17. Kenangan

32 8 16
                                    


Sebelum baca klik bintang dulu yuk!
☆☆

Happy Reading🌻
^
^
^
^
^
^
^

Sore ini Dhisty tidak langsung pulang ke rumah, gadis itu berniat mampir ke suatu tempat. Tak memerlukan waktu yang lama, kini ia sudah sampai di tempat tujuan. Sebelumnya Dhisty sudah mengganti rok abu-abu nya dengan celana training panjang yang memang sengaja ia simpan di loker. Gadis itu berjalan masuk ke dalam dengan jaket maroon yang masih membaluti seragamnya. Langkahnya terhenti saat melihat makam yang tertulis nama Delan Arrival di nisan makam tersebut. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman, senyuman sendu.

Perlahan Dhisty berjongkok,
"Assalamu'alaikum Delan," ucapnya lirih.

"Gue bacain Yasin ya supaya lo tenang di sana." Dhisty mengeluarkan surah Yasin kecil dari dalam tasnya. Setelah selesai, ia memasukkan kembali surah Yasin tadi ke dalam tas lalu mengeluarkan setangkai bunga mawar putih.

"Lan, gue mau cerita. Lo mau denger nggak?"

"Eh gue manggil De lagi aja deh ya, nggak apa-apa kan? Soalnya lebih nyaman aja gitu," Dhisty terkekeh pelan.

Mungkin jika ada orang di sana yang melihat Dhisty, mereka pasti mengira Dhisty  aneh karena berbicara kepada nisan yang jelas-jelas tidak akan ada sahutan di sana. Tapi ia tidak peduli, hanya dengan cara seperti ini lah ia bisa mengobati rasa rindunya terhadap orang yang telah mengajarkannya arti persahabatan dan cinta.

"De, yang lo bilang waktu itu bener. Malam itu juga indah sama seperti senja," ujarnya lembut seraya mengelus nisan.

"Kenapa lo harus pergi secepat ini? Padahal dulu lo pengen banget ngerasain gimana rasanya duduk di bangku SMA bareng gue." Dhisty tak kuasa menahan air matanya yang sudah berada di pelupuk mata, setetes demi setetes cairan bening itu jatuh.

"Nggak, gue nggak boleh nangis. Nggak boleh!" Dhisty dengan cepat menyeka air matanya. Setelah itu, ia meletakkan mawar putih tadi di atas gundukan tanah.

"Gue pulang dulu ya, udah sore nih. See you, Delan." ucapnya berusaha untuk tersenyum.

Tapi siapa sangka bahwa sedari tadi ada seseorang yang melihat gadis itu dari kejauhan.

"Siapa sih tuh cewek? Temennya Delan dulu kali ya? Eh tapi kayaknya Delan nggak punya temen cewek deh, tau ah!" gumam seseorang tersebut.

"Maafin gue Lan, gue nggak bisa hari ini soalnya ada cewek di sana. Insya Allah besok gue ke sini lagi." batinnya.

             
                       ~🌻~

Dhisty sudah sampai di pekarangan rumah yang bergaya minimalis dengan nuansa cokelat-hitam.

"Bi, bunda ada di dalem nggak?" Dhisty menghampiri Bi Ida yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah.

"Ada kok neng, baru aja pulang," jawab Bi Ida dengan senyum hangatnya.

"Kalo gitu, Dhisty ke dalem dulu ya Bi."

"Iya neng." Setelah itu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum."

Tidak ada sahutan dari dalam rumah. Dengan langkah gontai ia menaiki tangga menuju kamar. Setelah meletakkan tas, Dhisty langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Rasanya hari ini ia merasa sedikit lelah. Sesaat kemudian gadis itu memutuskan untuk mandi agar tubuhnya fresh kembali. Usai mandi, Dhisty berniat hendak ke dapur mencari cemilan. Tetapi ia mengurungkan niatnya ketika melihat pintu belakang yang ada di dapur terbuka.

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang