"ALLAAHU AKBAR! ALLAAHU AKBAR!"
Seruan Takbir terus berkumandang dari pengeras suara masjid. Saling bersahutan menyambut fajar yang mulai menyapa bumi bagian timur. Hiruk-pikuk di pukul empat pagi lewat tiga puluh menit bukan lagi hal yang aneh mengingat hari ini hari raya. Kamar mandi seolah jadi fasilitas langka. Mendeklarasikan giliran-aku-habis-dia itu basi, kebarbaran dengan slogan siapa cepat dia dapat itu mendarah daging.
Makanya ... bangun pukul lima pagi itu dianggap kesiangan.
"ASTAGHFIRULLAH, OSAMU BANGUN! UDAH JAM LIMA!"
"ASTAGHFIRULLAH!"
.
.
.
BSD milik Asagiri Kafuka dan Harukawa Sango
Aku hanya meminjam karakter dari pencipta BSD untuk penulisan FF ini.
Fanfiksi ini ditulis dalam rangka mengikuti event #BSRLebaran
.
.
.
"Kamu dah mandi, 'kan? Nih, titip sajadah, tempatin yang lain juga!" Tante Kouyou meraup tiga sajadah sekaligus kemudian dilempar agak buru-buru ke Izumi yang duduk di lantai. Mata Izumi masih setengah terbuka, mukanya yang kusut gara-gara terpaksa pakai mukena motif Boboiboy (Kalau keropi mahal soalnya, jadilah kakek Yukichi bersikeras menukarnya) kian kusut mendapati usaha dua jam bersama Atsushi sang kakak sepupu kesayangan dalam memberantas nyamuk yang membuat markas di balik tumpukan kain-apa-saja di dalam keranjang plastik yang entah mengapa, bagaimana, kenapa berada di kamar. Izumi meringis, why adinda, tiga lembar sajadah kaku memberi efek sudah jatuh tertimpa tangga. Selain ujung sajadah itu sempat mencolok mata Izumi, usaha lipatan rapi setara lomba origaminya pun turut hancur tak berbentuk gara-gara dilempar persis tali koboi oleh sang tante.
"Biasa aja dong tante, masjid-nya belum start jongkok, kok!" sahut Atsushi yang nampak sudah selesai bersiap, kebetulan mendengar ungkapan khawatir tante Kouyou, jadilah dia nyelonong masuk. Entah di mana letak titik lucunya, tante Kouyou terbahak. Puff bedaknya salah sasaran, alhasil wanita dewasa itu kelilipan sambil mukul-mukul meja rias. Gak jelas banget deh, Izumi manyun, Atsushi geleng-geleng.
Saat tawa tante Kouyou mereda dan lanjut bedakan, perhatian Izumi teralih oleh pintu kamar yang dibuka lebar-lebar, "Izumi, ayo bareng tante Haruno." Tante Haruno melongok dari bingkai pintu kamar. Mukena merah marun yang dipakainya berayun saat kembali menarik tubuhnya dan jalan duluan ke arah teras.
"Ashiap, tante Harun." Panggilan kesayangan buah karya Osamu meluncur dari bibir Izumi dan Atsushi bersamaan. Kepolosan mereka berdua itu terlalu sayang kalau umur panjang menurut Osamu. Selain demi menghindari pemborosan kata, hitung-hitung cari hiburan (Laknatullah) baru lantaran acara televisi yang kelewat monoton, kalau bukan Brave, pasti Delisah, Tarantulaman, atau Finding Nemi. Osamu sampai hafal betul. Termasuk iklan larutan cap kaki dua atau kecap sedap yang minimal diulang dua kali.
"Atsushi, tungguin!" Panjang umur. Osamu tergopoh-gopoh keluar dari kamar om Kunikida sambil menggulung sarung, "Ke masjid-nya bareng!!"
Atsushi menghentikan langkah, memutar badan ke arah Osamu sambil membetulkan peci, "Ayo cepetan, kak. Udah jam enam ini." sahut Atsushi yang kembali bergegas mengekor tante Haruno di depan. Osamu selesai menggulung sarung. Tangannya beralih meraih peci putih dari atas meja, lantas memakainya dan turut menyusul Atsushi yang sudah pakai sandal di teras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Hari Raya!
FanfictionSeruan Takbir terus berkumandang dari pengeras suara masjid. Saling bersahutan menyambut fajar yang mulai menyapa bumi bagian timur. Hiruk-pikuk di pukul empat pagi lewat tiga puluh menit bukan lagi hal yang aneh mengingat hari ini hari raya.