.
.
.
.
Angka penghitung waktu bergerak mendekati nol dan mesin itupun mengeluarkan bunyi melengking menandakan pekerjaannya tuntas. Sambil bersiul rendah, Namjoon membuka tutup mesin pemanggang otomatis dan mengeluarkan secangkir susu cokelat panas dari dalamnya. Diambilnya sebuah piring berisi sandwich daging asap yang sudah disiapkannya sembari menunggu susunya dihangatkan, tadi. Dengan piring dan gelas di tangan, pria itu berlalu, berhati-hati agar tak terantuk kursi atau meja pajangan saat melewati lorong dan ruang tengah yang gelap dan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Ceroboh sudah menjadi nama tengahnya, namun untuk kali ini—Namjoon berusaha waspada agar tak kerja dua kali.
Mencoba teliti, lengan kokohnya nyaris menjatuhkan piring dan gelas tersebut begitu memasuki kamar. Pujaan hatinya tengah bersantai di tempat tidur mereka, tengkurap sangat nyaman diantara tumpukan selimut putih serta bantal yang berantakan. Satu buntalan didekap di bawah dada sebagai penyangga sementara sang pelaku sibuk membaca buku. Tapi masalahnya bukan itu. Yang menjadi titik fokus Namjoon adalah, Seokjin memilih untuk tertelungkup di sana dalam kondisi telanjang bulat. Selimut yang digunakan hanya menutupi sampai batas pinggul, pun sedikit merosot ketika Seokjin beringsut. Lelaki itu seolah hanya bergerak untuk mengambil kacamata di bufet lampu sejak mereka selesai bercinta, tadi.
Mencoba tetap berakal sehat dan berharap tonjolan gairahnya tak kentara, Namjoon memastikan kakinya menendang pintu dengan benar sebelum berjalan menghampiri. Seokjin, menyadari kedatangannya, berpaling ke arah pintu dan tersenyum amat manis mendapati pria tampannya kembali. Masih menawan, tanpa mengenakan baju atasan.
"Sayangku bawa apa?"
"Susu panas dan roti panggang," celetuknya, singkat. Seokjin berbalik badan sedikit supaya bisa mengintip apa yang dibawa Namjoon. Mau tak mau, matanya tertuju pada bagian bawah tubuh Seokjin yang terancam mengintip dari balik selimut. Enggan mendesah sembarangan kendati orgasmenya baru berlangsung satu jam lalu, Namjoon lekas bergerak ke sisi lain tempat tidur dan duduk di samping Seokjin. Tangannya menangkup sepotong sandwich lalu mengunyah sembari mengalihkan perhatiannya pada ponsel, pura-pura memeriksa apakah asistennya selesai mengirim jadwal esok hari. Seokjin mengulurkan tangan untuk mencuri sejumput daging dari tangan Namjoon, perbuatannya mengundang lirik skeptis tertahan, sementara Seokjin tertawa ringan seraya melanjutkan bacaan.
Namjoon melirik lagi. Serius, dewi fortuna pasti sangat menyukainya hingga bernasib semujur ini. Tidak dipungkiri, Namjoon sungguh beruntung bisa mendapatkan lelaki semenarik Seokjin sebagai kekasih, mengingat begitu banyak pria yang mengantri demi sekadar mengajak barista bertubuh molek itu kencan sehari. Seokjin memenuhi semua kriteria idamannya mulai dari kepala hingga ujung kaki, meski Namjoon jadi lebih sering berolahraga demi mengimbangi gairah seksual Seokjin yang berada di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHENMEI | AESTHETIC (NamJin)
Fanfic[BTS - Namjin/Monjin] Karena keindahan Seokjin adalah anugerah terbesar yang tak berhenti dikaguminya. Tiap saat, diantara hela napas berhembus puja. Bahkan ketika Namjoon tak cukup mempercayai keberadaan Sang Pencipta. . . . . SHEN|MEI Kumpulan Fi...