8

6 0 0
                                    

Sudah 2 minggu sejak aku bekerja di Galaxy Theater. Aku jadi mulai terbiasa dengan kebiasaan berdiri lama, tersenyum lebih lama, berbicara lebih lama, dan jam tidur yang lebih singkat.

Untuk bulan ini sampai 2 minggu ke depan aku mendapat shift sore. Untung saja perkuliahanku di semester ini hampir selesai dan laporan serta tugasku kebanyakan sudah selesai. Aku tinggal menunggu ujian akhir.

Semester depan aku akan menyesuaikan waktu kuliahku dengan waktu kerjaku. Mungkin aku akan mengontrak semua jadwal kuliahnya pagi agar sore dan malam aku bisa fokus pada kerjaku.

"Tan, kita sudah bisa mengambil paspornya."

"Oh ya? Kapan?"

"Sekarang. Ayo."

"Oh ok. Ayo."

Kamipun segera pergi ke tempat pengurusan paspor. Sesampainya disana kami mengikuti prosedur pengambilab paspor dan kurang dari 30 menit kami sudah mendapatkan paspor kami. Sesudah itu Angel mengantarku pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah aku, aku bergegas ke kamar dan bersiap-siap untuk pergi bekerja. Ku letakkan pasporku di atas meja belajarku dan buru-buru ke kamar mandi.

Hanya butuh 15 menit bagiku untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah memasukkan semua yang ku butuhkan dalam ranselku, akupun segera pergi.

"Tan mau kemana? Akhir-akhir ini kau sering keluar sore hari?" Tanya papa tiba-tiba.

"Uhm, biasa pa. Aku mau ke perpustakaan ketemu Nic. Biasalah, membantuku dengan laporanku."

"Apa banyak sekali laporan sampe kau harus pulang malam terus?"

"Ya begitukah Pa. Aku pergi ya, sudah telat. Dah Papa." Kataku lalu beranjak pergi.

Yup. Aku belum memberitahu papa dan mama tentang pekerjaan baruku. Mungkin besok aku akan bicara dengan mereka.

★★★

Hari ini penontonnya cukup membludak. Aku hampir kewalahan menghadapi pelanggan. Mungkin karna bulan ini memang banyak film yang bagus yang ditayangkan serentak di beberapa studio. Badanku benar-benar terasa pegal. Untung saja pekerjaanku sudah selesai dan aku bisa pulang dan tidur.

Rumah masih dalam keadaan terang ketika aku sampai. Tumben.
Aku lalu masuk dan mendapati papa dan mama sedang duduk di sofa ruang tamu, seperti menungguku. Wajah mama terlihat gelisah sedangkan wajah papa terlihat dingin. Ada apa ini?

"Ma, pa, kok belum tidur?" Tanyaku.

Mama tidak menjawab dan hanya tertunduk.

"Duduk." Ucap papa, dingin.

Akupun duduk dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Entah kenapa rasa takut ini tiba-tiba menyelimuti diriku.

Papa lalu mengeluarkan paspor dan melemparnya ke atas meja.

Oh no!

"Apa itu?"

"I-itu paspor." Jawabku, berusaha menelan ludahku.

"Paspor buat apa?"

Aku hanya tertunduk dan tenggelam dalam rasa takutku.

"Jawab papa Tania!"

Ku tarik nafas dalam-dalam dan mengangkat kepalaku. Ini saatnya aku mengatakan semuanya.

"Aku akan ke korea. Aku mengikuti program kerja ke Korea." Jawabku.

Dahi papa berkerut. "Apa? Korea? Bekerja?"

"Iya pa. Aku mau bekerja disana."

Rahangnya mengeras. "Lalu bagaimana dengan kuliahmu. Apa kau akan meninggalkannya begitu aja?"

"Aku tidak bilang akan meninggalkannya. Aku hanya sedang mencoba sebuah peluang. Jika ini takdirku maka akan kujalani. Tapi jika tidak berhasil maka aku akan melanjutkan kuliahku seperti.yang selalu kau inginkan."

Papa tertunduk, "Tan, papa paham kalau kau sangat menyukai korea, tapi bekerja disana itu sungguh terlalu jauh. Kau bahkan tidak ada uang untuk pergi ke sana."

"Aku sedang mengusahakannya dengan jerih payahku sendiri. Aku bekerja sekarang Pa. Aku mengumpulkan uangku sendiri."

"Apa? Kau apa? Bekerja?"

Aku mengangguk.

Dia berdiri, dan memegang kepalanya, "Maumu sebenarnya apa Tania? Papa sudah berusaha keras sampai sekarang ini." Nadanya sidah terdengar bergetar seperti menahan emosi. Aku tahu ini akan terjadi juga. Hari dimana papa akan murka.

"Aku tahu dan aku berterima kasih akan itu. Tapi sekarang aku ingin papa membiarkanku memilih jalanku sendiri."

"UNTUK APA TANIA? UNTUK APA KAU MAU KESANA? HAH?" Suaranya yang menggelegar membuat jantungku berdebar sangat kencang. Air mataku sudah menetes entah kapan.

"HAPUS AIR MATAMU ITU DAN JAWAB PAPA! Oh DEMI TUHAN!"

BRAAAAAKKKKK....

Demi Tuhan, papa menggebrak dan membuat aku dan ibuku terlonjak. Aku tidak bisa lagi menahan tangisku.

"John, tenanglah! Ini sudah malam."

"Diam kau! Biarkan anak ini yang menjawab.

"Tan, sebaiknya kamu masuk ke kamar."

Masih dengan sisa-sisa kekuatanku, akupun berjalan ke kamar, meninggalkan papa yang masih meneriakiku.

Blam

Setelah menutup pintu, tubuhku merosot ke lantai. Kusembunyikan wajahku di balik lutut dan menangis tersedu-sedu.

Kuambil HPku dan menghubungi seseorang.

"Nic."

Tbc

Ramyeon + Soju (Ramyeon Meogeullae) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang