diam, sibuk meremas dan mengelus pantat Myesha dengan bibir yang masih melumat rakus bibir Myesha.

Tak lupa ciuman Kenan pun mendarat dipelipis, tempat Alan mencium Myesha.

"Ahh." Myesha mendorong dada pria itu. Pangutan mereka terlepas. Namun tangannya pria itu tak beranjak dari pantat Myesha.

"Kenan, panggil aku Kenan sayang."

"Ehm ... Cukup Kenan!" Entah, Myesha bingung dengan tubuhnya. Ia tak merasa tersinggung tak juga merasa sakit dipantatnya, justru ia merasa nyaman dan sedikit menikmati.

Kenan tak menggubris ucapan Myesha, ia tetap melanjutkan kegiatannya membersihkan noda di pantat Myesha.

Bibirnya mengecup bibir ranum gadis didepannya. Melumat dan memaksakan lidahnya untuk masuk, namun Myesha mengatup rapat bibirnya.

Remasan kencang dipantatnya membuat Myesha melenguh. "Ahh, Kenan."

Tanpa membuang waktu, lidah Kenan dengan cepat masuk. Mengabsen satu persatu gigi Myesha dan berakhir dengan jilatan dibibir Myesha.

Tanpa sadar, kini Myesha telah berada di gendongan Kenan dengan lidah yang saling membelit.

-26 Mei 2020-

The Bastard CopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang