07- together forever

27 7 2
                                    

Sudah dua hari lamanya polisi mencari keberadaan Ara. Namun, sampai sekarang belum ada jawaban pasti dari pihak polisi.

Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam berlalu. Semakin lama, hari semakin gelap. Bahkan badai salju turun lebat malam ini.

"Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan investigasi hari ini Tuan." Ucap Edward, salah satu bawahan kepercayaan dari sang Kapten.

"Benar katamu Edward." Tuan Lee mengusap dagunya. "Bagaimana menurutmu? Apa kita bisa melanjutkan investigasi? "

Edward diam sejenak dan kemudian mulai berbicara. "Bisa saja tuan. Namun, kemungkinannya akan sangat kecil untuk bisa menemukan anak kecil itu. Pergerakan kita juga sangat terbatas tuan."

"Hem, benar katamu. Baiklah, mari akhiri investigasi malam ini. Tapi aku ingin patroli kecil masih tetap diadakan."

"Baik tuan. Saya segera mempersiapkan anggota patroli kecil malam ini."

"Bagus. Usahakan mereka mencari di setiap sudut wilayah kota ini." Perintah tuan Lee.

"Laksanakan tuan!"

📌📌📌📌📌

"Bagaimana pak? Apakah anak saya sudah ketemu?" Sedari tadi Alleta menunggu di ruang kantor polisi. Mencoba mencari perkembangan dari kasus yang ia usung.

"Maaf, kami belum bisa menemukan anak anda. Tapi anda tak perlu khawatir. Kami akan terus mencari anak anda."

"Tapi pak-"

"Anda tidak perlu khawatir." Potong polisi itu. "Serahkan semuanya pada kami. Sudah menjadi tanggung jawab kami untuk menuntaskan persoalan ini."

Aletta mendengus kasar. "Baiklah. Aku harap kalian dapat menemukan anakku secepatnya."

"Terima kasih telah mempercayai kami."

Aletta membuang mukanya. Dari dasar hatinya, ia berharap agar polisi kewalahan untuk mencari Ara sehingga polisi akan menyerah untuk mengusung kasus hilangnya Ara.

Jika ia tidak khawatir jika si pencuri Ara akan melaporkannya, ia benar benar tak sudi untuk melaporkan kasus ini. Karena baginya, ini adalah suatu keberuntungan bagi Aletta dan Fredick sehingga mereka tidak perlu repot-repot untuk memikirkan bagaimana cara menyingkirkan Ara.

📌📌📌📌📌

Semakin larut, salju semakin turun lebat. Ailyn memutuskan untuk berhenti di halte bus sejenak. Selain itu, Ara juga mengeluh kakinya sakit setiap ia menginjakkan kakinya di tanah.

Ailyn menatap iba Ara yang sedang menyenderkan kepala di bahunya. Bibirnya terus bergetar karena tak kuasa menahan dingin. Padahal, Ailyn sudah memberinya jaket wol, namun Ara masih tetap merasakan dinginnya udara. Semakin lama, kulit Ara semakin pucat. Bahkan jarinya mulai berkeriput.

"Ara, kau kedinginan, ya?" Ailyn mendekap Ara seraya mengelus pundak kecilnya.

"S-Ssedikit kak." Ucapnya gemetar.

"Tahan sebentar ya, Ara. Kita harus dapat tempat tinggal yang aman. Jauh dari kawasan orang-orang."

"Jauh dari kawasan orang-orang?" Ulang Ara syok.

"Iya."

"Ak-aku juga butuh ber- uhhh- gaul kakak." Protes Ara terbata-bata karena suhu dingin yang menusuk tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAN I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang