Listen to me.

938 151 2
                                    

Soobin mengayun lengan, membulatkan mata melihat ke kejauhan. "Kak Namjoon!" serunya, Seokjin berpaling bingung. Sosok jangkung familiar menghampiri mereka sementara Soobin tersenyum antusias seolah bertemu idola. WellSoobin pernah bilang jika memang mengaguminya setelah Seokjin.

"Hai! Apa kabar, Bin-ah?" Namjoon menelengkan kepala. "Pagi, kak. Mau berbelanja, ya?"

Seokjin menarik napas saat Soobin duluan menjawab. Namjoon pun tak kalah semangatnya meladeni adik Seokjin itu sampai si kakak jadi penonton. Ah. Benar juga. Mereka baru pertama bertemu. Selebihnya Soobin hanya tahu dari cerita Seokjin.

"Sudah baikan?" Sayangnya, bukan Seokjin yang bertanya ketika mereka bersama melangkah masuk supermarket.

Namjoon mengangguk. "Iya. Terima kasih pada kak Seokjin untuk ini."

Seokjin mendengkus, pergi menarik kereta belanja dan minta Soobin mengambil dua kerat bahan sementara Seokjin ke sisi lain. Namjoon memandang bingung sesaat, tapi lalu mengekor Seokjin.

"Kenapa kau ikutan?"

Namjoon mengangkat bahu. "Mau ambil yogurt juga. Kak Seokjin suka yang mana?"

Seokjin menghela. Meraih barang dimaksud tanpa menjawab. Sadar diperhatikan, ia melirik. Namjoon langsung mencomot kikuk barang yang sama. "Baru sehari. Kau serius sudah baikan?" Naluriah bertanya, karena melihat perban masih melingkari tangan.

"Ah. Iya. Tinggal tunggu kering."

Namun, lima menit kemudian, Namjoon meringis, telapaknya salah meraih ujung siku kemasan. Seokjin mendatarkan wajah.

"I-ini cuma nyeri. Sudah tidak apa-apa. Aku bisa masuk besok, kak."

"Dengar. Aku melarang bukan karena menganggapmu lemah. Luka itu dalam. Kau seperti kena tebas dan aku tidak bodoh. Kehadiranmu hanya jadi beban. Jadi, lebih baik sembuhkan dirimu dulu baru masuk lagi. Aku tak semudah itu memecat orang. Tenang saja." Seokjin berpaling pergi setelahnya.

"Tunggu, kak!"

Seokjin menghela jengah. Tetap berjalan seraya menjumput belanjaan dengan Namjoon yang mengekor.

"Aku masih sanggup bebersih, juga antar pesanan. Jadi—"

"Mengertilah, Namjoon-ah. Jangan membantah."

Kalimat dingin itu tidaklah jahat artinya. Jadi, dengan patuh, Namjoon mengangguk. "Baiklah, kak."

Bergumam balas, Seokjin berpaling meninggalkannya.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang