3.0

1.7K 231 3
                                    

Donghyuck mengguncang tubuh suaminya lebih kencang, setelah hampir lima menit panggilannya tidak didengar oleh pria yang tertidur di sebelahnya itu.

"Mas, bangun dong." panggilnya untuk kesekian kalinya, mendengar tangisan bayinya yang semakin kencang juga tidak membuat Mark terbangun. Menghela napasnya pendek, Donghyuck menggerakkan tubuhnya sedikit lebih naik, sebelum bergerak untuk beranjak dari kasurnya. Berjalan sangat perlahan untuk mendekat ke baby crib yang berada di samping ranjang mereka, Donghyuck mengecek popok putrinya dan merasakannya sedikit basah. Bahkan baju bayi perempuan itu juga sudah basah karena keringat. Persis sekali dengan dirinya yang tidak tahan panas. Donghyuck menurunkan suhu AC kamarnya sebelum mengganti popok anaknya. Lalu menggendongnya dan menepuk-nepuknya perlahan, membantunya kembali tertidur, menyenandungkan sebuah lagu pengantar tidur.

"Kenapa sih?" keluh Mark dengan suara seraknya, kentara masih mengantuk karena terbangun di tengah malam. Tubuhnya sedikit meronta kelelahan karena banyaknya jadwal lembur terakhir. Pria itu akhirnya terbangun setelah suara tangis putrinya tidak juga mereda meski sudah diganti baju dan popoknya dan juga digendong oleh ayahnya. Mark lalu bangkit dari posisinya, mendekati Donghyuck yang masih berusaha menenangkan tangis Ahreum yang justru semakin kencang. "Kok gak bangunin Mas?" tanyanya begitu berada di belakang Donghyuck. Pria itu mencibir sebagai jawabannya.

"Kok gak bangunin Mas?" Mark mencium pipi bulat suaminya. Gemas karena suaminya itu justru mengulangi pertanyaannya.

"Iya maaf. Gak bangun ya pas dibangunin?" Mark memasang raut wajah menyesal, membuat Donghyuck tidak tega untuk melanjutkan kekesalannya.

"Mas kayaknya capek banget. Ya udah." jawabnya pasrah. Juga karena putrinya tidak kunjung berhenti menangis.

"Bukannya kamu masih sakit?"

"Ya daripada anakku nangis terus, kan kasian." balasnya sewot. Mark memindahkan dirinya hingga berhadapan dengan Donghyuck, menundukkan tubuhnya untuk mencium bayi di pelukan suaminya. Yang langsung mereda tangisnya karena diciumi pria itu.

"Anak Papa kenapa nangis? Haus ya? Atau panas? Udah dikecilin AC-nya sama Ayah? Sekarang bobok lagi ya, kasian ayahnya harus istirahat. Oke?" Jari telunjuk Mark yang awalnya menusuk-nusuk lembut pipi putrinya, langsung digenggam erat oleh si bayi. Membuat pria itu lalu meminta bayi dalam gendongan suaminya.

"Emang anak Papa. Ada bau Papa langsung diem nangisnya." ujarnya sewot, membiarkan Mark menggendong bayi yang sudah tidak menangis lagi. Tertawa dengan tingkah Donghyuck, Mark mencium sekilas bibir suaminya sebelum memberi isyarat kepada pria itu untuk kembali ke kasurnya. Donghyuck melakukan perintah Mark tanpa banyak protes, berjalan perlahan ke ranjang. Menunggu suaminya menidurkan putri mereka.

***

The Way I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang