Bagian 4 : Sebuah Kenyataan.
______________________________________Seolah-olah mengharapkan secercah cahaya yang mampu menerangi sedikit kegelapan. Mencoba untuk tegar dalam menghadapi kenyataan meski hal tak pasti tentu bisa terjadi begitu saja. Namun, entah apa kenyataan nya ia harus kuat. Orang yang paling disayangi dan paling di pedulikan nya entah apa yang terjadi pada nya, tentu ia berharap kabar baik menyertai nya.
Keramaian yang tak ada habisnya, pedagang - pedagang asing selalu berlalu lalang kesana kemari dengan kereta nya. Bangunan - bangunan yang kokoh serta para bangsawan bangsawan kaya bisa ditemukan dengan mudah di kota ini.
Ia bertanya kesana kemari dimana biasanya kapal bersandar. Dengan bertanya ia mendapatkan petunjuk, tanpa membuang-buang waktu tentu ia langsung kesana.
Beberapa waktu ia berjalan cepat , ia berhasil menemukan pelabuhan dimana kapal - kapal bersandar. Begitu banyak kapal - kapal besar yang bersandar disana, dan banyaknya para pedagang asing keluar dari kapal itu.
Segera ia mencari tahu informasi mengenai kapalnya kepada para petugas disana, kebanyakan petugas tak tahu mengenai kapal itu. Tetapi ia tidak menyerah, ia terus bertanya dari satu orang ke orang lain. Dan ternyata ada satu petugas yang mengetahui mengenai kapal itu.
" Maksudmu kapal dari perbatasan Mongol?."
" Benar tuan.., apa tuan tahu mengenai kapal itu ?." Tanya Xing Yue. Dengan penuh harap untuk mendapatkan informasi mengenai kapal itu.
" Aku pernah mendengarnya dari petugas kapal pengawas. Kalau kapal itu di bajak oleh bajak laut, dan ketika kapal pengawas mendekati kapal itu.. tidak ada yang selamat....". Kata Petugas itu. Hal yang tidak diharapkan Xing Yue untuk mendengarnya, kini ia benar-benar mendengar kabar itu. Wajahnya memucat, tangannya gemetar dan tubuh nya tiba - tiba lemas. Mata nya kini berkaca - kaca dan perlahan air mata itu menetes di pipinya.
" Bibi......" Ucapnya lirih menahan kesedihannya. Jika petugas itu mengatakan tidak ada yang selamat, maka bibi nya tidak selamat pula. Perlahan ia berjalan menuju pinggir pelabuhan. Ia menatap laut sambil menangis, rambut panjang yang terikat tertiup angin. Perlahan ia mengusap air matanya, ia mencoba tegar menghadapi kenyataan ini. Ia pun teringat akan pesan terakhir bibinya agar ia tidak mengungkapkan bahwa dirinya adalah perempuan dan selalu menjaga baik dirinya serta kalung cincin nya.
Ia pun memeriksa kalung dileher nya, namun ia merasa aneh, beberapa kali ia meraba lehernya tetapi tidak ada apapun. Ia mulai panik dan mulai meraba kasar lehernya tetapi tetap saja tidak ada apa - apa. Kalung itu hilang !. Ia sekarang benar - benar panik dan entah apa yang harus ia lakukan. Kini ia mengeluarkan keringat dingin dan nafas nya berhembus cepat tak teratur. Beberapa kali ia mengusap kepala nya untuk mencoba mengingat dimana kalungnya. Namun tetap saja, ia sama sekali tidak tahu dimana kalung itu.
" Kalung ku.... Bibi...maafkan aku...." Ucapnya lirih sambil menangis penuh rasa bersalah. Ia lalai dalam menjaga kalung peninggalan bibi nya.
Tiba - tiba tangisan nya terhenti ketika ada yang menepuk punggung kirinya dari belakang. Ia pun menengok kebelakang, dan ia melihat Shuang Wu ada dibelakang nya, ia lah yang menepuk punggung kirinya. Xing Yue segera mengusap air matanya agar tidak terlihat seperti menangis. Namun itu percuma, Shuang Wu sadar bahwa Xing Yue tengah menangis.
" Kau....." Ucap Xing Yue pada Shuang Wu dengan nada yang gemetar.
" Aku....., Aku tidak sengaja melihat mu dari kejauhan sana. Jadi aku menghampiri mu...ka-kau menangis ... Yu Jinha?." Tanya Shuang Wu sambil menatap mata Xing Yue yang masih berkaca - kaca. Sangat terlihat jelas di mata Xing Yue bahwa dirinya tengah bersedih.
" Apa kau sudah menemukan orang yang kau cari?." Tanya nya lagi.
Xing Yue bingung harus berkata apa, pikiran nya sungguh kacau. Ia ingin berbicara namun mulut nya seolah olah terkunci. Pada akhirnya ia hanya menggelengkan kepala memberi isyarat bahwa ia tidak apa apa. Tentu saja hal itu tidak bisa membuat Shuang Wu percaya begitu saja. Xing Yue berjalan pelan meninggalkan Shuang Wu tanpa sepatah kata pun dan tanpa menengok kebelakang. Shuang Wu sedikit cemas dengan Xing Yue sehingga ia mengikuti nya dari belakang.
Pikiran dan tatapan Xing Yue kosong, ia berjalan tanpa arah dan tujuan. Hal itu membuat ia sering menabrak orang lain. Melihat itu Shuang Wu menjadi cemas, ia pun mempercepat langkahnya agar ia dekat dengan Xing Yue.
" Ada apa dengannya ?. " Ucapnya dalam hati.
Tiba - tiba Xing Yue berdiri terdiam ditengah jalan, wajahnya semakin pucat dan kepalanya mulai pusing. Tubuhnya telah kehilangan keseimbangan nya lalu Xing Yue terjatuh pingsan. Shuang Wu segera berlari menuju Xing Yue yang tergeletak di tanah. Ia Menepuk wajahnya agar ia bisa sadar.
" Hei !. Yu Jinha !, Yu Jinha!." Panggil nya. Xing Yue masih tidak sadar kan diri, terpaksa Shuang Wu harus menggendong nya lalu menuju penginapan.
Sesampainya Shuang Wu ke penginapan, membuat para pengunjung penginapan dan tamu teralihkan perhatiannya kepada Shuang Wu yang menggendong Xing Yue. Shuang Wu pun berjalan menuju ruangan nya, dan membuka pintu dengan kaki nya. Shuang Wu lalu meletakkan Xing Yue di atas tempat tidur.
" Fyuhh..., Sepertinya ku harus memanggil tabib !."
Shuang Wu pun pergi meninggalkan Xing Yue untuk mencarikan tabib untuk nya, untung saja tabib tidak jauh dari penginapan sehingga tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk membawakan tabib kepada Xing Yue.
Segera tabib laki laki itu memeriksa urat nadi ditangan kanan Xing Yue dan memeriksa suhu tubuhnya, Tabib itu merasakan panas luar biasa. Ia sedikit cemas dengan kondisinya saat ini.
" Sudah berapa lama ia seperti ini nak ?."
" Tidak lama tabib !., Tiba - tiba ia pingsan di hadapan ku dan mengeluarkan keringat dingin !."
" Kondisi nya tidak baik nak, ia mengalami demam tinggi dan detak jantung nya lemah, ia harus benar-benar dirawat dengan baik !."
" Lalu apa yang harus aku lakukan agar aku bisa merawat nya tabib ?."
" Dia harus rutin untuk beristirahat, tidak mengeluarkan banyak tenaga dan meminum obat dengan rutin. apa dia keluarga mu?."
" Tidak, dia teman ku..., Memangnya ada apa tabib ?."
" Kau sebaiknya meminta pelayan penginapan ini untuk menggantikan pakaian nya, ia harus memakai pakaian hangat dan menyerap keringat !."
" Mengapa harus pelayan ?. Biar kan aku saja !." Kata Shuang Wu.
Perkataan Shuang Wu membuat tabib itu sedikit geram lalu memukul kepalanya dengan keras !. Pukulan itu membuat Shuang Wu kaget dan kesakitan. Ia heran mengapa tabib malah memukul nya.
" Akkhhh... Tabib mengapa kau memukul kepalaku....?." Tanya Shuang Wu sambil mengusap kepala nya.
" Kau mencari kesempatan saja kepada seorang gadis !. Mentang - mentang gadis ini tidak berdaya !." Kata Tabib dengan meninggikan nada bicaranya. Ucapan tabib itu membuat Shuang Wu kebingungan, mengambil kesempatan dari seorang gadis ? , Bukan kah dia adalah laki - laki ?.
" Ga- gadis?."
" Ia !. Dia itu seorang gadis !. Kau baru tahu nak ?."
Shuang Wu terdiam membeku, ia benar - benar tak percaya bahwa Xing Yue adalah perempuan !. Ia tak bisa berkata apa pun, matanya membulat seperti hendak keluar sambil menatap wajah Xing Yue yang tengah pingsan, dahinya menyipit dan detak jantung berdetak cepat seperti hendak meledak.
" Ti-ti-tidak mu-mungkin.!!!."
Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Undesirable Twin Star Princesses
Ficción histórica" Jika aku tidak diinginkan, mengapa kalian memberi aku hidup !." " Apabila Ratu melahirkan anak kembar, itu akhir dari keturunan pewaris tahta kerajaan Qin." terbelenggu ada nya ramalan kuno, Kerajaan Qin terpaksa harus membuang salah satu putri me...