"Sebelum lo ngajak gue kesini, lo suka sendirian disini? " tanya Wonyoung memecahkan keheningan.
Guanlin yang menjadikan lengannya itu bantalan menoleh, ia melihat Wonyoung yang memandang indahnya langit diatas mereka.
Jadi, Guanlin ngajak Wonyoung untuk ke markas mereka setelah jalan jalan enggak jelas keliling kota. Mungkin ini perjalanan terakhir untuk menikmati indahnya hari ini.
"Gue belum pernah kesini pas malem malem. " kata Guanlin. "Ini pertama kalinya, "
"Ternyata lo penakut juga ya, "
Tatapan sinis Guanlin lontarkan, membuat Wonyoung semakin keras mentertawakan sosok Guanlin disampingnya.
"Gue enggak penakut tuh! " timpal Guanlin.
"Kalau enggak penakut, pastinya lo sering dong ke tempat ini walau sendirian. Tempatnya bagus banget meski kadang suka basah, mungkin gara-gara kehujanan kali yah. Terus enggak ada atapnya juga. "
"Sebenarnya, tempat ini gue temuin setelah gue nikah sama lo. Gue enggak terlalu sering kesini, yaaa karena memang baru baru. Jadi masih awam dan enggak terlalu tahu sinkon disini. "
"Jadinya, gue enggak pernah kesini malem malem. Takutnya ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, " tambah Guanlin yang kini memilih terduduk melihat kedepan.
"Awal mulanya tahu tempat ini, darimana? "
"Eh, pulang yuk. Gue lupa ada tugas yang harus dikumpulin waktu jam pertama, " ajak Guanlin dan diangguki oleh Wonyoung.
Mereka menuruni puncak pohon itu dengan perlahan, Wonyoung turun lebih dulu. Karena Wonyoung bilang dia enggak mau kalau sewaktu waktu Guanlin lihat keatas, pertama hal yang dia lihat 'itu'.
"Mau makan dulu gak? " tanya Guanlin sembari berjalan menyusuri jalanan menuju jalan utama.
"Katanya mau nugas, kalau mau ngerjain aja dirumah. Nanti bisa pesen food delivery, "
Guanlin mengangguk, tangan kanannya ia masukkan kedalam saku sambil mencari keberadaan kunci motornya.
Tidak usah menunggu lama. Mereka sampai dijalan utama, dengan motor Guanlin yang masih terparkir rapih disana.
Tidak ada percakapan antara mereka kala itu, sampai dimana Guanlin memberhentikan laju motornya di sebuah persimpangan.
"Ngapain berhenti? " tanya Wonyoung dengan tangannya yang membenarkan helm yang bergerak merosot kedepan.
"Ada yang kelupaan. "
"Apa? "
"Hati aku masih ada dikamu, "
"Guanlin ih! " Wonyoung menepuk pundak Guanlin kesal, apalagi setelah mendengar suara tawaan Guanlin.
Setelah itu Guanlin melajukan kembali motornya, diiringi kelap kelip lampu jalanan dimalam hari.
"Guanlin! " panggil Wonyoung.
"Iya, "
"Kenapa lo suka sama gue? " senyuman tipis menghiasi wajah Guanlin.
Namun, Guanlin tidak tahu harus menjawab apa. Jika dikatakan dia itu brengsek, iya. Karena alasan Guanlin menyatakan perasaan suka itu hanya agar ia bisa leluasa memperingatkan Wonyoung dan menjaga gadis itu. Bukan semata-mata perasaan dari lubuk hati Guanlin.
Guanlin juga, tidak ada niatan untuk mengatakan hal itu dan menjadikan mereka sepasang kekasih. Bodoh. Itu yang ingin Guanlin katakan, ketika pikirannya menjadikan itu jalan satu-satunya untuk Wonyoung tetap aman.
Dan dirinya aman.
Semua orang tahu image Guanlin. Seorang pemuda yang baik, ramah, sopan, penurut, dan tentunya penuh dengan kehangatan.
Guanlin tidak mau semua yang ia bangun menjadi boomerang bagi orang lain yang mendengar aib Guanlin dari Sora. Guanlin ingin menutup mulut Sora rapat-rapat.
Dan cara untuk menutup mulut Sora, dan untuk menjaga Wonyoung sesuai janji Guanlin pada nenek Wonyoung. Guanlin harus melakukan ini sebagai pemanis.
Brengsek.
Sampai mereka sampai, Guanlin tidak kunjung menjawab pertanyaan Wonyoung.
Wonyoung pun memilih diam, karena ia kira jika Guanlin tidak mendengarnya kala itu. Karena Wonyoung sadar kalau saat itu Wonyoung sengaja lebih mengecilkan suaranya.
"Ada tugas apa Lin? " tanya Wonyoung ketika mereka menaiki lift.
"E-egh, tugas biologi. " jawab Guanlin asal, ia sempat gelagapan ketika Wonyoung tiba-tiba bertanya.
"Oh iya, mau pesen makan apa? "
"Ayam tuh, boleh. " kata Guanlin yang mengusap lehernya sembari melihat kearah lain.
"Oke. "
Wonyoung membuka ponselnya, mencari beberapa toko ayam yang masih buka dalam sebuah aplikasi food delivery.
Dibandingkan dengan Wonyoung yang sebelumnya, kini rasanya berbeda. Guanlin merasakan jika Wonyoung sekarang tidak sedingin dulu, tidak se acuh dulu, tidak sejutek dulu, dan tidak se perhatian ini.
"Maaf, "
"Hah? Apa? "
"Eh, enggak apa-apa kok. Hehe, "
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dulu Baru Pacaran 「 Guanlin X Wonyoung 」
Krótkie Opowiadania[ Bukan masalah layak atau tidak ini masalah amanat dan kewajiban ] "Kenapa lo mau aja jadi mempelai gue dipernikahan? "-Wonyoung. "Kenapa? Baper, "-Guanlin. ☑non baku ☑up kadang ☑typo maafkan Start; End;