"Kau tak salah bos? Aneh rasanya mengenakan pakaian seperti ini."
Protes Juan dan Mark yang mengekorinya sama sekali tak Giorald gubris. Begitu mereka memasuki ruangan dance semua mata tertuju pada ketiga anak futsal yang tiba-tiba menjadi anggota baru di ekstra dance. Mata Giorald mencari keberadaan Margaret namun sepertinya yang dia cari tidak ada disana.
Margaret sedang berjalan dengan muka datarnya. Pandangan kosongnya menandakan pikirannya sedang berada ditempat lain. Ia tak habis pikir bagaimana bisa mommynya menyuruhnya untuk berbaikan dengan Giorald.
"Mom tahu masalah mu. Tak baik bermusuhan, keluarga Mallor begitu baik dengan kita." Begitulah perkataan Lussy sembari menyiapkan sarapannya.
"Jika seseorang bersalah dan membuat mu bersedih sekalipun selalu ada alasan untuk tetap bersyukur." Lussy dikhianatai, dan dibuang oleh keluarganya. Nyatanya itulah sumber awal ia belajar kuat menghadapi hidupnya. Tuhan akan memberi jalan bagi mereka yang tak pernah berhenti melangkah.
"Lakukan sesuka mu pada mereka sekali saja setelah itu maafkanlah."
Sial, kata-kata mommynya terus saja terngiang sampai Margaret mengambil bajunya diloker. Tak ambil pusing ia segera berganti pakaian dan menuju tempat latihan.
Margaret cukup terkejut melihat Giorald, Mark, dan Juan ada dalam barisan. Disana Brian tengah memimpin pemanasan, segera Margaret bergabung tanpa memperdulikan Giorald yang menatapnya.
*
Xoford University, nama universitas yang baru saja Maxcel retas. Bibirnya menyeringai membaca tulisan besar itu.
"Jalan." Perintahnya pada si supir.
Orang brengsek yang saat ini bermain-main dengannya harus membayar setiap waktu yang Maxcel habiskan.Tengah malam saat tak ada lagi kericuhan manusia, Maxcel pergi ke X-zone. Zona terlarang yang hanya untuknya. Dengar-dengar disana akan dibangun sebuah villa wisata, pemerintah mendanainya dengan tujuan meredakan isu wilayah itu menyeramkan dan juga agar menarik perhatian orang-orang untuk mengundang keramaian, memikirkannya membuat Maxcel terkikik geli. Tak ragu ia melepaskan tawa tanpa bebannya dikeheningan malam itu. Ia begitu rindu, rindu akan cairan kental yang setiap menyentuhnya terasa menggelitik.
Ia tempelkan benda pipih ditelinganya, entah apa yang ia dengar hingga membuat bibir tebalnya menyeringai.
Setelah mampir sejenak di tepi hutan X-Zone baru ia memerintahkan supirnya menuju alamat yang baru ia peroleh.
Maxcel berjalan santai menaiki tangga bangunan bertingkat kumuh, apartement studio itu tampak lenggang dan sepi. What the hell ini jam satu dini hari.
Tok tok tok
Bahkan ketukan rendah itu terdengar lebih nyaring dari seharusnya. Cukup satu kali Maxcel mengetuk, tak khawatir jika orang di dalam tak mendengar karena tidur karena ia tahu pria di dalam sana mengidap insomnia. Handle bergerak mengundang remahan bulu dileher Maxcel bargairah, malam ini terasa berbeda.
Seorang pria jangkung, dengan tinggi hampir menyamainya. Tanpa basa-basi Maxcel mendorong dadanya lembut ke dalam.
Tanpa sempat pria itu bicara, tusukan dalam mendahuluinya. Jeritan pembuka manis yang dirindukan telinga Maxcel.
"Akh.." Bukan pisau, melainkan besi runcing dengan diameter tiga puluh milimeter yang sengaja Maxcel pungut di lokasi pembangunan kontruksinya hanya demi orang itu. Dan orang didepannya harus membayarnya mahal karena melakukan hal itu.
"Siapa yang menyuruh mu meletakkan kertas beracun itu?"
"Aku tid..dak ta..hu."
Maxcel telah malas bermain dengan orang yang hampir sekarat bahkan saat di belum memulai apa pun. Ditekannya pelan-pelan besi itu dengan kakinya. Pria itu meronta dengan segenap tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Knight (Complete)✓
RomanceBerawal dari liburan 'Selena Maroll' ke pinggiran kota California, saat menikmati liburannya dengan berkeliling ia malah tersesat dihutan terlarang. Penduduk sekitar mengklaim siapapun yang memasuki hutan itu tidak akan bisa keluar. Mengapa? Apakah...