Tak
"Minumlah sayang." Kata Bibi Annie setelah meletakkan sebuah mug yang berisi coklat panas.
"Terima kasih bi." Kataku lalu menyesap coklat panas itu. Rasa hangat sekejab menjalari tubuhku yang terasa dingin dan lelah.
Setelah menelpon Nic 1 jam yang lalu, dia langsung menjemputku. Tentu saja aku harus diam-diam menyelinap keluar lewat balkon. Nic memutuskan membawaku ke rumahnya. Sesampinya di rumahnya, Bibi Annie terbangun dari tidurnya dan kaget melihat mata bengkak dan wajah sembabku. Akupun menceritakan kejadian yang terjadi pada Nic dan Bibi Annie.
"Kau pasti sangat lelah hari ini. Tidurlah di kamar Vanda untuk malam ini. Nic ambilkan baju kakakmu untuk Tania."
"Terima kasih bibi." Ucapku denagn suara serak.
"Sama-sama sayang. Sana ikut Nic. Kau butuh istirahat. Aku akan menelpon mamamu dan bilang kau akan tidur disini malam ini."
Sesudah itu aku mengikuti Nic menuju kamar Vanda, kakak perempuannya yang sudah tinggal di luar kota karena bekerja. Dia hanya pulang sekali dalam sebulan.
Kami masuk ke kamar lalu Nic langsung mengambil baju di lemari kakaknya. Dia kembali padaku dengan membawa sepasang piyama berwarna biru muda.
"Ganti bajumu dulu di kamar mandi."
Aku menerima piyamanya lalu pergi ke kamar mandi. Saat aku keluar dari kamar mandi, Nic sedang menungguku di samping jendela.
Aku berjalan menuju tempat tidur, naik dan duduk bersandar di kepala ranjang. Aku kembali terisak. Badanku sangat lelah tapi air mataku enggan untuk berhenti.
Tiba-tiba saja semua mengalir di pikiranku seperti sebuah tayangan film. Saat aku masih kecil dan papa membelikanku mainan-mainan yang aku suka. Saat papa menjagaku saat aku sakit. Saat papa menjemput dari sekolah dan membawakan susu coklat dan biskuit kesukaanku. Oh! Tuhan ku benar-benar sudah mengecewakannya. Aku dan keegoisanku benar-benar sudah mengecewakannya.
Terasa sebuah tangan menggenggam tanganku dan mengelusnya pelan, seolah dengan itu saja sanggup menyalurkan kekuatan padaku.
"Aku sedih." Ucapku parau.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, Nic menarikku ke dalam pelukannya. Hal itu semakin membuatku terisak dalam. Kurengkuh pundaknya dan kuluapkan perasaanku padanya.
Nic tidak pandai bicara tapi dia berbicara lewat tindakannya. Sebuah pelukan saja sudah sanggup membuatku meluapkan emosiku dan sebuah genggaman darinya sanggup membuatku lebih tegar.
Tangisanku sudah berhenti dan kami duduk bersampingan. Hanya duduk dan diam. Tenggelam dalam pikiran kami masing-masing yang terhubung satu sama lain.
"Tidurlah." Ucapnya lalu berdiri.
"Thanks Nic." Ucapku.
"Sama-sama." Katanya lalu keluar dari kamar.
Akupun memutuskan untuk tidur dengan perasaan yang lebih tenang daripada sebelumnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramyeon + Soju (Ramyeon Meogeullae)
CasualeSemua berawal dari "do you like ramyeon?" "of course. Ramyeon comes first." "We should eat ramyeon together. With Soju too" "Yeah." "Then you should say 'ramyeon meogeullae?"