Putus

374 42 18
                                    

PUTUS



"Kita putus aja..."



Aku memandangnya dengan penuh rasa terkejut. Tidak ada angin, tidak ada ribut. Langsung minta putus. Apa-apaan ini. Emosiku tersulut.



"Sepertinya kita tidak sesuai deh untuk jadi sepasang kekasih." Sambungnya lagi dengan wajah tersenyum... Senyuman yang selalu aku dambakan. Senyuman yang memberikan aku ketenangan dikala aku dilanda masalah. Senyuman paling ikhlas yang bisa aku dapati disekelilingku.



Aku mengerutkan dahiku. Mulutku terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi sepertinya sukar kerana seakan ada beban berat yang aku kemam dimulut, yang membuatkan kata-kataku tidak bisa dilontarkan.



Dia menggenggam erat tangan besarku. Genggaman yang selalu aku dapat ditengah kegundahan hati. Sebagai penguat keyakinan dan semangatku menempuhi kehidupan. Membenarkan apa yang diperkatakannya sebentar tadi.



"Kita bisa kembali menjadi teman. Teman baik. Bff?" dia mencadangkan dengan wajah yang ceria. Aku cuba untuk mentafsir maksud tatapannya. Tapi sayang, aku tidak bisa. Tatapannya benar-benar terlihat ikhlas dengan apa yang dicadangkannya. Tiada sorot kesedihan. Tiada sorot kecewa. Tiada juga kemarahan. Walau aku tahu pasti hatinya terluka, kecewa, marah, tersakiti.



"Ya BFF... Ayuh kita kembali menjadi BFF," dia membenarkan lagi dan menganggukkan kepalanya dengan semangat serta senyuman lebar. Hingga membuatkan matanya menyipit membentuk bulan sabit. Pipi mochinya terangkat yang membuatkan orang-orang gemas mahu mencubitnya. Termasuk aku. Kerana aktiviti itu adalah antara aktiviti kesukaanku ketika bersamanya selama 3 tahun kami berkenalan.



Mengingatkan 3 tahun persahabatan kami membuatku merasa sedih. Aku menunduk seraya memikirkan dan menyusun kata-kata yang pas untuk pembelaan diri.



"Hey.... Chan... Lihat aku, hum." Dia merengkuh wajahku dengan tangan munggilnya. Jejarinya yang lentik mengusap pipiku membuat aku hanyut dan memejamkan mata. Aku suka semua yang dilakukannya. Selepas beberapa detik, aku kembali membukakan mata. Melihat wajah cantik dan mulus itu. Sosok jelmaan bidadari.



"Hey, jangan diam begitu sih..." dia mengerucutkan mulutnya hingga bibir tipis itu membentuk bulatan merah berkilat dan basah. Bibir tipis yang hanya dipoles pelembap bibir. Yang akan menjadi incaran para lelaki buat mengecupnya. Pasti yang mengecupinya merasa candu akan kemanisannya. Aah.... Sepertinya aku sudah gila.....



Iya, gila....



"A...Aku... Aku minta maaf Baek. Maafkan aku..." aku memelas kepadanya. Memohon maaf diatas segala kegilaan yang telah aku lakukan. Yang memungkinkan hubungan antara aku dan dia tidak akan sama lagi seperti kembali... Dia, Baekhyun. Byun Baekhyun. Teman sehati sejiwaku sejak 3 tahun dulu. Walau aku dan dia berbeza gender kami benar-benar sehati.



Hanya dengan tatapan mata, kami bisa berkomunikasi dengan baik. Kesukaan kami yang sama. Kekompakan kami. Menjadi iri teman-teman yang lain. Hingga ada yang mengatakan aku dan dia berpacaran.



Tidak, kami hanya berteman....



Kata-kata itu yang selalu aku dan dia lontarkan ketika ada yang membenarkan khabar angin itu kepada kami.



Mereka percaya?



Tidaklah.... Mereka kukuh membenarkan hubungan itu. Kata mereka, tiada yang benar-benar berteman diantara lelaki dan wanita kerana pasti antara keduanya, salah satunya membenihi perasaan yang lebih dari sekadar teman.



Iya, benar mungkin. Dan salah satunya itu mungkin aku. Aku yang membenihi bibit sayang dan kasih melebihi teman. Yang menyirami rasa itu hingga membuahi kesalahan fatal buatku.

PUTUS [Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang