Bel istirahat, Jaka membuang rasa gugupnya, berdiri di samping pintu kantin menunggu Harsa dan Arinda, dia mengabaikan tatapan para siswa yang melintas, dia tidak akan beranjak sampai bertemu mereka berdua. Beberapa menit, yang ditunggu akhirnya datang, mereka berhenti di depan Jaka yang merentangkan tangannya.
"Aku.. Ingin berbicara sebentar, apakah bisa?"
Mereka datar menatap Jaka.
"Ya" Jawab Harsa."Tapi sebelumnya-"
"Ayo"
Jaka menatap Harsa. "Mencari tempat lain, kamu tidak suka tempat ramai kan?"
Jaka mengangguk, mengikuti mereka dari belakang. Kini, di lapangan belakang, mereka duduk di salah satu gazebo menunggu Jaka berbicara.
"Aku minta maaf, waktu itu, aku tidak seharusnya berkata seperti itu, maafkan aku"
"Apa? Kamu sudah sadar posisimu sekarang?" Harsa berdiri seperti mengintimidasinya, Jaka mengangguk.
"Maafkan aku"
"Baiklah, kumaafkan, bagaimana denganmu, Rin?"
Arinda membuang muka.
"Ya, aku memaafkanmu"Jaka bernafas lega. "Jadi, apakah kalian masih mau berteman denganku?"
Mereka diam sesaat, saling tatap kemudian tersenyum, Harsa menepuk pundak Jaka.
"Tentu saja kita masih berteman!"Dan yang disiapkannya semalaman akhirnya tiba, Jaka menarik nafas panjang dan tersenyum.
"Terima kasih" Ucapnya.Diluar nayla, ternyata respon mereka tidak jauh berbeda dengan Tria dan Ezar, mereka tertegun, berusaha mencerna apakah ini sungguhan atau bukan. Pipi Arinda sampai memerah, Harsa berpegangan tangan pada jaring jaring lapangan.
"Auramu.. Terlihat berbeda" Harsa terduduk, Jaka kembali memasang wajah datar seperti biasanya.
"Sudah kuduga, senyumku pasti buruk sekali" Jaka menunduk, dia bingung kenapa semuanya bersikap seperti itu saat dia tersenyum, sepertinya Jaka belum sadar jika sisi lain dirinya itu tampan sekali.
"Tidak tidak itu.. Itu bagus!"
Arinda yang masih terdiam, dia tiga tahun satu kelas dengan Jaka, tapi baru kali ini dia melihat sisi lain Jaka, dan hanya dia yang tau! Tidak, ada Harsa juga, tapi maksud Arinda adalah dari semua teman sekelasnya, hanya dia yang tau Jaka bisa berekspresi seperti ini, dia senang sekali.
"Baiklah! Apa kita akan ke kantin sekarang? Aku lapar" Ujar Harsa memecah suasana.
"Apa orang itu ada disana?"
Harsa tau yang dimaksud Jaka, dia mengedikkan bahu tak tau. Harsa merangkul Jaka.
"Tenang saja, aku akan melindungimu kalaupun dia ada disana"
Mereka semua mengangguk dan mulai merangkul satu sama lain.
"Baiklah, pemberhentian selanjutnya, kantin!""Yaaaa!" Mereka berseru kecuali Jaka, berjalan beriringan menuju kantin, ini juga kali pertama Jaka merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep Tight
Teen Fiction"Kamu tau? Seseorang pernah bilang, jangan mimpi indah, cukup tidur yang nyenyak saja, ti-" "Tidur nyenyak untuk dirimu sendiri, bukan karena mengkhawatirkan hari esok, apa aku benar?" "Ya" "Kalau begitu, semoga tidurmu nyenyak, Jaka"